The Urheka Project : Mimpi Dalam Mimpi

"All that we see, or seem, is but a dream within a dream." - Edgar Allan Poe, A Dream Within A Dream, 1846.

Friday, February 29, 2008

Living A Lie

LIVING A LIE
(Babe Ruth)

Here the last, what do you see
There only even know, how way feel
Ooo, so many times, I feel like
She comes by ooo…
You know I’m living a lie
Oo, when you see me
Wish to, ignore me
She’s feelin’ there are him
Deep inside
Just can not be enough

The way you touch me
Ooo, where are too rough me, woman
Just can not be discry
What simple thought with me
Ooo, got she one to love me don’t you baby
Ooo, don’t you play with
Don’t you play with
The way that I feel

That she’s my lady
My who’s station lady
She, she make me feel so real
Ooo, so very real
So now, you know
How my love goes
Now you gone away
I’m living a lie
Now you can see
Ooo, don’t help my…
I know you why, you know why
I’m living a lie

Catatan :
Album :(?)
Jennie Haan : vocal power
Dave Hewitt : bass guitar
Alan Shacklock : all guitars, vocals, organ, synthesizer, keyboards
Dick Powell : drums and percussion
Dave Dushon : electric and acoustic piano

Labels:

Thursday, February 28, 2008

Koma

KOMA

Koma adalah halte dalam perjalanan
tempat seharusnya berhenti sejenak
tanpa batas waktu,
mengambil nafas

Dan menentukan pilihan perjalanan berikut
- mau kemana?

Sawangan, 11 Januari 1992

Urip Herdiman K.

Labels:

Wednesday, February 27, 2008

Too Close To The Sun

TOO CLOSE TO THE SUN
(Alan Parsons)

There must be a thousand ways
Holding us within this maze
Every path we take leads us astray
Comfort me my only son
‘Till the day my work is done
There’s no earthly reason we should stay

And when the wind gets under these wings
You will feel what freedom brings
Stay right by me, walk don’t run
I don’t want you flying too close to the Sun

Turn your eyes towards the light
Steal away in silent flight
The skies are calling out to you and me
Over sea and over land
God protect us with your hand
Bring us safely to our destiny

And now the wind is under our wings
We can taste what freedom brings
Stay right by me, walk don’t run
I don’t want you flying too close to the Sun

God forgive his fall from grace
The sea conceals his resting place
Can we learn to stay behind the line
If we have the means to fly
Some of us will surely die
Being reckless was his only crime

And now the wind is under our wings
We can taste what freedom brings
Stay right by me, walk don’t run
I don’t want you flying too close to the Sun

Catatan :
Music and lyrics : Parsons, Bairnson, Elliot
Album : On Air, 1996
Vocal : Neil Lockwood
Guitars : Ian Bairnson
Drums and percussion : Stuart Elliot
Bass : John Giblin
Keyboards : : Gary Sanctuary, Richard Cottle, Alan Parsons
Saxophone : Richard Cottle

Labels:

Stigma

STIGMA

Stigma? Apa ya stigma ini? Oke, saya buka kamus dulu ya… Stigma, menurut Kamus Besar Bahasas Indonesia adalah ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya; tanda. Sementara Kamus Inggris – Indonesia susunan John Echols dan Hasan Shadily mengartikannya sebagai noda, cacat.

Stigma datang bukan atas kehendak diri kita sendiri, tetapi ada peran orang lain di sini, mungkin dia punya kuasa atau wewenang. Stigma itu, biasanya negatif, walau saya pikir-pikir, sebenarnya bisa juga positif. Yang positif ini sering disebut ‘label’. Misalnya label ‘rocker’. Biarpun Ikang Fawzi sudah tidak ngeband lagi, tetap saja dia dicitrakan sebagai rocker. Biarpun Anda hanya bikin satu buku puisi, mudah-mudahan seumur hidup Anda disebut ‘penyair’. Hahaha…J

Dalam sejarah Indonesia, seingat saya, stigma baru muncul setelah Orde Baru. Sebelum Orde Baru, artinya ya Orde Lama, tidak ada stigma ‘PKI’, ‘komunis’ ataupun ‘kiri’.yang membuat orang jadi ketakutan setangah mati. Setelah G.30.S/PKI (siapa pun pelakunya), stigma PKI, komunis dan kiri, bisa membuat orang kehilangan sumber penghidupannya. Bukan hanya diri sendiri, tetapi seluruh keluarga hingga anak cucu. Semua pintu tertutup, semua menjadi sulit.

