Nurdin Halid dan Sepakbola Indonesia
NURDIN HALID DAN SEPAKBOLA INDONESIA

Membahas sepakbola Indonesia sungguh meletihkan. Ini persoalan yang tidak ada ujung pangkalnya. Entah lebih mirip benang kusut atau lebih mirip persoalan mana yang lebih dulu, ayam atau telur. Tetapi yang pasti, sepakbola Indonesia tidak pernah maju-maju dalam satu atau dua dekade terakhir ini.
Persoalan yang paling ajaib adalah tetap bertahannya NH walaupun ia ada didalam penjara. Banyak orang yang tidak mengerti bagaimana ia bisa tetap bertahan. Persoalannya ada pada hubungan FIFA dengan organisasi nasional sepakbola setiap negara.
FIFA sangat keras menegakkan kedaulatan organisasi dan mengharamkan campur tangan pemerintah negara masing-masing dalam urusan internal organisasi. Artinya, biarapun NH mendekam di penjara selama kurang lebih 1,5 tahun, ia tidak tersentuh oleh kehendak pemerintah yang ingin menggusur NH dari kursi panas ketua PSSI. Itu pasti akan ditentang keras oleh FIFA.
Sebaliknya FIFA juga hanya bisa mengucilkan NH dan PSSI dari kalender kegiatan sepakbola international, jika PSSI tidak mematuhi perintah FIFA untuk memperbaiki Pedoman Dasar PSSI dengan mengadopsi Statute FIFA. FIFA tidak mengizinkan seorang kriminal atau yang pernah mendapat status kriminal untuk memimpin organisasi sepakbola nasional sebuah negara.
Sialnya, FIFA lupa, di Indonesia ini, orang kriminal bisa tetap punya jabatan selama ia masih mau mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan dukungan dari orang-orangnya. Buktinya, selama di penjara pun, para pengurus PSSI tetap melakukan rapat dengan NH bahkan di dalam penjara, dalam status ia terpidana!
Jadi di sini, FIFA terjerat dengan aturannya sendiri.
Soal ancaman FIFA ini, NH dan barisan pendukungnya bisa bilang begini,”Ah, ente cuma ngancem doang. Silakan kucilkan kami, kami bisa jalan sendiri.”
Kira-kira begitulah sikap cuek bebek orang-orang PSSI. Tentu saja FIFA juga tidak bisa menganggap remeh Indonesia. Final Piala Asia 2006 di Stadion Utama Senayan, Jakarta, sungguh mengejutkan mata FIFA akan potensi penonton sepakbola Indonesia sebagai sebuat market. Sebuah pasar yang terbesar di Asia Tenggara dan fanatik pada tim nasionalnya, walau tidak kunjung berprestasi.

Dari beberapa artikel dan wawancara yang pernah saya baca tentang Nurdin Halid, saya pikir dia orang yang punya visi jauh ke depan, dan tahu bagaimana membawa sepakbola Indonesia ke pentas dunia. Tetapi sayangnya sebagai manusia, ia punya cacat hukum, bahkan sampai dua kali masuk penjara. Dan cacat itu akan menjadi catatan hitam bagi sepakbola Indonesia. *** (UHK, 5 Desember 2008)
Labels: Esai
0 Comments:
Post a Comment
<< Home