Nama Sebuah Kota
Kereta ekspres malam berlari santai. Oke, santai saja. Jangan terburu-buru. Tokh, ada yang cantik dan enak dilihat di depan mataku. Dan sedikit basa-basi. Aku nyengir, ia merengut.
Dari Gambir menuju Depok, seharusnya hanya setengah jam saja. Sudah sampai di mana ya sekarang? Di luar gelap, dan sedikit gerimis. Ah, tidak penting. Kereta ekspres pun berjalan santai, sangat santai.
“Yogya!”
katanya lagi sembari menahan tawa.
“Pakai yankee dan gulf di tengah.”
“Jogja!”
jawabku tak mau kalah.
“Pakai juliet dan gulf di tengah.”
“Djokdja!”
tulis Dagadu di t-shirt yang ia kenakan.
“Pakai dje ejaan lama dan kilo di tengahnya.”
Kereta semakin melambat. Stasiun mana? Orang-orang berebut keluar. Stasiun Pondok Cina. Aku melihatnya, ia melirik sedikit.
“Atau mungkin Djogdja?”
kataku melambaikan tangan.
“Pakai dje ejaan lama dan gulf di tengahnya?”
Jakarta, 7 – 14 April 2008
Labels: Puisi
0 Comments:
Post a Comment
<< Home