The Urheka Project : Mimpi Dalam Mimpi

"All that we see, or seem, is but a dream within a dream." - Edgar Allan Poe, A Dream Within A Dream, 1846.

Friday, December 19, 2008

Latihan Anti-Teror

LATIHAN ANTI-TEROR

Sejak serangan terorisme bulan November lalu ke Mumbai, India, demam terorisme, tepatnya anti-teror, merebak ke seluruh dunia. Hampir setiap hari saya membaca berita, attau menonton siaran berita di televisi, tentang simulasi latihan anti-teror di berbagai kota, misalnya minggu lalu latihan di Makassar. Tentu latihan ini selalu melibatkan unit-unit anti-teror milik TNI dan Polri, serta berbagai instansi pemerintah. Termasuk hari ini, Jumat (19/12), di Kantor Pusat Pertamina. Latihan melibatkan pasukan Yon 323/Raider Kostrad.

Skenarionya, teroris menyerbu Kantor Pusat Pertamina dan menguasai Lantai 2 dan Lantai 8, dan menyandera beberapa orang. Kostrad kemudian mengirimkan pasukan anti-terornya dari unit Yon 323/Raider untuk mengatasi teroris. Pasukan diterjunkan dari dari heli dan mendarat di puncak, turun melalui tangga ke lantai 8. Sementara pada saat yang sama dari bawah juga pasukan juga bergerak. Gerak cepat pasukan Kostrad akhirnya dapat mematahkan teroris tidak kurang dari 20 menit saja, sekalian mengevakuasi para sandera.

Begitu cepat? Ya, jelas cepat. Pertama, karena memang skenarionya begitu. Harus cepat, sesuai dengan predikatnya pasukan anti-teror, harus lebih cepat dari para teroris. Yang kedua, nanti saya kasih tahu di bagian bawah esai ini.

Ngomong-ngomong, apa sih terorisme itu? Saya menemukan jawabannya dari wikipedia. Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil.

Masih dari wikipedia, istilah ‘teroris’ oleh para ahli kontra-terorisme dikatakan merujuk kepada para pelaku yang tidak tergabung dalam angkatan bersenjata yang dikenal, atau tidak menuruti peraturan angkatan bersenjata tersebut. Aksi terorisme juga mengandung makna bahwa serangan-serangan teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memeiliki justifikasi, dan oleh karena itu para pelakunya (teroris) layak mendapatkan pembalasan yang kejam.

Akibat makna-makna negatif negatif yang dikandung oleh perkataan ‘teroris’ dan ‘terorisme’, para teroris umumnya menyebut diri mereka sebagai separatis, pejuang pembebasan, pasukan perang salib, militan, mujahidin, dan lain-lain. Adapun makna sebenarnya dari jihad, mujahidin adalah jauh dari tindakan terorisme yang menyerang penduduk sipil padahal tidak terlibat dalam perang. Terorisme sendiri sering tampak dengan mengatasnamakan agama.

Demikian kata wikipedia tentang terorisme.

Saya sendiri termasuk suka dan senang mengikuti berita dan cerita tentang terorisme dan kontra-terorisme sejak masih duduk di SD tahun 1970-an akhir. Selalu ada cerita-cerita dibalik layar tentang perburuan teroris yang menegangkan. Saya ingat, tahun 1978, saya mulai mengenal kisah-kisah terorisme, misalnya Black September, Brigade Merah Italia, kelompok Baader Mainhoff Jerman, dan Tentara Merah Jepang. Dan yang paling terkenal adalah teroris Carlos beserta gerombolannya, yang di negara asalnya dikenal sebagai dermawan. Carlos terkenal karena menyerbu markas OPEC di Wina, Austria.

Teroris generasi pertama biasanya selalu melakukan pembajakan pesawat, gedung, atau obyek apa saja yang diam. Mungkin anda ingat dengan Kedutaan Besar RI di Belanda yang pernah dibajak oleh aktivis-aktivis RMS tahun 1970-an?

Tetapi perubahan kemudian terjadi. Para teroris tidak lagi hanya melakukan pembajakan, tetapi banyak yang melakukan dengan cara serangan bunuh diri. Yang paling terkenal, anda pasti masih ingat, serangan terhadap menara kembar WTC New York pada 11 September 2001.

Indonesia pun akhirnya masuk dalam peta perang melawan terorisme, setelah serangan bom bunuh diri dengan sasaran-saran sipil seperti gereja-gereja di Jakarta, kafe-kafe di Bali, Hotel JW Marriot Jakarta dan juga Kedutaan Australia di Jakarta. Tentu cerita akan lebih panjang lagi, tetapi nanti saja lain waktu, kalau momentnya pas.

Eh, ya, lalu anda ingin tahu alasan kedua kenapa latihan anti-teror yang sudah disebutkan di atas bisa begitu cepat, hanya dalam waktu 20 menit? Ya, karena markas Kostrad dengan Kantor Pertamina bertetangga, bersebelahan, di Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta. Jadi ibarataanya, pasukannya tinggal loncat pagar saja. Makanya cepat. Hahaha… *** (UHK, 19 Desember 2008)

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home