The Urheka Project : Mimpi Dalam Mimpi

"All that we see, or seem, is but a dream within a dream." - Edgar Allan Poe, A Dream Within A Dream, 1846.

Tuesday, May 06, 2008

Karma, Soekarno dan Soeharto

KARMA, SOEKARNO DAN SOEHARTO

- “Untuk setiap aksi, ada sebuah reaksi yang sebanding dan berlawanan.” - Sir Isaac Newton (1642 – 1772)



(I)

Soeharto meninggal dunia pada Ahad, 27 Januari 2008 pukul 13.10 WIB di RSPP. Maut datang mengakhiri penderitaan dan sakitnya, mengakhiri eksistensi Soeharto dan menjadikannya esensi.

Yang menarik, selama Soeharto sakit dan menjadi bahan pemberitaan media cetak dan elektronik, semua orang membicarakannya. Nah, kadang-kadang dalam pembicaraan itu terlontar ungkapan bahwa apa yang dialami Soeharto adalah karma. Tidak peduli apakah yang ngomong begitu percaya pada karma atau tidak.

Satu hari kemudian, Senin (28/1/2008), harian Koran Tempo dan Kompas memuat tulisan yang menarik perhatian saya. Koran Tempo menulis tentang perbedaan perlakuan ketika Soekarno sakit dan ketika Soeharto sakit. Soeharto, yang saat itu berkuasa, memperlakukan Soekarno dengan begitu buruk, sementara Soeharto mendapat perlakuan yang baik dari pemerintahan SBY. James Luhilima di Kompas menuliskan tentang Soeharto yang kesepian dan terisolasi, salah satunya karena pembatasan dari anak-anaknya sendiri, yang menghendaki agar bapaknya hidup tenang dan tenteram. Haryono Suyono, salah satu menteri di era Soeharto, juga tidak tega melihat tubuh Soeharto yang dipenuhi dengan berbagai selang.

(II)

Apa sih karma itu? Saya mencoba menelusuri soal karma ini dengan membaca beberapa literature yang berkaitan.

Ricahrd Webster menulis bahwa karma adalah suatu konsep yang selalu ada dalam agama-agama bumi dan filsafat timur. Karma berasal dari bahasa Sanskerta dan berasal dari kata kerja kri, artinya ‘melakukan’ atau ‘mengerjakan’. Secara harfiah, karma berarti ‘sebuah perbuatan’. Karma menjelaskan hukum universal sebab dan akibat. Apa pun yang kita pikirkan, katakan, atau perbuat akan menimbulkan reaksi atau mempunyai efek. Dengan kata lain, kita memetik buah dari benih yang kita tanam. (Richard Webster, "Practical Guide to Past Life Memories", Bhuana Ilmu Populer, hal. 27)

Ted Andrews dalam "Uncover Your Past Lives" (Bhuana Ilmu Populer, hal. 45) memberikan arti ‘melakukan’ atau ‘mencipta’. Menurutnya, karma adalah energi yang bertindak. Apa pun yang kita lakukan atau ciptakan akan memberi kita kesempatan untuk bertumbuh.

Alam semesta adalah sebuah dunia nilai, sehingga setiap pikiran, perkataan dan perbuatan, apakah baik atau buruk, akan menerima balasannya. Jika Anda melakukan sesuatu hal yang baik, maka Anda akan menerima balasannya yang mungkin terjadi di kehidupan sekarang juga, atau kalau tidak, ya di kehidupan berikutnya. Begitu pula sebaliknya, jika Anda melakukan sesuatu hal yang buruk, Anda akan menerima konsekuensinya, mungkin segera di kehidupan sekarang ini atau nanti di kehidupan berikut.

Jadi karma sebenarnya ada dua, yaitu karma baik dan karma buruk. Karma baik yang Anda lakukan sekarang akan membantu untuk mengurangi karma buruk yang Anda bawa dari kehidupan lalu.

Webster menolak kaitan antara karma dengan nasib dan takdir. Webster menegaskan bahwa karma bukanlah sebuah proses pembayaran atau penghukuman, melainkan sebuah proses di mana setiap tindakan memiliki konsekuensi tertentu. Namun Webster mengakui konsep karma ini selalu salah diinterpretasikan seperti yang dikenal masyarakat sebagai penghukuman.

