Seinci Waktu, Sekaki Permata
SEINCI WAKTU, SEKAKI PERMATA
Seorang saudagar bertanya kepada Takuan, seorang guru Zen, untuk meminta saran darinya tentang bagaimana ia harus menghabiskan waktu. Ia merasa sepanjang hari ia hanya menunggui ruang kantornya dan duduk kaku untuk menerima penghormatan dari orang lain.
Takuan menuliskan delapan huruf China dan memberikannya kepada orang itu:
Tidak dua kali hari ini
Seinci waktu, sekaki permata
Hari ini tidak akan kembali lagi
Setiap menit adalah sebutir permata yang tidak ternilai harganya ***
Catatan :
Dipetik dari Daging Zen, Tulang Zen : Bunga Rampai Karya Tulis Zen dan Pra-Zen, Jilid 1. Dikumpulkan oleh Paul Reps. Diterjemahkan oleh Bhadravajra Heng Tuan. Yayasan Penerbit Karaniya, Bandung, Oktober 1996.
Labels: Refleksi Spiritual
2 Comments:
ini maksudnya berarti kita jangan menunggu saja ya? Kita musti menghargai waktu, begitu?
Aku juga berpikir begitu, May. Jangan cuma berpangkutangan sajalah. Bahasa modernnya, kita harus aktif dan progresif dalam berpromosi.
Post a Comment
<< Home