Stigma lain yang juga sempat membuat gaduh hari-hari akhir Orde Baru, misalnya ‘OTB’ alias organisasi tanpa bentuk. Isu ini menjadi santapan pers, yang saat itu mulai sedikit berani. Karena kalau tidak berani, bisa-bisa pers ketinggalan dari televisi yang menyalak terus seperti anjing.

Tetapi ada lho satu stigma lain, dari dulu sampai sekarang, dari zaman Orde Lama hingga Orde Reformasi ini, masih tetap bertahan. Tidak lekang karena panas, tidak lapuk karena hujan, dan tidak pudar karena zaman. Mau menebak? Ya. Stigma’KKN’ dan ‘koruptor’ tidak membuat orang jera. KKN ini jelas beda dengan KKN yang dulu artinya kuliah kerja nyata.

Mungkin karena orang sudah immune. Semakin banyak diberitakan, semakin diliput, semakin banyak orang yang berani (mencoba) korupsi. Dan semakin banyak komisi atau institusi yang dibentuk, mau KPKPN kek, ataukah KPK kek, eh, korupsi pun semakin membesar. Kalau dulu istilahnya’di bawah meja’, sekarang sudah menjadi ‘di atas meja’.

Saya tidak tahu apakah pernah ada survey atau penelitian yang mengamati besaran peersentase korupsi terhadap APBN. Tetapi saya yakin, semakin besar angka APBN, semakin besar angka yang dikorupsi. Semakin besar gudangnya, semakin banyak tikusnya.

Orang bangga dibilang KKN atau korupsi, karena dengan demikian dia bisa mendapat publisitas gratis dari media cetak dan elektronik. Minimal, usia liputannya sekitar dua minggu, syukur-syukur bisa satu bulan.

O…oo… Kamu ketahuan
Korupsi lagi…

Anda korupsi? Ih, siapa takut. Terus saja nyanyi, korupsi jalan terus.

Apa lagi stigma yang tidak mudah hilang dari ingatan orang? ‘Kan, stigma tidak harus selalu dalam skala besar. Bisa juga dalam skala kecil, dalam skala kehidupan sehari-hari yang kita jalani.

Ah, ya, tentang pengkhianatan atau perselingkuhan. Sekali Anda mengkhianati seseorang, mungkin teman Anda sendiri, maka orang itu akan mencap Anda selamanya sebagai ‘pengkhianat’. Sekali Anda berselingkuh, maka orang-orang akan mengingat Anda sebagai ‘peselingkuh’, orang yang tidak setia pada pasangan, keluarga dan anak-anak. Anda berkhianat atau berselingkuh? Lagunya jadi seperti ini, yang asli seperti yang dinyanyikan Matta Band.


“O.. oo… Kamu ketahuan
Pacaran lagi
Dengan dirinya
Teman baikku…”

Nah, lho, ketahuan juga ‘kan akhirnya… Butuh waktu lama untuk memulihkan nama dan kehormatan Anda, karena mungkin saja orang-orang bisa memaafkan, tetapi tidak akan melupakannya. *** (16 Januari – 20 Februari 2008, Urip Herdiman K.)

Labels:

Sunday, February 17, 2008

Happy Valentine Day (II)!

HAPPY VALENTINE DAY (II)!

labirin warna-warni
yang berakhir kelabu

ada pengkhianatan
ada perselingkuhan
dan banyak tanda tanya

Jakarta, 16 - 18 Februari 2008

Urip Herdiman K.

