The Urheka Project : Mimpi Dalam Mimpi

"All that we see, or seem, is but a dream within a dream." - Edgar Allan Poe, A Dream Within A Dream, 1846.

Thursday, September 13, 2007

Premanisme Negara "Dorrr!!!" Shock Therapy

PREMANISME NEGARA “DORRR!!!” SHOCK THERAPY

: ben abel at cornell

1/
“DORRR!!!”

Tahun 1983. Suatu malam di pinggiran kota. Sebuah jip berhenti. Lima pria turun. Empat pria berbadan tegap dan berambut cepak, serta satu pria dengan kepala ditutup karung.

Malam yang hening. Suara burung gagak. Karung dibuka. Jangkrik bernyanyi. Malaikat el maut lewat. Bunyi rentetan tembakan merobek malam gelap. Dan jip menderu berlalu.

2/
Aku ingat di tahun itu aku selalu membaca berita suratkabar tentang orang-orang yang dijemput paksa pada malam hari, oleh orang-orang yang tak dikenal. Selalu ada yang diculik, selalu ada yang ditemukan lagi tak bernyawa dengan luka tembak yang menganga, tetapi ada juga yang tak pernah ditemukan. Dan ada juga yang melarikan diri bersembunyi. Hilang bak ditelan bumi.

Berita-berita itu membuat imajinasiku menjadi liar, seperti membaca novel atau menonton film. Tetapi tidak jelas siapa penulisnya atau sutradaranya. Gelap.


3/
“Gue lahir tahun 1983. Gue gak sempat mengenal bokap gue. Nyokap bercerita bahwa bokap adalah pelanggan hotel di Cipinang. Masuk, keluar, masuk lagi, keluar lagi. Nenek capai mengurusnya, tinggal nyokap yang masih mau menengoknya di elpe,” katanya datar.

“Suatu malam ia dijemput beberapa pria tegap dan cepak. Wajahnya seram. Setelah itu nyokap dan nenek tidak pernah melihat bokap gue, sampai kemudian ada petugas yang datang menanyakan apakah mengenali foto mayat yang dibawanaya,” ceritanya lebih lanjut.

Banyak ibu kehilangan anak, para istri kehilangan suami, anak-anak kehilangan ayah. Tidak ada kejelasan kecuali membaca berita-berita kriminal di koan-koran. Penculikan, pembunuhan dan penemuan mayat tak dikenal menjadi santapan setiap hari. Dan polisi selalu bilang bahwa mereka itu, adalah korban pembunuhan dalam perang antar gang.

4/
Siapa membunuh mereka? Mereka dibunuh siapa? Atau siapa membunuh siapa?

5/
“Suami saya anggota. Pulang dari penugasan di Timor, kelakuannya aneh. Dia seperti tampak selalu tertekan, selalu gelisah. Tidak betah di rumah. Dia sering pergi malam dan tidak pulang berhari-hari. Saya tidak tahu apa yang dikerjakannya di luar rumah,” tutur seorang ibu tua, istrinya si petrus.

“Baru setelah bertahun-tahun, setelah suami saya sakit-sakitan, dan menjelang mati, ia cerita pada saya apa yang dilakukannya pada tahun-tahun itu. Ia minta selalu didoakan agar dosa-dosanya diampuni. ” ujarnya lagi.

6/
Tahun-tahun berlalu, mencekam. Korban-korban terus berjatuhan. Mereka menjadi angka di kamar jenazah, di data kepolisian, dan di lembaran koran. Tidak ada angka yang pasti berapa jumlah yang tewas, dan berapa yang hilang tak ditemukan lagi. Belum lagi mereka yang melarikan diri. Semua dalam diam dan sunyi.

7/
Hingga akhirnya seorang jenderal bintang empat mengatakan bahwa itu adalah atas perintahnya. Dan seorang presiden yang masih berkuasa, tentu saja, menegaskan bahwa itu adalah shock therapy untuk mereka.

“DORRR!!!”

Sawangan - Jakarta, 14 September 2007

Urip Herdiman K.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home