The Urheka Project : Mimpi Dalam Mimpi

"All that we see, or seem, is but a dream within a dream." - Edgar Allan Poe, A Dream Within A Dream, 1846.

Wednesday, March 03, 2010

Perempuan yang Berjalan Dalam Letih

PEREMPUAN YANG BERJALAN DALAM LETIH

1/
Let’s talk about me for a minute
Well how do you think
I feel about what’s been going on...


2/
Seberapa jauh kau sudah berjalan memanggul keletihan itu?
Seberapa jauh kau melangkah meninggalkan luka dan sepi
yang pernah kulihat di matamu,
dan menetap di dalam hatimu?

Kau memutuskan tidak perlu lagi mencari,
menolak maupun membenci,
karena kau merasa letih.
Kau mencoba belajar untuk menerima
karena dengan menerima kau merasa lebih baik.

3/
Lalu tiba-tiba kau berpikir tentang kematian.
Kematian?
Ah, ada banyak arti kematian yang dijual di toko-toko buku.

Kematian adalah situasi batas terakhir,
kata Karl Jaspers,
dan tak ada orang yang pergi ke sana lalu kembali.

4/
Banyak orang yang melihat kematian sebagai jalan keluar
dari semua persoalannya.
Mereka berpikir jika mereka mati, maka persoalan akan selesai.
Tidak, kematian tidak menyelesaikan persoalan.

Kematian terjadi hanya pada tubuh,
tidak pada jiwa.
Ketika tubuh mati, jiwa melanjutkan perjalanan.

(Hmm..., maaf, aku percaya pada kehidupan yang berulang kali,
bukan pada satu kali kehidupan.)

Ketika seseorang dilahirkan,
maka yang sudah dipastikan adalah sertifikat kematiannya.
Pada hari apa, jam berapa dan dengan cara apa.

5/
Let’s talk about you and your problems
All that I seems to do is spend the night
Just talking ‘bout you and your problems
No matter what I say I can’t get it right...


6/
Mengapa tiba-tiba kau berpikir ingin mati?
Apakah kau hanya akan duduk berpangku tangan saja
menunggu kematian itu datang?
Aku yakin kau tidak seperti itu.
Ada yang bisa kau kerjakan dengan jarum-jarum di tanganmu.

Diri kita seperti ini adalah akibat dari masa (kehidupan) lalu kita,
dan apa yang kita lakukan sekarang,
akan menentukan seperti apa kita di masa (kehidupan) yang akan datang.

7/
Lalu tiba-tiba kau berbisik,
“Aku berharap bisa memutus rantai kehidupan dan kematian ini!”

Samsara?

“Samsara!’
bisikmu dibawah sinar mentari pagi.

Saat dimana rantai kehidupan dan kematian terputus
mencapai tahapan arahat
yang tidak lagi harus hidup dalam wujud apapun
dalam tingkatan alam manapun.

Kau mengenali perasaan itu dan mencoba mengendalikannya
tanpa meneruskan menjadi keinginan.

Di saat itu,
kematian tidak lagi menjadi persoalan.

Kelahiran bukanlah awal, kematian bukanlah akhir,
kata Chuang Tzu jauh sebelum masehi.

8/
Kutemukan kau saat sedang duduk di atas bunga teratai
dan kau masih akan duduk terus untuk waktu yang lama.
Tak peduli apakah orang akan ingat padamu atau tidak,
tak peduli apakah kau diinginkan atau tidak.

Dengan duduk,
kita adalah bagian dari alam semesta ini.

9/
Atau ketika kita sujud,
saat dahi menyentuh lantai,
maka kita hanyalah setitik debu saja di hadapan-Nya.

10/
Talk about me for a minute
I’m the one who’s losing
Talk about me, for a minute
I’m the one who’s always losing out...


Jakarta, 18 Februari – 4 Maret 2010


Urip Herdiman K.

Catatan :
Petikan dari lirik lagu Let’s Talk About Me, milik
The Alan Parsons Project dalam album Vulture Culture, 1985.

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home