The Urheka Project : Mimpi Dalam Mimpi

"All that we see, or seem, is but a dream within a dream." - Edgar Allan Poe, A Dream Within A Dream, 1846.

Sunday, January 20, 2008

Aku Bangga Makan Tempe dan Tahu

AKU BANGGA MAKAN TEMPE DAN TAHU

Asli, ini bukan basa-basi seperti iklan rokok. How low can yo go…how low can you go… Aku bangga makan tempe dan tahu, karena tempe dan tahu sekarang jadi makanan mahal. Mahal gheeto loh…!

Selama ini kita suka dan selalu makan tempe dan tahu, tetapi malu mengakuinya. Mungkin karena makanan rumahan ini dianggap murahan. Biasalah, kita orang Indonesia suka munafik sama diri sendiri, rasanya tidak gengsi kalau makan yang murah. Hohoho…

Di rumah, tanpa tempe dan tahu, menu makanan serasa tidak lengkap. Dalam perjalanan ke tempat kita bekerja atau beraktivitas, misalnya di stasiun kereta atau terminal bus, kita sering melirik pedagang gorengan ini, mencari tempe dan tahu, selain pisang goreng, ubi goreng, talas goreng, dan lain-lain. Bahkan di kantor-kantor pun, tempe dan tahu goreng sering dijadikan cemilan, untuk menemani para karyawan bekerja. Umar Kayam (sudah almarhum), setiap kali datang ke TIM Jakarta, ia selalu menyempatkan mencari makanan gorengan ini, hingga dokter pun melarangnya. Ah, banyaklah yang mencintai tempe dan tahu ini.

Sekarang dengan krisis kedelai yang merupakan bahan baku tempe dan tahu – dua minggu ini, kita tahu bahwa kebutuhan nasional kita akan kedelai, jauh di atas kemampuan kita menghasilkan kedelai secara nasional. Produksi nasional kita tidak ada separuhnya dari kebutuhan nasional kita. Soal angka, cari saja di koran dan majalah berita, karena ada beberapa angka yang beredar, membuat pembaca (seperti saya) bingung. Maklum, mungkin saja sumbernya beda-beda kaleee ya…

Dan untuk memenuhi kekurangan itu, seperti biasa, Pemerintah kita yang bodoh dan tolol selalu ambil jalan pintas. Impor dari Amerika oleh empat importer yang ditunjuk. Mungkin ada kartel harga di baliknya. Baunya saja sudah tercium. Kenapa cuma empat importer itu saja yang diizinkan mendatangkan kacang kedelai?

Satu hal yang pasti, harga tempe di pedagang sayur sudah sempat mencapai Rp. 8.000,- per papan. Sementara harga tempe goreng di pedagang gorengan mencapai Rp. 1.000,- per potong. Padahal semula harganya bisa Rp. 1.000,- untuk tiga atau dua potong.

Jadi tempe dan tahu, jelas bukan lagi makanan murah, sudah naik kelas menjadi makanan mahal. Mahal sekhaleee…! Bahan bakunya saja, kedelai, made in America. Cocok dengan karakter umum bangsa kita yang suka dengan segala sesuatu buatan luar negeri.

Nah, siapa yang tidak bangga makan tempe dan tahu? *** (21 Januari 2008, Urip Herdiman K.)

Labels:

1 Comments:

Blogger Unknown said...

Saya, saya!!! saya nbangga dengan tempe dan tahu pak!!! :P
Iya, sempet ngungsi 2 hari waktu itu.. tapi syukur semua sudah membaik kini...
makasih referensinya, nanti langsung saya cari.
Pengin punya karna: Ksatria....
tapi di solo bukunya belum hadir. Apa distribusinya ditangani sendiri juga ya?

Salam semoga sehat selalu!

6:07 PM  

Post a Comment

<< Home