The Urheka Project : Mimpi Dalam Mimpi

"All that we see, or seem, is but a dream within a dream." - Edgar Allan Poe, A Dream Within A Dream, 1846.

Tuesday, December 02, 2008

Bernie Ecclestone, Inggris yang Anti-Inggris?

BERNIE ECCLESTONE, INGGRIS YANG ANTI-INGGRIS?

Musim balap Formula One tahun 2008 ini telah usai, bersamaan dengan balapan di lintasan Sirkuit Interlagos bulan Oktober lalu. Hasilnya Felipe Massa (Ferrari/Brazil), 27 tahun , menjuarai lomba home race-nya, tetapi Lewis Hamilton (McLaren/Inggris), 23 tahun, yang menjadi juara dunia.

Banyak orang yang menyambut juara dunia baru yang masih muda tersebut. Namun banyakjuga yang berpikir ulang tentang lomba jet darat ini, salah satunya Bernie Ecclestone, opa yang berusia 78 tahun. Kalau orang lain tidak mengapa, tetapi ini godfather F1 yang sudah mengemudikan manajemen F1 selama 30 tahun. Apa pasalnya?

Pasalnya Lewis Hamilton menjadi juara dengan point 91 dan merebut 5 kemenangan sepanjang 2008. Sementara Massa meraih 6 kemenangan tetapi hanya mengoleksi 90 point. Jadi Lewis lah yang berhak menjadi juara dunia Formula One 2008, karena ia unggul 1 point dibandingkan Massa pada akhir musim balap. Memang kelihatannya tidak adil ya? Hehehe…

Sebagaimana diketahui, lomba F1 mempunyai sistem penilaian untuk pembalap (driver) dan konstruktor (constructor). Masing-masing dengan nilai 10, 8, 6, 5, 4, 3, 2 dan 1 untuk delapan teratas, baik untuk kategori pembalap maupun kontruktor. Jadi hasil yang didapat Lewis dan Massa, serta pembalap lainnya, adalah hasil yang dicapai sepanjang musim setelah melalui 18 lomba di berbagai sirkuit.

Bernie rupanya gerah dengan sistem penilaian ini, yang sebenarnya juga sudah pasti disetujuinya sebelum diterapkan. Bernie mengusulkan sistem penilaian baru, yaitu dengan cara pemberian medali emas, perak dan perunggu, seperti yang lazim dalam berbagai cabang olahraga individual lainnya. Intinya, pememang medali emas yang terbanyaklah yang berhak menjadi juara dunia. Adil, kan?

Tentangan mulai datang, salah satunya dari Eddie Jordan, mantan bos tim Jordan yang sudah bangkrut. Sistem baru tersebut akan mematikan tim-tim papan tengah dan bawah , dan hanya akan menguatkan dominasi tim-tim papan atas yang kuat dananya, seperti Ferrari dan McLaren. Menurut Jordan, bagi tim-tim papan menengah dan bawah, dengan sistem point, mereka lebih termotivasi. Walaupun peluang menjadi juara kecil, tetapi bisa mendapatkan point 3 atau 2 atau bahkan 1, masih lebih berarti, daripada 0 (nol).

Alasan yang cukup rasional. Tim-tim papan bawah pun bisa tahu dimana posisi mereka di akhir musim balap.

Bernie kelihatannya akan memperjuangkan usulan terbarunya untuk menjadi penilaian musim balap 2009 atau 2010. Oke saja. Tetapi kenapa baru sekarang?

Musim balap 2007 juga menghasilkan hal yang serupa. Kimi Raikkonen (Ferrari/Finlandia) menjadi juara dunia dengan selisih hanya 1 point saja dari Hamilton (McLaren/Inggris) dan Fernando Alonso (McLaren/Spanyol). Tetapi Bernie diam saja waktu itu, tidak mengusulkan apapun. Lalu ketika Hamilton menjadi juara dunia dengan selisih point hanya 1 dari Massa, sama seperti Raikkonen tahun 2007 lalu, kenapa lalu ia mengusulkan cara penilaian baru tersebut?

Jangan lupa juga, tahun 2007, adalah musim yang paling kelabu bagi dunia balap F1, dengan pecahnya kasus spionase mekanik Ferrari, yang lalu menyeret McLaren. Dan akhirnya McLaren dihukum penghapusan point konstruktor musim balap 2007 dan denda 100 juta dollar AS. Banyak kasus yang melibatkan Ferrari, selalu berakhir dengan kekalahan lawan-lawannya Ferrari di luar sirkuit.

Ah, jangan-jangan Bernie anti-Inggris dan lebih pro pada Ferrari yang Italia. Aih, jangan gitu ah Opa Bernie… *** (UHK, 3 Desember 2008)

Labels: