The Urheka Project : Mimpi Dalam Mimpi

"All that we see, or seem, is but a dream within a dream." - Edgar Allan Poe, A Dream Within A Dream, 1846.

Tuesday, September 02, 2008

Latihan-latihan Di Sini dan Saat Ini

LATIHAN-LATIHAN DI SINI DAN SAAT INI

: Aksan Jamet

Hari pertama puasa, 1 September, tiba-tiba seorang teman meditasi menelepon. Ngobrol santai tentang ceramah dowsing, puasa sampai tiba-tiba dia bilang mau belajar dari saya tentang bagaimana caranya mengendalikan emosi. Katanya, dia menjadikan saya sebagai model yang riil tentang bagaimana seseorang yang awalnya keras dan siap untuk kasar, berubah menjadi lebih tenang.

Tentu saja, dia tahu bagaimana saya dulu dari cerita saya sendiri padanya, suatu waktu, saat ia masih aktif di Tim Kepanitiaan Meditasi Bali Usada Jakarta. Saya cerita bahwa sampai tahun 1998, saya termasuk orang yang melihat semua persoalan sebagai menang dan kalah, bertempur atau lari, saya atau lawan saya. Ketika pertama kali masuk Pertamina tahun 1996 yang lalu, saya sanggup bertempur kata-kata lengkap dengan caci-maki dan sumpah serapah dengan boss saya (etnis tertentu) dari pukul 08.30 pagi sampai pukul 15.00, dari ruangan ke koridor, balik lagi ke ruangan, dan hanya dipotong shalat Jumat. Dan itu tidak cuma sekali, tetapi sampai tiga kali.

Harap maklum, saya lama ikut karate (Inkai, 1974 – 1076) dan silat (Perisai Diri, 1978 – 1991). Di silat, saya sampai tingkatan ke-8, asisten pelatih, yang kalau dikonversikan dengan system beladiri Jepang, setara sabuk hitam Dan II. Kemana-mana pergi, sering membawa double stick di dalam tas. Jadi mungkin waktu itu saya seperti kebanyakan para praktisi seni beladiri, terkena sindrom kawan atau lawan, menang atau kalah, beertempur atau lari. Ada istilah psikologisnya, tetapi saya sudah lupa.

Itu dulu sampai tahun 1998. Setelah itu, karena faktor usia, saya beralih dengan mengikuti latihan-latihan spiritual, diantaranya seperti yoga, meditasi dan chikung. Termasuk Meditasi Bali Usada yang berbasiskan Buddhisme. Secara pribadi, saya memang tertarik dengan ajaran-ajaran Buddha, terutama konsep karma dan reinkarnasinya.

Pertanyaannya, kenapa saya bisa berubah menjadi seperti yang dia lihat? Bagaimana saya bisa berubah? Atau pertanyaan besarnya, apakah latihan-latihan spiritual memang ada manfaatnya pada perkembangan kepribadian dan spiritualitas seseorang?

Jika Anda mengikuti sebuah latihan, tentu Anda punya alasan kenapa ikut dan ingin mencapai target tertentu dalam latihan tersebut. Saya percaya banyak latihan yang bermanfaat bagi para pesertanya, sebesar apapun atau sekecil apapun. Tetapi jika ingin melihat hasilnya yang riil, jangan dengarkan testimony atau sharing di depan kelas, karena itu bisa menipu. Ketika memberikan testimony atau sharing, umumnya peserta akan bicara yang baik-baik saja. Everything is good.

Bukan itu hasilnya. Lihat hasilnya pada kehidupan ia sehari-hari, baik di lingkungan tempat tinggal atau tempat kerja. Dari sana bisa dilihat, apakah latihan-latihan yang diikutinya memang memberikan manfaat pada diri orang tersebut.

Saya tidak pernah percaya pada klaim-klaim lembaga pelatihan atau pemberdayaan diri yang menyatakan telah memberikan pelatihan pada sekian puluh ribu orang di seantero negeri. Atau klaim yang menyatakan bahwa pesertanya telah berhasil dan mencapai ini itu dan bla…bla…bla… Yang terjadi adalah para peserta tersebut menjadi penjelajah berbagai pelatihan, membawa kebingungannya kemana-mana dan mengumpulkan sertifikat yang banyak. Selebihnya nothing. Saya banyak ketemu dengan orang-orang seperti ini.

Dari sekian banyak pelatihan, pada akhirnya saya memilih untuk stay di Bali Usada, dengan segala keterbatasan yang saya punya dalam waktu dan dana, selain menjadi aktivisnya. Dari sana, saya lalu mencoba untuk secara pribadi, mempelajari Buddhisme melalui buku-buku yang banyak dijual di toko buku.

Buddhisme tidak pernah mengikat murid-muridnya, dan selalu terbuka untuk siapapun yang mau bejalan di jalan itu. Ada kata-kata Buddha yang pernah saya baca di sebuah artikel, mengatakan bahwa muridnya yang tidak menjalankan ajarannya adalah hidup di luar jalannya, sedangkan orang lain yang bukan muridnya tetapi menjalankan ajarannya berarti berjalan di jalannya.

Artinya, Buddha tidak hanya sebuah agama, tetapi juga bisa dilihat sebagai sebuah sistem etika yang bisa diikuti dan dijalankan oleh siapa saja, tanpa harus melewati ritual semacam pembaptisan.

Buddha lebih menekankan latihan-latihan sebagai sebuah kesadaran, dan bukan karena perintah dan kewajiban sebagaimana yang ditemui dalam kitab-kitab suci agama-agama langit. Hidup dilihat sebagai sebuah latihan terus-menerus untuk mengembangkan kesadaran spiritual mereka. Karena itu, prinsip yang berkembang adalah di sini dan saat ini. Hiduplah di sini untuk saat ini. Bukan nanti yang entah kapan. Padahal Anda tahu, Buddhisme percaya reinkarnasi, kehidupan yang berulangkali.

Maksudnya, apapun perbuatan Anda, semua itu akan kembali pada Anda. Alam semesta akan mengembalikan semuanya, tanpa kecuali. Baik ataupun buruk. Perbuatan baik akan meringankan beban karma dari kehidupan lalu dan menambah karma baik untuk kehidupan yang akan datang.

Saya secara pribadi menjadikan konsep karma dan reinkarnasi sebagai kerangka berpikir saya untuk menjalani hidup ini dan melihat berbagai persoalan yang saya hadapi. Nah, apakah kemudian konsep-konep ini mengalami internalisasi pada diri saya, mungkin iya. Tetapi saya juga tidak bisa menjawabnya secara pasti. Namun mudah-mudahan teman saya itu punya sedikit jawaban, daripada tidak sama sekali.

Soal marah? Ya, masihlah sedikit-sedikit. Hahaha….  Namanya juga manusia. *** (1 – 2 September 2008, UHK)

Labels:

4 Comments:

Blogger astrid savitri said...

bisa marah juga, to??

ckckck....

9:05 AM  
Blogger astrid savitri said...

saya suka hampir semua filosofi Budha spt saya suka hampir semua filosofi Zen.Membaca ulang filosofimereka bikin saya lebih tenang.

9:07 AM  
Blogger Unknown said...

Hm......

7:41 PM  
Blogger yanmaneee said...

nike huarache
golden gooses
adidas zx flux
jordan shoes
balenciaga sneakers
christian louboutin sale
cheap jordans
nike air max 97
timberland boots
hermes belt

6:26 AM  

Post a Comment

<< Home