Labels:

Thursday, February 14, 2008

The Last To Know

THE LAST TO KNOW
(Asia)


Standing alone in solitude
Holding your head in your hands
Tears play like rain on your fingertips
Who but yourself is to blame?
How could I offer sympathy?
When all I feel is pure rejection

I was the first one to really know your name
And you were the first one for me
But everyone knew but me
You were the first one ever let me down
And I was just the last to know

I was the fool who trusted you
No evil thoughts in my mind
When I saw you going out with him
Who could I blame, for this deception?

Catatan :
Album : Alpha, 1983
Lyrics : Wetton and Downes
Keyboards : Geoffrey Downes
Bass guitars and vocals : John Wetton
Guitar : Steve Howe
Drums and percussion : Carl Palmer

Labels:

Wednesday, February 13, 2008

Happy Valentine Day!

HAPPY VALENTINE DAY!

angin pagi
menyapa dedaunan
: mesra

angin pagi
membelai tubuhku
: dingin

angin pagi
membawa berita
: pengkhianatan!

Sawangan - Jakarta, 14 Februari 2008

Urip Herdiman K.

Labels:

Monday, February 11, 2008

Menangkap Tikus Di Tahun Tikus

MENANGKAP TIKUS DI TAHUN TIKUS

Perayaan Tahun Baru Imlek 2559 baru saja berlalu minggu lalu. Tetapi tulisan ini bukan tentang Tahun Tikus, melainkan tentang tikus-tikus yang banyak berkeliaran di sekitar kita.

Tikus adalah binatang pengerat. Dia bisa kita temukan di mana saja. Tidak perlu jauh-jauh, dia ada di sekitar kita. Di rumah, di loteng, di dapur atau di gudang. Sedikit agak jauh, di luar rumah kita, mungkin di kebun atau di selokan air.

Sebagai binatang pengerat, tikus harus selalu menggerogoti sesuatu, dengan tujuan utama untuk menjaga agar giginya tidak tumbuh panjang. Karena jika itu terjadi, gigi-gigi tikus akan melukai moncongnya sendiri. Tidak heran kalau tikus selalu menggerogoti apa saja yang ditemukannya. Makanan, beras, kayu, plastik dan saya yakin juga termasuk kawat. Wow! Rasanya tikus tidak pernah ke dokter gigi ya...

Saya pernah melihat sebuah film dokumenter di sebuah stasiun televisi tentang tikus. Tikus yang ada sekarang, katanya, tidak banyak berbeda dengan tikus zaman prasejarah. Jadi mungkin tikus zaman dinosaurus masih sama dengan tikus zaman sekarang ini.

Dalam pengamatan saya, (hehehe… keren ya…) tikus sebenarnya punya kelemahan. Dia tidak tahan melihat cahaya. Lihat saja, setiap pagi, di jalan-jalan selalu ada tikus yang mati tergilas roda mobil dan motor. Biasanya itu terjadi saat ia mau menyeberangi jalan dan mendadak muncul mobil atau motor dengan lampunya yang menyilaukan mata mereka. Panik, tidak bisa berbalik arah dan memilih diam saja. Gress!

Apakah tikus ada lawannya? Ada, tetapi jangan kita lihat film cartoon Tom & Jerry, di mana si tikus selalu menang dan si kucing selalu kalah. Di luar rumah, lawan tikus adalah ular sawah dan burung hantu. Di dalam rumah, lawannya adalah kucing. Cuma saja kucing rumah sekarang terlalu kecil, terlalu manis dan juga terlalu jinak. Sementara tikusnya menjadi lebih besar dan gemuk. Hehehe… Maklum, makanan sisa yang disantapnya memang bergizi. Kucing pun bisa keder ketemu tikus.

