The Urheka Project : Mimpi Dalam Mimpi

"All that we see, or seem, is but a dream within a dream." - Edgar Allan Poe, A Dream Within A Dream, 1846.

Thursday, May 24, 2007

Manajer Di Tepi Lapangan

MANAJER DI TEPI LAPANGAN

Bob Paisley
Joe Fagan
Bill Shankly
Kenny Dalglish
Rafael Benitez
Howard Kendall
Brian Clough
Matt Busby
Alex Ferguson
Vicente del Bosque
Rinus Michels
Johan Cruyff
Louis van Gaal
Guus Hiddink
Frank Rijkaard
Giovanni Trapatoni
Arrigo Sacchi
Marcello Lippi
Fabio Capello
Carlo Ancelotti
Ottmar Hitzfeld
Otto Rehhagel
Jose Mourinho
Sven Goran Eriksson
Arsene Wenger
Gerard Houllier
Paul Le Guen
Wanderley Luxemburgo
Mario Zagalo
Carlos Bianchi
Cesar Luis Menotti

Di tepi lapangan hijau, ketika dua tim sepakbola bertanding, akan selalu ada yang berdiri mengamati jalannya pertandingan. Ada yang anggun seperti penari balet, dingin seperti gunung es, mematung seperti sphinx, mengunyah permen karet, menghisap cerutu atau rokok seperti kereta ekspres berlari tanpa rem, berteriak memberi komando, seksi dan mengundang rasa penasaran para wanita serta sejuta ekspresi lainnya. Wajah mereka menjadi sorotan kamera televisi, disaksikan jutaan pasang mata di seluruh dunia.

Mereka bekerja dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu. Tidak ada waktu untuk cuti atau libur, kecuali masuk rumah sakit. Berangkat pagi buta menuju pusatpusat latihan tim, pulang larut malam sekedar mandi dan ganti baju. Tidak ada waktu untuk istri dan anakanak. Sebagian dari mereka tidak pernah tahu perkembangan anakanaknya. Karena mereka lebih mengenal nama dan karakter para pemainnya.

Prestasi kerja mereka diukur setiap akhir pekan setelah pertandingan. Menang, draw atau kalah. Ada dimana posisi tim mereka? Pilihannya tidak banyak. Menang berarti mereka terus dipertahankan. Kalah berbahaya, kalah beruntun berarti siap dipecat. Atau masuk rumah sakit karena serangan jantung.

Mereka adalah kombinasi unik dari panglima perang yang memimpin divisi dan manajer profesional yang bekerja di sebuah multi-national corporation. Panglima perang yang menyiapkan timnya untuk berlaga di berbagai ajang kompetisi, dari liga domestik dan piala-piala domestik secara bersamaan. Sebagian juga harus menyiapkan timnya untuk kompetisi di tingkat benua, seperti Liga Champions. Dan mereka adalah manajer profesional yang mengelola tim untuk mencapai hasil terbaik sesuai target yang ditetapkan.

Mereka adalah orangorang yang mewakili semangat purba dalam diri kita, semangat penaklukkan. Memenangkan perang, bukan sekedar pertempuran.

Ron Atkinson bertahuntahun yang lalu berkata bahwa manajer yang hebat ada banyak, manajer yang brilyan tidak kurang jumlahnya, tetapi di akhir musim kompetisi, hanya ada satu manajer yang beruntung
: manajer yang mengangkat piala juara

Dan para pendukung menyanyikan lagu We Are The Champions untuk mereka dan timnya.

Dari klub juara, karir mereka terbuka menuju jabatan manajer tim nasional. Sebuah jabatan yang prestisius, tidak kalah dengan jabatan presiden dan perdana menteri. Wajah mereka masuk koran dan televisi setiap hari. Jika berjaya, dipuja bagaikan dewa. Jika kalah, diteror siang dan malam.

Adakah pekerjaan lain yang manantang seperti apa yang mereka kerjakan? Semua kecerdasan, kecerdikan, kepintaran, kelicikan, keculasan, kegilaan, kharisma, ambisi, motivasi, ego dan stamina berpadu menjadi satu. Sukses berarti nama mereka akan dicetak dengan tinta emas dan dibicarakan untuk waktu hingga seratus tahun yang akan datang. Aih…!

Dan aku selalu ingin berdiri di tepi lapangan hijau, seperti mereka,
Aku ingin berdiri di tepi lapangan setiap pekan sepanjang tahun. Mengejar puncak klasemen dan selalu mendulang angka hingga akhir musim kompetisi. Aku ingin memastikan timku mengumpulkan nilai setinggitingginya.

Aku selalu ingin berdiri di tepi lapangan seperti mereka. Mungkin tidak sekarang, tetapi di kehidupanku yang akan datang.

Sawangan – Jakarta, 11 September 2005 – 24 Mei 2007

Urip Herdiman K.