Setengah Djam Sadja Dari Gambeer Menoedjoe Depok
Kereta malam berlari santai. Oke, santai sadja. Djangan terboeroe-boeroe. Tokh, ada jang tjantik dan enak dilihat di depan matakoe. Dan sedikit basa-basi. Akoe njengir, ia merengoet.
Soedah sampai di mana ja sekarang? Di loear gelap, dan sedikit gerimis. Ah, tidak penting. Kereta terakhir poen berdjalan santai, sangat santai.
“Yogya!”
katanja lagi maoe ketawa.
“Pakai yankee dan goelf di tengah.”
“Jogja!”
jawabkoe tak maoe kalah.
“Pakai joeliet dan goelf di tengah.”
“Djokdja!”
toelis Dagadu di t-shirt yang ia kenakan.
“Pakai dje edjaan lama dan kilo di tengahnja.”
Kereta semakin melambat. Stasioen mana? Orang-orang bereboet keloear. Stasioen Pondok Tjina. Akoe melihatnja, ia melirik sedikit.
“Ataoe moengkin Djogdja?”
katakoe melambaikan tangan.
“Pakai dje edjaan lama dan goelf?”
Jakarta, 7 - 8 April 2008
Urip Herdiman K.
Labels: Puisi
3 Comments:
Nice....
Cara penulisannya unik....
Pa kabarnya Pak? :)
saya guru TIK SD yang juga ngajar beberapa kelas untuk pelajaran sastra, suka mengkhayal yang diwujudkan dalam bentuk cerpen atau puisi yang asal-asalan (Gak punya ilmunya sih...)
Buku pelajaran dibuat atas tuntutan peran sebagai guru, dan juga sebagai pengajar privat
Bingung ya..
pingin ke
Jogja
Djogja
atawa
Yogya
hehe...
tapi gak nyasar ke mBali kan..soalnya di mBali gak ada si manis yg tinggal di Ngayogyakarta Hadiningrat ini...
Post a Comment
<< Home