Karena makanan yang bagus itulah, tikus berevolusi luar biasa. Tikus sekarang bisa pakai jas, dasi, sepatu mahal dan mobil mewah. Dia bisa membaca, menulis dan menghitung. Paling jago kalau ia menghitung uang dan mencari peluang keuntungan untuk dirinya sendiri. Tikus betah nongkrong di kantor-kantor pemerintahan, walau ada juga di kantor perusahaan swasta. Dia juga tidak lagi sembunyi di bawah meja, tetapi terang benderang di atas meja. Jadi jangan harap dia bakal mati di jalanan tergilas mobil. Dia senang cahaya, termasuk lampu kamera, karenanya ia senang difoto atau bahkan masuk televisi sekalipun. Selebritis bo’…

Tikus-tikus yang ini spesialis menyikat uang anggaran, rutin maupun proyek pembangunan, dan mungkin saudara-saudaranya kalau ada. Hidung tikus terbaru ini sangat tajam dalam mencium dimana ada uang.

Banyak kucing yang sudah dipersiapkan untuk memerangi tikus-tikus ini. Dan hasilnya, belum terlalu sukses, walau mungkin bisa diperdebatkan apa ukuran suksesnya. Beritanya heboh, lalu perlahan-lahan menjadi senyap. Yang paling baru adalah KPK, dibacanya ka-pe-ka. Ini kucing sakti yang dipersenjatai dengan segala macam peraturan hukum, bukan hanya misai, gigi dan cakar saja.

Sayang sekali, dalam astrologi China, sesudah Tahun Tikus adalah Tahun Kerbau. (Kemana ya kucing-kucing itu sewaktu nenek moyang bangsa China menyusun astrologinya?) Kalau saja ada Tahun Kucing, seharusnya ditempatkan sesudah Tahun Tikus. Pastilah tikus-tikus bakalan ketakutan.

Eh, tentang tikus dan kucing ini, Deng Xiaoping, pendekar politik dari China pernah berujar. “Tidak peduli kucing hitam atau kucing putih, yang penting bisa menangkap tikus,” kata Paman Deng sekali waktu, saat China sedang menggeliat bangun.

Nah, rupanya di China pun keadaannya sama dengan di negeri kita ini, baik dahulu maupun sekarang. Banyak tikus yang berkeliaran sementara kucing-kucingnya cuma bisa mengeong. Meeooong!!! *** (10 – 12 Februari 2008, Urip Herdiman K.)

Labels:

Sunday, February 10, 2008

Kartu Undangan

KARTU UNDANGAN

: liana primarini

kita masih punya janji makan siang bersama

ketika akhirnya bukan seekor kupukupu
atau seorang bidadari yang datang padaku
bukan pula dering telepon dari sana

tetapi,
sebuah kartu undangan pernikahan darimu

Sawangan, 31 Agustus 2000 – Jakarta, 13 Agustus 2007

Urip Herdiman K.

Labels:

Tuesday, February 05, 2008

Where Are You?

WHERE ARE YOU?
(Jon Lord)


Waking from a dream
Thinking of what you’ve said
Reaching out to touch you
And finding an empty bed
But that's…much to cruel
For a lonely fool
Where are you?

Falling into dreams
Fears and fantasy
Windows full of rain
And room full of memories
But I wake and find, dreams
Had made me blind
Where are you?
Where are you, my friend?

Lonely there and hits me leased me down
I just can’t carried alone
Alone nobody’s with me
I see it’s just another town, along the road
Along the road

Reff.:
Mirror on the wall, show me
A whiskey smile
Pack my bag and fall
Fall down the next town mile
In a land of fools
When the mad man rules
Where are you?
Where are you, my friend?

Catatan :
Album : Before I Forget
Vocals : Elmer Gantry
Keyboards : Jon Lord

Labels:

Sunday, February 03, 2008

Hujan Lagi, Banjir Lagi, Jakartaku Terendam Lagi

HUJAN LAGI, BANJIR LAGI, JAKARTAKU TERENDAM LAGI

Hujan lagi, banjir lagi, dan Jakarta terendam lagi. Mau bilang bosan, bagaimana lagi? Memang itu yang terjadi. Jumat kemarin (1/2/2008) hujan lebat mengguyur Jakarta sejak tengah malam hingga siang. Hasilnya seperti sudah kita lihat di media cetak dan televisi, Jakarta nyaris tenggelam.

