Betis Ken Dedes
BETIS KEN DEDES
Ken Dedes turun dengan hati-hati dari kereta kencana,
sedikit mengangkat kainnya,
dan menginjakkan kaki ke dingklik di bawah.
Melangkah dengan anggun
kaki kanan pertama
kaki kiri kemudian.
Pagi yang ceria
ketika matahari tersenyum hangat
dan angin bertiup nakal
menyingkap ujung kain
memperlihatkan betis sang permaisuri
Aih…
Betis yang indah bak puting padi,
betis yang memancarkan sinar;
betis seorang wanita nareswari.
Tanpa sengaja seorang pengawal utama melihat betis kiri Ken Dedes.
Membuatnya terkejut, terpaku sesaat dan terpesona.
Kelelakiannya bangkit mengaum bagai singa.
Berhari-hari Ken Arok, pengawal itu,
tidak bisa tidur,
tak bisa memicingkan matanya.
Selalu terbayang-bayang dengan apa yang dilihatnya pagi itu,
di Taman Baboji.
Dan berhari-hari kemudian
betis itu masih ada di dalam matanya
melekat dalam pikirannya.
Tumbuh menjelma sebilah keris sakti yang haus darah,
menjadi sejarah.
Jakarta, 3 – 4 Februari 2009
Urip Herdiman K
Labels: Puisi
2 Comments:
saya suka suka suka sekali puisi ini menyatakan sejarah dengan kata-kata indah... tetaplah menuliskan sejarah...
nike react
off white
nike shox for men
balenciaga
nike kd 11
yeezy boost 350
jordan 12
adidas tubular
golden goose
retro jordans
Post a Comment
<< Home