The Urheka Project : Mimpi Dalam Mimpi

"All that we see, or seem, is but a dream within a dream." - Edgar Allan Poe, A Dream Within A Dream, 1846.

Tuesday, August 29, 2006

Krishna Yang Licin

KRISHNA YANG LICIN

Saat Krishna terjaga dari tidurnya,
dilihatnya Arjuna duduk di kursi dekat arah kakinya
ia pun tersenyum dan menyapa
tetapi kemudian disadari masih ada yang lain
ditolehnya Duryudana yang duduk di kursi dekat arah kepala
ia pun tersenyum dan menyapa.
“Ada apakah kiranya kalian datang berdua kemari?”
tanya Krishna, inkarnasi kedelapan Batara Wishnu

“Sesuai aturan dan tradisi, yang datang lebih dahulu berhak untuk berbicara.
Aku datang lebih dahulu dibandingkan dia,”
kata Duryudana tanpa basa-basi.
“Jadi aku berhak bicara lebih dahulu.”

“Tentu. Tetapi aku tidak tahu siapa yang datang lebih dahulu diantara kalian.
Yang kulihat pertama kali adalah Arjuna, dan ia lebih muda darimu.
Ada aturan bahwa yang muda juga boleh berbicara lebih dahulu,”
jawab Krishna diplomatis.

Krishna mendengarkan permintaan kedua belah pihak yang meminta bantuannya
dalam perang yang akan datang. Dan ia tersenyum-senyum.
“Baiklah, karena kalian berdua masih saudaraku, aku akan membantu semuanya.
Kalian boleh pilih salah satu diantara dua ini.
Pertama, aku menawarkan bala tentaraku yang kuat, terlatih baik, dipersenjatai lengkap dan tidak terkalahkan, berkekuatan satu juta prajurit.
Atau yang kedua, memilihku pribadi sebagai penasihat dalam perang, namun aku tidak akan bertempur secara langsung.”

“Aku memilih balatentaramu, Krishna. Aku percaya kekuatan pasukanmu akan membantuku memenangkan perang ini,”
kata Duryudana, putra sulung Destarastra, menyerobot.

“Dan kau Arjuna?”

“Aku memilih kakanda Krishna untuk menjadi penasihatku dalam perang.
Aku percaya nasihat-nasihatmu akan lebih berguna bagi kami,”
sahut Arjuna, putra bungsu Pandu dari Kunti.

“Baiklah, semua sudah jelas bukan?”
tanya Krishna.

Setelah sedikit basa-basi, Duryudana pamit meninggalkan Krishna dan Arjuna.
Krishna menatap Arjuna dan bertanya,
“Kau memilihku sebagai penasihat perang. Apa rencanamu?”

“Kakanda Krishna, aku ingin kau menjadi kusir kereta perangku
dan selalu memberikan nasihat setiap saat.
Aku yakin aku pasti akan berhadapan satu lawan satu dengan Karna.”

“Baiklah, aku bersedia.”

Bedahan - Jakarta, 14 Juli 2006
Urip Herdiman K.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home