Sampai tahun lalu, selalu dikatakan bahwa Jakarta punya siklus banjir lima tahun sekali. Kita masih ingat banjir tahun 2002 yang jatuh pada 1 Februari 2002. Tahun 2007 lalu juga pada 1 Februari 2007. Belum habis tahun 2007, Jakarta terendam banjir lagi. Dan sekarang di tangan gubernur baru yang katanya ahli dan berpengalaman, Jakarta terendam banjir lagi. Pas 1 Februari 2008. Dahsyat, man!

Kalau membaca media cetak dan melihat televisi, tampaknaya wilayah yang terkena banjir semakin luas saja setiap tahunnya. Selamat! Setidaknya ini adalah suatu prestasi marketing yang luar biasa. Hahaha… Dan yang paling mudah adalah menyalahkan alam. Lho?

Kenapa alam yang harus disalahkan? Alam tidak pernah salah, manusialah tempatnya salah. Mari kita tanyakan pada hujan yang sedang turun dengan penuh semangat. “Hey, hujan, kenapa kau turun begitu deras dari tengah malam hingga siang ini?” kataku bertanya pada hujan. “Kau menyebabkan banjir lagi di Jakarta. “

“Tugasku memang turun ke bumi. Aku memandikan planetmu dari segala kekotoran dan dosa-dosa. Aku tidak menyebabkan banjir. Aku mencari tanah lapang yang terbuka, empang, situ, danau atau apapun, namun tidak kutemukan. Aku mencari saluran air yang lancar, tidak juga kutemukan, semuanya mampet. Aku mencari sungai dan kali, semua sudah penuh dengan sampah. Aku harus ke mana lagi? Jadilah aku melimpah ke mana-mana, masuk ke jalan-jalan, termasuk jalan tol, ke perumahan dan pemukiman warga , ke pusat kota, kantor-kantor sampai istana dan ke daerah-daerah pinggiran lainnya. Maaf, merepotkan, tetapi ini tidak sengaja,” jawab hujan sederas turunnya.

Ah, Pak Gubernur Jakarta tidak membaca sejarah. Banjir di Jakarta sudah ada sejak zaman Hindia Belanda, dan tidak cuma sekali, tetapi berkali-kali. Maka dari itulah dibangun Banjir Kanal Barat itu. Bayangkan, saat itu Jakarta masih hutan belukar, belum banyak villa, bungalow, rumah mewah, wisma, hotel, resort dan lain-lainnya di Puncak Pass, daerah hulu Sungai Ciliwung.

Kalau dia mau lebih jauh lagi, banjir di dataran rendah Jakarta bahkan sudah ada sejak zaman Purnawarman, Raja dari Kerajaan Tarumanegara, sekitar tahun 400 – 500 Masehi. Mestinya dia bisa bilang,”Tuh, kan, dari dulu juga Betawi emangnya daerah banjir!”

Jakarta tidak perlu resah, karena daerah banjir semakin banyak, semakin luas. Jakarta tidak sendirian kok…! Di luar negeri pun sama saja. Banyak temannyalah. Tetapi Jakarta juga tidak bisa berkilah bahwa ini adalah akibat pemanasan global (global warming). Hehehe…bisa-bisa warga Jakarta ongkang-ongkang kaki, main gaple dan tidur. Dasar pemalas!

Tetapi ngomong-ngomong, kalau setiap ada hujan lebat satu jam atau dua jam saja sudah banjir setinggi lutut atau sepinggang orang dewasa, bagaimana kalau satu hari, dua hari, tiga hari atau seminggu hujan terus? Mungkin tidak perlu sampai lima tahun lagi, banjir sudah sepinggang Monas. Nah, lho…rasain! *** (4 Februari 2008, Urip Herdiman K.)

Labels: