The Urheka Project : Mimpi Dalam Mimpi

"All that we see, or seem, is but a dream within a dream." - Edgar Allan Poe, A Dream Within A Dream, 1846.

Wednesday, June 11, 2008

Dongeng Versi Infotainment

DONGENG VERSI INFOTAINMENT

Dahulu kala ketika saya masih sekolah di sekolah dasar, sekitar 30 tahun yang lalu, saya suka membaca majalah-majalah anak (atau majalah anak-anak?). Sebut saja Bobo, Si Kuncung dan Kawanku. Atau juga komik-komik cerita Hans Christian Andersen. Tentu saja yang saya cari adalah cerita atau dongeng tentang kisah kasih puteri cantik dan pangeran tampan.

Mereka dipertemukan dalam berbagai cerita dan kesempatan, tentu dengan latar belakang kerajaan antah berantah. Saling jatuh cinta. Tetapi biasanya tidak semulus yang mereka perkirakan. Selalu ada yang menghalangi cinta mereka, mungkin saja perdana menteri, nenek sihir, atau ibu tiri, dan lain-lain.

Setelah melalui berbagai kesulitan, akhirnya mereka pun bisa bersatu, menikah dan hidup berbahagia untuk selama-lamanya. Hiks…!

Sekarang tentu saja saya tidak punya banyak waktu lagi untuk mencari majalah anak atau komik cerita seperti itu. Memang pernah saya lihat di beberapa stasiun televisi, ada cerita-cerita animasi tentang putri cantik, pangeran tampan dan kastil-kastil yang eksotis. Hmmm…mungkin kita akan ingat dengan kastil-kastil abad pertengahan di Eropa.

Tetapi apakah saya, dan juga Anda, tidak lagi melihat putri cantik dan pangeran tampan itu? Ah, jangan khawatir. Kita masih bisa melihat mereka setiap hari. Mungkin sore atau malam. Negeri-negeri kerajaan lengkap dengan kastilnya itu sudah berganti menjadi sinetron dan rumah-rumah mewah tempat cerita berlangsung. Putri dan pangerannya? Ya, itu para pemerannya yang masih muda, cantiuk, tampan dan kinyis-kinyis. Ada juga yang penyanyi atau anak band. Selebritislah. Semua cantik dan manis untuk yang cewek, dan semua tampan dan ganteng untuk yang cowok.

Anehnya, kok wajah mereka mirip dan serupa semua ya? Hahaha… Coba kalau kita lihat bintang-bintang film dulu banget, misalnya dari era 1970-an atau 1980-an, kita bisa bedakan mana Roy Marten, mana Rudy Salam, mana Cok Simbara, mana Rano Karno. Mana Yenny Rachman, mana Lidya Kandou, mana pula Yessy Gusman. Wajah mereka punya karakter, demikian pula vokalnya. Wajah bintang-bintang sekarang, saya lihat sama, serupa dan seragam. Entah siapa yang harus dipersalahkan kok ada generasi yang wajahnya mirip satu sama lain. Untungnya bagus. Lha, kalau jelek? Hehehe…

Soal jalannya cerita, saya agak bingung. Kalau hari Sabtu dan Minggu saya tidak bepergian, saya coba mengintip sinetron-sinetron yang ada di televisi. Terus terang agak sulit mengikuti cerita sinetron-sinetron itu. Logikanya kemana ya? Nah, mungkin lebih baik kita cerita di luar skenarionya saja.

Para putri dan pangeran sinetron ini, jelas cantik dan tampan. Sehingga mereka pun jatuh cinta satu sama lain. Seperti kisah-kisah dongeng, setelah melalui berbagai kesulitan dan halangan, mereka akhirnya menikah juga. Apakah lalu mereka berbahagia selamanya? Ups…nanti dulu.

Ini bukan lagi zamannya kastil-kastil kerajaan yang tertutup rapat. Para putri dan para pangeran itu kerap berpindah kerajaan atau sinetron. Ketemu lagi dengan lawan main yang tak kalah cantik dan tak kalah tampan. Jadi ceritanya sudah bisa ditebak. Hati mereka pun bercabang-cabang di setiap lokasi. Cinlok, kata orang film.

Hari Minggu kemarin, tanggal 8 Juni 2008, dua selebritis menikah, Cynthia Lamusu dan Surya Saputra. Tentu masyarakat mengharapkan pernikahan mereka awet dan bahagia sampai kakek ninen, seperti Widyawati dan Sophan Sophiaan. Tetapi kalau pun kemudian pecah, tidak apalah. Yang penting mereka sudah mencobanya.

Dunia selebriti mereka memang begitu banyak godaannya. Dapat istri cantik, sungguh repot. Repot biaya pemeliharaannya. Dapat suami tampan atau ganteng, juga repot. Repot biaya pengawasannya. *** (9 – 11 Juni 2008, Urip Herdiman K.)

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home