The Urheka Project : Mimpi Dalam Mimpi

"All that we see, or seem, is but a dream within a dream." - Edgar Allan Poe, A Dream Within A Dream, 1846.

Monday, July 07, 2008

Seru di Silverstone

SERU DI SILVERSTONE

Minggu malam (6/7/2008), saya menonton lagi lomba Formula 1, setelah sekian lama tidak sempat menonton karena alasan waktu, sibuk dan lain-lain, termasuk mengantuk. Kata-kata yang pas untuk tontonan Formula 1 GP Inggris adalah : dahsyat dan luar biasa! Seru!

Dari awal, sudah kelihatan bahwa cuaca di atas Sirkuit Silverstone, Inggris, berubah-ubah. Mendung, gerimis, hujan, kering, mendung lagi, hujan lagi. Begitulah ketika lomba dimulai, sirkuit dalam kondisi basah. Sempat kering, dan kemudian turun hujan lagi.

Semula saya ingin menonton bagian startnya saja, dan lap-lap awal, sekitar 10 menit. Tetapi baru lap awal saja, sudah langsung terjadi perebutan siapa yang akan memimpin, Heikki Kovalainen (McLaren – Mercedes) dengan rekan setimnya, Lewis Hamilton. Hamilton berhasil lepas dari kelompok pertama, dan melaju sendirian, hingga finish. Persaingan justru terjadi di kelompok kedua, yang berusaha mengejar Hamilton. Mereka adalah Kimi Raikkonen, Nick Heidfeld, Fernando Alonso, Robert Kubica, Rubens Barrichello dan beberapa pembalap lain.

Yang menarik adalah kejadian sepanjang lomba, akibat cuaca yang berubah-ubah dan lintasan balap yang semula basah, menjadi kering, menjadi basah lagi. Urutan pembalap dengan cepat berubah-ubah. Di lap pertama saja, David Coluthard sudah terlempar. Berikutnya pembalap-pembalap lainnya juga berguguran. Hampir separuh pembalap rontok.

Balap F1, membutuhkan banyak kejutan selama lomba. Insiden di start, insiden sepanjang lomba, senggolan atau tabrakan, mobil tergelincir keluar dari lintasan sirkuit, mesin meledak, mesin ngadat, dan sebagainya. Dan hujan yang bisa mengubah semua rencana pembalap dan tim pendukungnya. Rencana pitstop satu kali, bisa menjadi dua atau tiga kali. Belum lagi urusan ban yang sesaui dengan kondisi lintasan. Nah, ini yang ditunggu. Semuanya itu akan menjadi bumbu yang menyenangkan penonton.

Menonton Formula 1 sedikit berbeda dengan sepakbola. Butuh kesabaran. Kalau semua balapan berjalan mulus sesuai rencana dan cuaca cerah, balapan itu akan membosankan. Siapa yang pole position, siapa yang juara, sudah bisa ditebak. Apalagi jika suatu tim begitu dominan, seperti Ferrari di era Michael Schumacher. Mendingan tidur saja dan baca koran besok pagi. Selesai.

Sirkuit memang menentukan apakah balapan akan berjalan sesuai skenario atau tidak. Di sirkuit seperti Monaco, yang cepat tetapi sempit, pembalap tidak bisa saling menyusul, cuma insiden yang bisa mengubah urutan pembalap saja. Di sirkuit lain, mungkin peluang untuk overtaking sangat besar dan membuat penonton berdebar menunggu sesuatu. Selebihnya, semua berjalan sesuai skenario. Sebagai tontonan tidak menarik.

Patut kita tunggu seri GP Singapura bulan September 2008 ini, yang akan diselenggarakan malam hari. Bayangkan sebuah sirkuit di jalan raya kota, seperti Monaco, dan malam hari. Berapa banyak listrik yang akan tersedot untuk menghidupkan lampu-lampu penerangan sebagai penanda bagi pembalap? Eh, ngapain juga gue pikirin, Singapura kan negara tajir banget. Dan itu yang membuat Bernie Ecclestone kepincut sama proposal Singapura untuk balap F1 malam hari.

Dunia balap, dan olahraga dalam arti luas, membutuhkan kompetisi dan persaingan. Saling mengungguli, saling mangalahkan, saling menaklukkan, saling menghancurkan. Ditambah lagi psywar sebelum lomba, akan membuat semuanya menarik. Semua tentu dalam koridor sportivitas dan fairplay. Tuan rumah senang, sponsor untung, penonton puas, biarpun cuma nongkrong di depan pesawat televisi. Lho?

Hehehe… Memangnya Anda pikir saya ke Silverstone yang becek dan susah dicapai itu? Ya, nggaklah yaauuuwww! Orang Inggris saja mengeluh, apalagi saya yang gak punya pounds. *** (7 Juli 2008, Urip Herdiman K.)

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home