The Urheka Project : Mimpi Dalam Mimpi

"All that we see, or seem, is but a dream within a dream." - Edgar Allan Poe, A Dream Within A Dream, 1846.

Wednesday, November 12, 2008

Saya Mencalonkan Diri Menjadi Presiden RI

SAYA MENCALONKAN DIRI MENJADI PRESIDEN RI

Hingar bingar pemilihan Presiden AS dan pemilu untuk legislative (Senat dan House of Representative) telah selesai. Kita pun sama-sama tahu, Barack Hussein Obama Jr., si anak Menteng, memenangi kursi Presiden AS ke-44 melalui kemenangan telak yang sangat bersejarah atas John McCain.

Apa sih pelajaran yang bisa dipetik dari moment empat tahunan tersebut untuk negara ini?

Saya pikir, yang pertama harus disebut, setiap orang yang ingin menjadi presiden harus secara jelas dan eksplisit menyatakan dirinya bahwa ia mencalonkan diri untuk menjadi presiden (running for elections). Jadi kita harus melihat dan mendengar bahwa ia mengatakan,”Saya….. dengan ini mencalonkan diri untuk pemilihan presiden yang akan datang.” Nah, tinggal sebutkan saja namanya siapa dan untuk tahun berapa.

Yang kedua, ia harus mencari partai yang siap mengusungnya. Kalau di AS, jelas ia harus masuk partai dan mengikuti konvensi pendahuluan untuk mencari calon presiden sebuah partai. Jadi satu partai hanya boleh mencalonkan satu calon saja. Yang tidak mau tunduk, silakan keluar dan menjadi calon independen yang dimungkinkan undang-undang di sana.

Ketiga, membentuk tim kampanye yang solid untuk menjual dirinya dan program apa yang ditawarkan. Tim ini mendandani penampilan si calon, mulai dari cara bicara dan bersikap, hingga tampilan busananya. Tetapi yang penting, si calon memang harus bicara untuk menjual dirinya sendiri, jangan semata-mata tergantung pada anggota tim kampanye.

Dan yang ketiga, harus siap untuk menang maupun kalah. Ini harus dan mutlak, tidak bisa ditawar-tawar. Lihat saja McCain. Begitu diumumkan Obama memenangi pemilihan, McCain langsung memberikan pidato pengakuan kalahnya hanya berjarak setengah jam dari saat pengumuman tersebut. Tidak perlu berdalih macam-macam.

Nah, sekarang kita lihat bagaimana di negeri kita ini.

Soal pencalonan, kita baru maju setengah. Ada yang sudah tegas menyatakan pencalonannya seperti M. Fadjroel Rachman, Sutiyoso, Sultan Hamengku Buwono X dan juga Slamet Soebijanto (mantan KSAL). Tetapi ada yang masih kasak-kusuk mencari partai atau timbang sana timbang sini. Dan ada juga yang merasa tidak perlu mengumumkan pencalonannya, tokh, sudah banyak pihak yang menyebut namanya. Itu sudah cukup, pikir orang jenis ini. Artinya, mulutnya tidak mau kotor kalau nanti kalah.

Soal partai, di Indonesia ini, partai bisa dilihat sebagai kendaraan politik yang bisa disewa kapan saja oleh si calon . Yang penting punya uang banyak untuk menyumpal mulut dan perut pengurus-pengurus partai yang umumnya tidak punya duit. Jadi kita tahu, disini uang banyak berbicara, dan tidak cukup dengan gagasan ideal saja. Jelas, money politics, kan? Akibatnya, muncul istilah anak kandung dan anak kost. Anak kandung miskin, anak kost pasti kaya. Hehehe…

Ketiga, tim kampanye harus solid dan oke. Ada banyak ahli yang harus dihimpun di sini, dari yang benar-benar ahli sampai yang kadang-kadang ternyata petualang dan penipu saja. Yang terjadi, si anggota tim kampanye sudah ngomong macam-macam, eh, si calon tidak tahu apa-apa. Nah, lho…jeblok tuh si calon.

Dan yang keempat, harus siap untuk menang atau kalah. Dari ratusan pilkada yang sudah diselenggarakan, ternyata lebih banyak yang sebenarnya siap menang, tetapi tidak siap kalah. Hasilnya kita lihat, banyak protes setiap kali usai pilkada. Dan anehnya, tidak pernah ada calon yang mengaku kalah dan memberikan selamat pada lawan politiknya. Oh, ada, Adang Daradjatun ketika kalah merebut posisi Jakarta-1. Nah, dia ini ksatria.

Dengan pelajaran terkini yang kita lihat dari liputan media cetak dan elektronik terhadap pemilihan Presiden AS, kita bisa tahu sampai dimana kedewasaan kita dalam berpolitik. Nah, karena saya sudah dewasa dalam politik, jangan kaget, kalau besok saya mencalonkan diri menjadi Presiden RI. Anda terkejut? Jangan dulu, saya baru akan maju tahun 2014 atau 2019 yang akan datang kok. Sekarang cari duit dulu donk yang banyak. *** (UHK, 13 November 2008)

Labels: