The Urheka Project : Mimpi Dalam Mimpi

"All that we see, or seem, is but a dream within a dream." - Edgar Allan Poe, A Dream Within A Dream, 1846.

Thursday, July 12, 2007

Karna Mengguncang Hastina (Sajak-sajak Karna IV)

KARNA MENGGUNCANG HASTINA
(Sajak-sajak Karna IV)


1/
Banyak orang datang ke tanah lapang
menyaksikan lomba olah senjata
antara Pandawa dan Kurawa

Orangorang bersorak sorai
mengeluelukan Pandawa, menyanjung Arjuna
dan mengejek Kurawa

2/
Lomba hampir usai
ketika suasana berubah seketika
- seorang anak muda menyeruak di tengah keramaian
tanpa banyak cakap
tanpa memperkenalkan diri
ia memperlihatkan kepandaiannya
yang tidak kalah dengan Arjuna

“Kau datang tanpa diundang, tanpa mengikuti tata tertib,”
kata Arjuna jengkel.
“Kau hanya seorang pengacau!”

Orang asing itu menantang Arjuna
- yang masih terkejut,
untuk bertanding memanah
bukan sekedar melepaskan katakata tanpa arti
“Seorang ksatria sejati tidak perlu buang waktu untuk bicara,
seperti orangorang lemah dari kasta lain
yang menghabiskan tenaga
untuk perdebatan yang tidak ada gunanya,”
teriak Karna dengan lantang.
“Jika kau sudah belajar menggunakan busur dan anak panah,
biarkan keduanya bicara
dan kau akan mendapatkan jawabanku segera
Bidikkan panahmu, jangan katakata!”

Semua terkejut, semua berdebat
suasana menjadi hiruk pikuk

Karna, anak angkat Adhirata, sais kereta kerajaan
menantang seorang ksatria Pandawa
: beda kasta, beda kelas

3/
Keduanya saling berhadapan
Secercah cahaya turun dari langit menyinari Karna,
putra Batara Surya.
Sementara segumpal awan gelap melindungi Arjuna,
putra Batara Indra.

4/
Drona dan Kripa terkejut
Mereka mengenali anak muda itu
yang sering hadir di kebun belakang istana
untuk mencuri dengar
saat mereka mengajar Pandawa dan Kurawa

Kunti pun terpana
melihat anak muda yang mengenakan
antinganting di kedua daun telinganya
dan baju zirah yang melekat di tubuhnya

5/
Adhirata masuk ke arena lomba
dan Karna menghaturkan sembah hormatnya

Bhima tertawa mengejek
“Ha-ha-ha... Ternyata ia hanya anak sais kereta saja!”

6/

Arjuna mempertanyakan silsilah keluarga sang penantang
karena tanpa kejelasan
pertarungan satu lawan satu tak dapat dilaksanakan

7/
Duryodhana senang melihat Karna muncul
menandingi Arjuna
Setidaknya, ia punya kawan yang bisa diandalkan
“Apa konsep ksatria?”
tanya Duryodhana pada Kripa

Kripa menjawab panjang lebar
dan mengakhirinya dengan katakata,
“...Menurut aturan perang tanding,
putra raja yang bergaris kelahiran mulia
tidak boleh bertanding
melawan seorang petualang yang tak dikenal.”

Dan setelah mendengar jawaban Kripa,
berkatalah Duryodhana,
“Jika hanya itu alasannya,
maka kuangkat Karna menjadi raja muda di Angga sekarang!”

8/
Penobatan raja selesai ketika senja telah turun
Karna berpaling pada Duryodhana,
”Apa yang kau harapkan dariku?”

“Persahabatan dan kesetiaanmu!”
jawab Duryodhana tegas

Karna pun menganggukkan kepalanya
“Pengabdian dan kesetiaanku hanya untuk tuan, sampai akhir hayatku!”
katanya pada Duryodhana

Wajahnya bersinarsinar ditimpa cahaya matahari senja
: ia memperoleh kehormatan dan harga diri seorang ksatria


Sawangan, 17 Desember 2005 - Jakarta, 13 Maret 2007

Urip Herdiman K.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home