The Urheka Project : Mimpi Dalam Mimpi

"All that we see, or seem, is but a dream within a dream." - Edgar Allan Poe, A Dream Within A Dream, 1846.

Tuesday, October 23, 2007

Launching Kumpulan Puisi "Karna, Ksatria di Jalan Panah"

Teman-teman,

Dengan ini saya mengundang Anda untuk menghadiri acara launching buku kumpulan puisi “Karna, Ksatria di Jalan Panah” yang diselenggarakn pada
Hari/tanggal : Jumat, 9 November 2007 pukul 19.00 – selesai
Tempat : Café Omah Sendok,
Jl. Taman Mpu Sendok No. 45, Jakarta Selatan
Telp. 021-52104531, 021-52964745
Reservasi : Lala Dj. – 081-807 875 018

Jadwal Acara

18.30 – 19.00 : Registrasi undangan
19.00 – 19.10 : Pembukaan
19.10 – 19.30 : Pengantar oleh UHK dan penyerahan buku untuk Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin dan wakil-wakil komunitas, (Buma, Apsas, Member Bali Usada, M-Claro, Sejarah UI)
19.30 – 1945 : - Pembacaan puisi “Ksatria di Jalan Panah” oleh UHK dan Prima Vega Capella.
19.45 – 20.15 : Apresiasi Buku oleh Dr. Bambang Wibawarta (staf pengajar FS - UI).
20.15 – 20.30 : - Pembacaan puisi “Karna Tanding” oleh UHK
20.30 – selesai : - Deklamasi puisi oleh Prima Vega Capella
- Pembacaan puisi oleh wakil-wakil komunitas/hadirin.




Kumpulan Puisi

“KARNA, KSATRIA DI JALAN PANAH”

“Indra mencoba memberikan kembali apa yang telah diterimanya,
tetapi Karna menolaknya
“Aku tak pernah menarik katakataku.
Aku tak pernah meminta kembali apa yang telah kuberikan.””

(Mencuri Kesaktian Karna)


Siapakah Karna? Apa hubungannya dengan Pandawa (Yudhistira, Bhima, Arjuna, Nakula dan Sadewa)? Bagaimana situasi batinnya menghadapi perang Bharatayudha? Adakah pilihan lain untuknya? Konspirasi apa dan siapa untuk menghancurkan Karna? Mengapa Karna harus kalah?

Terinspirasikan oleh kisah-kisah Mahabharata. Mengangkat salah satu karakter dalam Mahabharata yang paling kontroversial. Karna, seorang adipati dari Negeri Angga. Mengisahkan kehidupan Karna, dari kelahiran hingga kematiannya dalam perang Bharatayudha.

“Ibu, aku adalah ksatria yang hidup di jalan panah.
Busur selalu melepaskan anakanak panah,
dan tidak dapat ditarik kembali.
Demikianlah mulut kita,
ia adalah busur yang melepaskan katakata sebagai anak panah
yang tak dapat ditarik kembali.”

(Ksatria di Jalan Panah)

Kisah kehidupan Karna menginspirasikan banyak seniman. Kanjeng Gusti Pangeran Ario Adipati Mangkunegaran IV menulis tembang Tripama untuk melukiskan gugurnya Karna, sebagai gugur yang utama. Teladan untuk para ksatria. Di Solo, kisah Karna diangkat sebagai drama tari di mana Karna diinterpretasikan sebagai seorang ksatria di jalan pedang. Di internet, ditemukan artikel percakapan Karna dan Kunti yang ditulis oleh Rabindranath Tagore.

“Dan setelah perang ini selesai,
anakmu tidak akan berkurang.
Tetap lima, apapun yang terjadi,
apakah aku yang gugur, atau Arjuna yang gugur.”

(Ksatria di Jalan Panah)

Kumpulan puisi yang digarap dengan pendekatan concept anthology, mengadaptasi istilah concept album, seperti dalam penggarapan album-album musik rock progressive. Puitis, melayang-layang, menghentak, kasar, menyentuh, mencekam, tetapi juga menggairahkan dan seksi.

Menghadirkan 23 puisi epik, terdiri 15 puisi Sajak-sajak Karna I - XV, plus 8 puisi dari berbagai fragmen Mahabharata lainnya.

“Karna menatap mata Arjuna
sekali lagi, ia mencoba mengingat mantra Brahmastra
dan siap melepaskan anak panah
tetapi peluh keringat menutupi pandangannya
sesaat ia mengerjapkan mata
kemudian yang dilihatnya adalah Pasopati,
anak panah sakti milik Arjuna
datang lebih cepat
dan menembus batang lehernya

“Crash!!!””

(Karna Tanding)

Diterbitkan oleh Cakrawala Publishing, Jakarta. Tebal 88 halaman, ukuran 20 x 12 cm.

Penerbitan ini terselenggara berkat bantuan sahabat-sahabat meditasi dari Perkumpulan Meditasi Bali Usada. Semoga semua hidup berbahagia. May all beings be happy. *** (Urip Herdiman K., 0815 – 9042515, http://theurhekaproject.blogspot.com )


DAFTAR ISI

Terima Kasih
Kata Pembuka : Panah Menjamah Raga, Kata Meraih Jiwa
Oleh : Wayan Sunarta

Dewabrata Bersumpah Selibat
Mantra Inseminasi Durwasa (Sajak-sajak Karna I)
Kunti Membuang Karna (Sajak-sajak Karna II)
Orgasme yang Dikutuk
Belajar Memanah
Karna, Anak Sais Kereta (Sajak-sajak Karna III)
Karna Mengguncang Hastina (Sajak-sajak Karna IV)
Karna Tak Mengerti (Sajak-sajak Karna V)
Kutukan Parasurama (Sajak-sajak Karna VI)
Main Dadu
Krishna Membujuk Karna (Sajak-sajak Karna VII)
Krishna yang Licin
Salya yang Bermuka Dua
Mimpi Karna (Sajak-sajak Karna VIII)
Mencuri Kesaktian Karna (Sajak-sajak Karna IX)
Ksatria di Jalan Panah (Sajak-sajak Karna X)
Karna Menolak Bhisma (Sajak-sajak Karna XI)
Karna Meminta Maaf (Sajak-sajak Karna XII)
Tombak Indra Membunuh Gatotkaca (Sajak-sajak Karna XIII)
Malam Terakhir (Sajak-sajak Karna XIV)
Karna Tanding (Sajak-sajak Karna XV)
Setelah Perang
Kunti, Kekasih Para Dewa

Kata Penutup : Karena Karna
Oleh : Totok AB Wibisono

Catatan Penyair
Biografi

2 Comments:

Blogger ciplok said...

Om, saya benar-benar senang membaca undangan ini.

Benar...
benar...senang...
senang betul!

Selamat yah Om.
Segalanya doa saya buat Om, lancar acaranya dan sukses buat bukunya. Sukses juga buat Om :)

7:35 PM  
Blogger unai said...

selamat..saya juga ikut senang membaca undangan ini, meskipun sedih gak bisa datang. Selamat..sekses terus buatmu

6:26 PM  

Post a Comment

<< Home