The Urheka Project : Mimpi Dalam Mimpi

"All that we see, or seem, is but a dream within a dream." - Edgar Allan Poe, A Dream Within A Dream, 1846.

Thursday, July 20, 2006

Berkebunkata Di BungaMatahari

BERKEBUNKATA DI BUNGAMATAHARI

berkebun adalah hobi yang menyenangkan. cocok untuk mereka yang punya banyak waktu, seperti pensiunan atau ibu rumah tangga. bapak rumah tangga pun bisa melakukannya. atau sekedar mengisi waktu luang bagi mereka yang tidak tahu harus melakukan apa di akhir pekan, seperti aku yang jomblo ini.

tokh, nenek moyang kita bukan cuma bangsa pelaut, tetapi juga petani dan pekebun. lihat saja nama-nama kebon kacang, kebon nanas, kebon nangka, kebon pala, kebon manggis, kebon jeruk, kebon jahe, kebon singkong dan seterusnya. lalu ada pula yang modern seperti kebun binatang di ragunan dan kebunkata milik bungamatahari..... aih, rupanya aku sudah ngelantur.....:-)

maka aku pun mulai menggarap pekarangan rumahku. kuambil cangkul kecil, dan aku pun mulai bernyanyi. cangkul...cangkul...cangkul yang dalam... eh, ini rupanya lagu yang kukenal dulu semasa masih kanak-kanak. aah...semakin jauh rupanya aku ngelantur...:-)

dan lalu aku menaruh bibit-bibit yang telah kusiapkan didalam lubang-lubang yang kugali. mulai dari yang murah sampai yang mahal. mulai dari yang kecil sampai yang besar. mulai dari lembaran seratus rupiah, limaratus rupiah, seribu rupiah hingga seratus ribu rupiah.

aku menanam uang di halaman rumahku, karena aku tidak lagi percaya pada bank dan teman-temannya itu. aku menanam uang kertas karena kertas dari kayu dan kayu bisa tumbuh menjadi pohon besar dan berbunga dan suatu waktu aku bisa memanennya. dan dengan segepok uang yang memenuhi semua saku baju dan celana jeans-ku, aku bisa datang dengan kepala tegak pada ibumu, untuk melamar anaknya.
: maukah kau menjadi istri tukang kebun seperti aku?

auw...! siapa yang mencubitku? aku ingin mendengar jawabannya... auw! tolong jangan bangunkan aku dari tidur siang bolong ini...

Sawangan, 23 Maret 2006 - Jakarta, 13 Juli 2006
Urip Herdiman K.

Mulut, Bibir dan Lidah

MULUT, BIBIR dan LIDAH

(1)
semua orang berpikir, semua orang berbicara. ada yang banyak bicara, ada yang sedikit bicara. adapula yang tidak suka berbicara. dan ketika berbicara, semua orang tentunya mempergunakan mulut. mulut memang untuk bicara, entah apapun yang dibicarakannya.

pada dasarnya orang lebih suka berbicara daripada mendengarkan. hanya ada sedikit orang yang bisa dan suka mendengarkan orang lain berbicara. tidak heran karenanya kita ini suka bergosip ria tentang semua hal. makanya acara infotainment pun selalu dinantikan. ada ‘kiss’ yang logonya bibir, ada yang judul acaranya ‘bibir plus’. dahulu, sebuah majalah punya rubrik dengan judul ‘dari mulut ke mulut’.

(aah...jangan ngeres dulu donk...)

dan jangan lupa dengan simbol paling terkenal di kolong langit ini, si bibir dower jagger yang menjulurkan lidahnya.

sembari mendengarkan, ada orang-orang yang suka memperhatikan gerak bibir lawan bicaranya, apalagi jika ia wanita. bibir, adalah pintu gerbang mulut. ada yang tipis, ada yang tebal, ada yang memble dan ada bibir yang mengundang...untuk dicium, untuk dikulum...hehehe...