Lebih lanjut, karma juga memberikan kita peluang-peluang untuk selalu berkembang. Cara Anda dalam menghadapi semua ini akan menentukan seperti apa kehidupan Anda berikutnya. Tidak ada orang yang diberi beban melebihi atas kemampuannya. (Webster, halaman 28)

Webster kemudian mengutip Christmas Humphreys , penulis buku "Karma and Rebirth", yang menulis,”Manusia dihukum oleh dosa-dosanya, bukan karena dosa-dosanya. Karma tidak memberi imbalan ataupun hukuman; karma hanya berusaha memulihkan keselarasan yang hilang. Dia yang menderita memang layak menerima penderitaan, sedangkan dia yang memiliki alas an untk bersukacita hanya memetik buah dari benih-benih yang telah ditanamnya.” (Webster, halaman 28)

Salah satu cara paling efektif untuk melepaskan beban karma adalah dengan memaafkan diri Anda sendiri dan orang lain. Memaafkan orang lain berarti juga mengirimkan pesan ke alam semesta, yang akan mendorong orang lain untuk memaafkan Anda. Dan memaafkan diri sendiri, karena kita semua pasti pernah melakukan kesalahan. (Webster, halaman 29)

Jadi setiap saat, setiap detik kehidupan kita, kita sebenarnya membentuk karma kita sendiri melalui pikiran, perkataan dan perbuatan.

Dari beberapa literatur yang saya baca, karma berkaitan erat dengan reinkarnasi. Lalu bagaimana kalau Anda tidak percaya keduanya? Tidak masalah. Shakti Gawain dalam buku "Visualisasi Kreatif" (Dela Pratasa, Jakarta) menyatakan karma dan reinkarnasi akan tetap ada, walau Anda mungkin tidak percaya. Mirip dengan analogi, gravitasi sudah ada sebelum Issac Newton menemukan hukum gravitasi.

(III)


Nah, sekarang kita balik ke kasus Soekarno dan Soeharto. Apakah benar apa yang dialami Soeharto dihari-hari terakhirnya adalah akibat perlakuannya terhadap Soekarno? Saya bisa katakan tidak seluruhnya benar.

Soekarno sakit itu jelas. Dia terisolasi karena pembatasan dari rezim Soeharto, tidak dapat dibantah. Tetapi juga harus dilihat bahwa Soekarno sebenarnya menderita juga karena ia sedang menjalani karmanya sendiri. Entah karma dari kehidupannya saat itu, atau dari kehidupan-kehidupan sebelumnya. Harus dilihat dahulu atau ‘dibaca’ bagaimana karma Soekarno yang membuat hidup Soekarno berakhir dengan menyedihkan. Jadi bukan semata-mata karena perbuatan Soeharto saja.

Demikian pula dengan Soeharto. Ia pun sedang menjalani karmanya sendiri, baik yang berasal dari kehidupan sekarang maupun dari kehidupan-kehidupan sebelumnya. Jadi tidak bisa dikatakan karena semata-mata faktor Soekarno saja, maka Soeharto menderita dan sakit seperti yang kita saksikan di awal tahun ini. Semasa berkuasa, apa saja yang dipikirkan, dikatakan dan diperbuat Soeharto, terutama terhadap lawan-lawan politiknya? Hal itu yang membuat hidup Soeharto berakhir dengan tragis dan dicaci-maki, sebagian besar tidak mau memaafkannya.

Perlu diingat juga, dalam karma tidak berlaku proses mata ganti mata, gigi ganti gigi. (Andrews, hal. 47). Atau utang nyawa dibayar nyawa seperti di dalam cerita-cerita silat. .

Ada sebuah ungkapan kuno yang menarik dalam hal karma ini, bunyinya,”Apa yang kau dapatkan sekarang, adalah hasil dari masa lalu atau kehidupan-kehidupan lampau Anda. Apa yang kau perbuat sekarang, akan menentukan masa depan atau kehidupan-kehidupan berikutnya Anda.” *** (1 Februari – 7 Mei 2008, Urip Herdiman K.)

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home