The Urheka Project : Mimpi Dalam Mimpi

"All that we see, or seem, is but a dream within a dream." - Edgar Allan Poe, A Dream Within A Dream, 1846.

Monday, July 26, 2010

Doa Malam Seorang Bandot

DOA MALAM SEORANG BANDOT
(Puisi II dari Tiga Puisi)


1/
Baby Benz itu melambat, dan masuk ke dalam kompleks perumahan. Penjaga pintu gerbang mengangkat portal. “Selamat malam...” katanya pada penjaga.

“Selamat malam, Pak Haji,”
kata penjaga menyapa salamnya.

2/
Ia masuk ke dalam rumahnya. Dilihatnya istri tertidur di sofa. Ditengoknya dua anaknya di kamarnya masing-masing. Anak pertama tak perlu ditengok, karena sudah kuliah di luar kota. Pukul 02.00 dinihari.

3/
Selesai shalat, ia berdzikir. Dan kemudian berdoa.

“Tuhan, terima kasih untuk semua anugerah yang Kau berikan padaku. Istri yang setia, anak yang-anak yang sehat, cerdas dan sedikit bandel. Tidak apa, karena dulu aku juga bandel seperti mereka. Sampai sekarang pun aku masih bandel, tetapi bandel di luar rumah.”

“Tuhan, sudah dua puluh lima tahun aku menikah. Dimulai sejak aku pertama aku datang ke Jakarta, naik turun buskota, mencari order pekerjaan untuk kantor pertama, hingga sekarang aku memiliki semuanya. Kedudukan tinggi. Mobil Trooper dan Baby Benz. Rumah di sini, rumah di kampung, dan villa di Puncak. Tabungan di banyak bank. Tanam uang di sana, tanam uang di sini. Uang datang tanpa sempat aku menghitung lagi. Tuhan, terima kasih atas rezeki yang kau berikan ini. Terima kasih. ”

4/
“Tetapi Tuhan, istri di rumah sudah tidak muda lagi, tubuhnya sudah melebar, sudah tidak menarik lagi, sementara aku merasa masih perkasa. Akupun susah membawanya keluar rumah untuk menghadiri acara-acara. Padahal ia setia walaupun cerewet.”

“Tuhan, di luar rumah, ada perempuan-perempuan muda yang menarik. Mereka selalu manja dan menggoda. Mereka butuh uang untuk tampil trendy, aku punya uang yang mereka butuhkan, dan kudapatkan kehangatan yang tidak lagi kutemukan di rumah ini.”

5/
“ Maafkan aku harus mengatakan ini, Tuhan. Aku sebenarnya ingin menikah lagi, punya istri kedua, ketiga sampai keempat. Aku sanggup membiayainya, tetapi istriku tidak mengizinkan. Jadi aku terpaksa menempuh jalan seperti ini.”

6/
“Tuhan, aku sadar rezeki dari-Mu ini hanya sementara. Ketika aku pensiun dua tahun lagi, aku tidak tahu apakah aku masih bisa memeliharanya, kecuali masa dinasku diperpanjang. Karena butuh biaya besar untuk memelihara perempuan cantik seperti dirinya. Belum lagi masih ada lelaki lain yang mengincarnya. ”

“Tuhan, maafkan aku, ampuni aku. Kalau aku mati, aku berharap bisa masuk surga. Kalaupun tidak, aku sudah pernah merasakan surga di dunia ini.”

7/
“Pertama kuajak, ia malu-malu dan terlihat enggan. Tetapi ketika aku datang dengan Baby Benz dan mengajaknya ke Plaza Senayan, ia begitu senang dan bahagia. Setelah itu, semuanya menjadi mudah. “

“Terakhir Tuhan, aku minta maaf karena untuk mendapatkannya itu, aku telah mengkhianati seorang teman yang memperkenalkanku dengannya. Wanita ini terlalu sayang untuk dilewatkan. Persetan dengan persahabatanku dengannya. “

8/
Ia tersenyum dan merebahkan diri di ranjang. Besok ia masih harus berangkat kerja seperti biasa. Dan malamnya ia sudah berjanji untuk mengajaknya ke Puncak, menghabiskan weekend.

Jakarta, 27 Juli 2010

Urip Herdiman Kambali

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home