(2)

mulut adalah sebuah gua yang maha raksasa. tampak depannya bisa kecil, tetapi kalau kita masuk ke dalam, kita akan menemukan sebuah keluasan yang tanpa batas. mulut juga tempat bermukim banyak hewan, yang hanya ada di kebun binatang atau kamus bahasa.

disana ada anjing, babi, monyet, lutung, cacing, jerapah, singa, harimau, kecoa, bangsat, tikus, nyamuk, gajah, kuda nil, buaya dan sejuta sumpah serapah seperti yang biasa diteriakkan kapten haddock, temannya tintin

(3)

bibir dan lidah bercakap-cakap tentang peran mereka
“semua kata yang terucap, keluar melaluiku,”
kata bibir bangga.

“semua kata yang terucap, terjadi karena aku,’
kata lidah tak mau kalah.

(4)
ada orang, terutama lelaki, yang memang suka memperhatikan bibir lawan bicaranya, apalagi jika didepannya adalah wanita cantik. lihat bibirnya, lihat bibirnya. walau tidak tertutup kemungkinan bahwa wanita pun suka melihat bibir lawan bicaranya.

(5)
“orang-orang suka memperhatikan aku, dan aku bisa menebak apa pikiran mereka,”
ujar bibir.

“ya, dan mereka tidak melihat aku,”
jawab lidah mengeluh.

“bagaimana bisa melihatmu kalau kau sembunyi didalam sana?”
timpal bibir.

(6)
ketika sebuah kata terucap, maka lidahlah yang berperan besar melepaskannya. lidah memang sangat lentur, lincah, licin, lemas serta sekaligus liat dan liar. dapat bergerak maju atau mundur, ke samping kiri atau kanan, ke atas atau ke bawah. semua itu bisa terjadi karena lidah tidak bertulang.

ada orang-orang yang begitu mahir memainkan lidahnya, sehingga pintar bermain silat lidah. ciaaattt... ‘gak ada matinya bo... orang-orang seperti ini, kadang menyenangkan, kadang juga menyebalkan, tetapi memang dunia juga menjadi ramai karena kehadiran mereka.

(7)
‘kata-kata yang kau ucapkan, kadang menimbulkan kesulitan. bisa menyejukkan, bisa membakar seluruh isi dunia,”
serang bibir.
“kau tidak punya tanggung jawab!”

“hahaha... tanggung jawab?”
sergah lidah.
“bagaimana aku bertanggung jawab, karena aku ‘kan tidak bertulang. bahkan kadang aku pun bercabang. kau tahu itu!”

(8)
lidah, selain fungsinya dalam melahirkan kata, juga merupakan indra pengecap dan alat bantu makan. lidah bisa merasakan segala macam rasa makanan dan minuman, walau sebagian ada yang tidak bisa merasakannya.

ada yang biasa dilakukan lidah, dan semua pasti pernah melakukannya. menjilat. orang-orang yang suka makan dengan tangan, biasanya setelah selesai, akan menjilati jari-jemari mereka. memang enak juga rasanya memanjakan diri sendiri. tokh, lidah sendiri, jari-jemari sendiri. karena dipercaya bahwa diantara jari-jemari, ada enzim yang menyehatkan.

dan dengan lidah pula, maka ada orang-orang yang hobinya senang menjilat-jilat. mereka menjilati orang-orang tertentu yang senangnya dipuja-puji. cocok. yang satu suka menjilat, yang satu suka dijilat. entah apa yang dijilat, mungkin jidatnya, mungkin pantatnya. sampai licin berkilau.

adapula yang suka menjilat-jilat langit, dengan harapan pintu surga terbuka lebar untuknya. padahal untuk masuk surga, tidaklah cukup dengan menjilati langit saja.

(ha-ha-ha...)

Gambir, 16 Juni 2006 - 13 Juli 2006
Urip Herdiman K.

