Harga Crude Oil dan Harga BBM
HARGA CRUDE OIL DAN HARGA BBM
Hari-hari ini kita masih terus membaca di suratkabar, atau mendengar dari berita televisi, akibat dari krisis keuangan global. Yang pertama-tama dan tragis, tentu saja pemutusan hubungan kerja di berbagai perusahaan industri yang berbasiskan ekspor, karena menurunnya order dari konsumen di Amerika dan Eropa.
Yang kedua, soal harga minyak mentah (crude oil) di dunia internasional dan kaitannya dengan harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Harga minyak mentah mencapai puncaknya pada periode bulan Juli 2008 kemarin, dengan harga 147 dollar AS per barrel. Dan itu pun diramalkan masih akan terus meroket sampai 200 dollar per barrel. Bayangkan, kalau harga itu benar-benar terjadi, mungkin bisa disebut pemecahan rekor yang luarbiasa.
Tetapi tiba-tiba krisis keuangan global pecah, sebagai akibat macetnya subprime mortgage (kredit pemilikan rumah) di Amerika, yang menghasilkan efek domino luar biasa pula. Krisis menjadi sah dan diakui luas setelah Lehman Brothers dinyatakan bangkrut September lalu.
Bersamaan dengan itu, pertumbuhan ekonomi dunia pun melambat, yang pada gilirannya menyebabkan turunya pula permintaan akan minyak mentah di seluruh dunia. Sehingga pelan tapi pasti, harga minyak mentah pun turun. Tetapi siapa mengira kalau ternyata penurunannya pun demikian cepat? Pagi ini, saya membaca Koran Opmet, Senin, 9 Desember 2008, harga minyak mentah sudah ada di kisaran 40 – 43 dollar AS per barrel. Artinya hanya dalam waktu kurang dari setengah tahun, terjadi penurunan yang tajam sampai sekitar 100-an dollar AS.
Di dalam negeri, harga BBM pun mulai diturunkan. Yang sudah adalah harga premium, turun Rp. 500,-. Sementara harga solar dan minyak tanah (kerosene) belum turun, tetapi mungkin tinggal menunggu waktu saja. Pejabat-pejabat pemerintah, termasuk pejabat setingkat Wapres Jusuf Kalla sudah memperkirakan Januari 2009, harga BBM akan turun lagi, termasuk solar. Ini membuat perbedaan harga Premium dengan Pertamax dan Pertamax Plus tidak jauh.
Harga BBM turun sudah pasti, karena harga minyak mentah saja turun. Soal apakah ini keuntungan politis pemerintah yang berkuasa dan sedang menghadapi pemilu, itu soal lain lagi. Bagi kita yang rakyat kecil, wong cilik, yang penting kalau memang harga BBM bisa turun, apakah harga-harga kebutuhan pokok juga akan turun? Apakah tarif angkutan umum seperti bus kota, angkot, kereta, dll juga akan turun? Kalau bisa seeh, semua harga ikutan turun. He-he-he...
Pertanyaan ini cukup menarik ditunggu jawabannya, karena mungkin kita belum punya pengalaman yang signifikan tentang turunnya harga-harga dan dampaknya pada kehidupan masyarakat, kecuali tahun 1966 lalu. Itu pun karena tuntutan masyarakat melaui demo-demo mahasiswa dengan slogan Tritura. Sesuatu yang sangat jauh sekali, dua generasi yang lewat, seumuran dengan saya.
Cuma yang menyebalkan ialah pernyataan dari Organda, juga di koran yang sama. Katanya ongkos angkutan tidak mungkin turun, karena jumlah penumpang angkot yang sepi menyebabkan biaya operasional per unit angkot menjadi tinggi. Penumpang angkot sepi karena mereka lari ke sepeda motor.
Eaalahh... Ketika harga BBM naik, Organda teriak-teriak minta kenaikan tarif. Ketika harga turun, diam saja. Pakai alasan jumlah penumpang yang sepi. Jadi intinya, mereka ingin agar tarif angkutan yang sekarang berlaku tetap, tidak perlu turun.
Mungkin kita juga perlu pengalaman baru seperti ini. Selama ini yang selalu kita alami adalah satu harga naik, biasanya BBM, maka yang lain serentak naik. Sekarang harga BBM akan turun, kok belum ada tanda-tanda yang lain ikut turun.
Aneh? Memang aneh he-he-he...dan tidak logis. Atau mungkin mereka itu perlu didemo supaya menurunkan harga-harga hasil produksinya dan tarif jasanyanya, karena salah satu faktor biaya produksi sudah jelas turun. *** (UHK, 9 Desember 2008)
Labels: Esai
0 Comments:
Post a Comment
<< Home