Aih, Jodoh Tidak Sama Dengan Pernikahan Dan Suami Istri Tidak Selalu Jodoh
AIH, JODOH TIDAK SAMA DENGAN PERNIKAHAN
DAN SUAMI ISTRI TIDAK SELALU JODOH…!
1/
Tidak ada bisnis yang stabil kecuali bisnis pernikahan. Stabil dan tidak terkena resesi. Apakah ada hari atau malam tanpa pernikahan? Hohoho… Akan selalu ada. Lihat saja janur kuning di gedunggedung pertemuan umum atau di depan gang perkampungan.
Sebuah undangan pernikahan tergolek di atas mejaku. Hmm… Ah, gadis cantik tetangga gang sebelah. Kembang desa yang sedang mekar. Dipetik lelaki dari negeri antahberantah.
2/
Aku malas datang ke acara pernikahan. Pertanyaannya selalu sama.
“Kapan kamu akan menikah?”
“Lho, kok, datangnya sendiri?”
“Datang sama siapa?”
“Temannya mana?”
Huh…membuatku semakin malas datang ke acara pernikahan. Mungkin bukan cuma aku. Ternyata beberapa temanku yang jomblo, atau masih betah sendiri, demikian pula. Hehehe… Kami memang anggota Aliansi Jomblo & Jablai Indonesia.
Apakah dengan menikah berarti sudah bertemu dengan jodoh? Apakah suami istri selalu berjodoh? Bagaimana dengan orang yang menikah berkalikali? Apakah orang yang tidak menikah berarti tidak punya jodoh? Hohoho… Nanti dulu…aku tergelitik untuk bermainmain dengan kata, suatu labirin.
3/
Rasanya aku punya penjelasan sendiri untukmu, sayang. Jodoh selalu diartikan ‘teman jiwa’ atau ‘belahan jiwa’. Aku pikir dua frase ini punya arti yang tidak sama. Teman jiwa mungkin teman dalam pengembaraan ruang dan waktu,.melalui inkarnasi yang berulangkali. Saling mengenali, saling mencari, saling menanti, tanpa terkatakan. Seperti ada magnet yang saling tarikmenarik. Jodoh tidak mengenal status pernikahan, agama, ras, suku bangsa, warna kulit dan bahasa. Ia, teman jiwa, teruji melalui persahabatan yang panjang, tidak melulu sekadar seks. Aih… Aku mencarimu dari satu inkarnasi ke inkarnasi berikutnya, dan kau menantiku di suatu bintang.
Belahan jiwa? Entahlah, mungkin ini semacam anima dan animus dalam psikologi Jung. Di dalam diri setiap pria, selalu ada elemen feminin. Dan di dalam diri setiap wanita, selalu ada elemen maskulin. Hohoho… Sebagian orang mengatakannya ‘jiwa kembar’. Mungkin mendekati benar, walau kedua jiwa tetaplah individu yang unik dan berkembang sendirisendiri. Aah…kita sedang bermainmain dengan kata, suatu labirin.
4/
Pernikahan selalu membutuhkan pengakuan legal dari institusi agama maupun hukum. Jadi tidak masalah, selama mampu, menikahlah sebanyakbanyaknya. Satu kali, dua kali, tiga kali… Atau punya istri dua, tiga, empat…sembilan… Semua alasan atau dalih bisa dicaricari. Hoahoahoa…
Ada pepatah yang mengatakan mencari jodoh sama seperti mencari tulang rusuk yang hilang, sesuai mitos penciptaan wanita. Jika seorang pria punya istri empat, apakah ia kehilangan empat tulang rusuknya? Atau satu tulang rusuknya dibuat menjadi empat wanita? Hehehe… Jika seorang wanita menikah empat kali, apakah ia terbuat dari empat tulang rusuk pria yang berbeda? Hoahoahoa… Mungkin itu hanya metafora saja.
5/
Apakah pernikahan selalu dilandasi cinta? Kupikir tidak selalu. Mungkin kita sudah sering dengar orangorang yang menikah karena uang, jabatan, kedudukan, atau seks semata. Hemmm… Karenanya aku yakin, suami dan istri tidaklah selalu jodoh satu sama lain, walau mungkin saja mereka adalah jodoh. Haa…?
Aku pikir jodoh tidak membutuhkan sertifikat dari kantor urusan agama, gereja atau catatan sipil. Karena jiwa tidak dibatasi selembar kertas yang bisa disobeksobek. Pernikahanlah yang membutuhkannya, agar persetubuhan itu tidak disebut perzinahan.
Mungkin aku benar, mungkin juga aku salah. Tetapi beberapa teman yang kuceritakan cukup terkejut. Jadi, yang masih jomblo atau jablai, boleh tenang. Jangan khawatir. Kita semua tetap punya jodoh, walaupun mungkin jodoh kita sudah menikah dengan orang lain. Jodoh tidak harus terikat pada pernikahan. Bahasa gaulnya, cinta jalan terus sekalipun orang yang kita cintai sudah menikah. Hehehe…
Dan yang sudah punya suami atau istri, pandanglah pasangannya masingmasing. Apakah dia memang jodohmu? Hoahoahoa…
Kau percaya padaku? Jangan, jangan dulu… Ini, kan cuma permainan katakata saja, sebuah labirin.
“Kapan neeh menikahnya?”
seseorang bertanya padaku
“Emang gue pikirin!”
Jakarta, 30 Mei - 4 Juni 2007
Urip Herdiman K.
Labels: Puisi
1 Comments:
:) keren alur bahasa nya... Thanks yak..
Post a Comment
<< Home