Pelajaran Membaca Yang Realistis Dan Progresif Di Awal Tahun Ajaran Baru Penuh Bencana

PELAJARAN MEMBACA YANG REALISTIS DAN PROGRESIF
DI AWAL TAHUN AJARAN BARU PENUH BENCANA

Bencana alam
Musibah
Gempa bumi
Tsunami
Banjir bandang
Longsor
Lumpur panas
Kebakaran hutan
Asap
Pembalakan liar
Merapi
Freeport
Cepu

Ah, kami sedang belajar membaca. Tahun ajaran baru, kelas baru, buku baru, seragam baru, sepatu baru, teman baru, dan ibu guru baru. Namanya Ibu Cantik. Cantik seperti Susan Bachtiar. Ia mengajar pelajaran membaca di Sekolah Cuci Otak ini. Membaca yang baik dan benar, yang realistis dan progresif.

“Selamat pagi, anak-anak!”
kata Ibu Cantik di depan kelas.
“Selamat pagi, Ibu Cantik...!”
jawab kami serempak.

Ini hari keempat. Ibu Cantik menghadap papan tulis dan menuliskan daftar kata. Aih...betisnya, aih...pantatnya, aih...pinggulnya, hey, aku bisa menebak apa warna behanya...

“Nah, anak-anak, seperti Ibu katakan pada hari pertama, Ibu akan ajarkan kata-kata baru mulai hari ini dan di hari-hari yang akan datang. Mari kita ucapkan bersama-sama, mengikuti urutan yang sudah Ibu tuliskan.”

Korupsi
Kolusi
Nepotisme
Munafik
Penjilat
Teroris
Radikal
Liberal
Selebriti
Infotaintment
Dugem

“Ibu, kata-katanya kok tidak ada dalam buku kami?”
tanya Centil.
“Iya, Bu. Kok beda dengan buku pegangan milik saya?”
sambung Panjul.
“Betul, Bu. Kami ‘kan sudah keluar uang untuk beli buku ini!”
timpal Peyang.
“Anak-anak yang manis, Ibu memang tidak memakai buku pelajaran yang baru dari departemen. Bukunya baru, tetapi isinya sudah ketinggalan setengah abad,”
jawab Ibu Cantik
“Ha-ha-ha...bapak dan ibu saya belum lahir donk...”
celetuk Pesek
“Betul, kakek dan nenek kalian pun mungkin belum lahir juga.”
“Ha-ha-ha.....,”
kami tertawa bersama-sama.
“Lalu buku pegangan kami apa donk, Bu?”
tanya Bedul.
“Iya, Bu, apa neeh bukunya?
serobot Gendut
“Buku pegangan kalian? Kalian harus membaca suratkabar, menonton televisi, mengakses internet dan mengintip SMS di handphone orangtua kalian,”
jawabnya
“Ooo..begitchu...!”

Lengser
Trisakti
Semanggi
Munir
LSM
Aceh
Papua
Poso
Ambon
HAM
Pemilu
Pilkada
Otonomi daerah
Depdiknas
Ujian nasional

Tak terasa jam pelajaran Ibu Cantik hampir usai.
“Ada pertanyaan anak-anak? Kalian boleh tanya apa saja sama Ibu.”
“Saya, Bu...,”
sahutku mengacungkan tangan.
“Ya, Caplang, kamu tanya apa?”
“Anu, Bu... Apa Ibu pakai beha warna hitam?”

Pornografi
Pornoaksi
Playboy
APP

Sawangan, 19 Juli - Jakarta 21 Juli 2006
Urip Herdiman Kambali

***

Profil Diri

Lahir di Jakarta, 15 Juli 1965, dibawah bintang Cancer, shio Ular. Lulus dari Jurusan Sejarah Fakultas Sastra UI, 1990. Minat dan hobi dalam puisi, meditasi, chikung, silat dan mendengarkan musik-musik alternative dan progressive rock, seperti The Alan Parsons Project, Pink Floyd, Yes, Asia, King Crimson, Roger Waters, Mike Oldfield, Steve Hackett, enz.