The Urheka Project : Mimpi Dalam Mimpi

"All that we see, or seem, is but a dream within a dream." - Edgar Allan Poe, A Dream Within A Dream, 1846.

Thursday, November 27, 2008

Catch The Rainbow










CATCH THE RAINBOW
(Ritchie Blackmore)


When evening falls, she’ll run to me
Like whispered dreams, your eyes can see
Soft and warm, she’ll touch my face
Far better strong against the rain

* We believe, we’ll catch the rainbow
Ride the wind to the sun
Sail away on ships of wonder
With chains made of steel
So bless me (oh bless me, bless me)

Come the down, come the down
Come the down, come the down

Back to *

Catatan :
Lagu milik Ritchie Blackmore bersama Rainbow,
setelah ia menyatakan keluar dari Deep Purple.

Labels:

Monday, November 24, 2008

Yoga, Agama dan Pewarisan Budaya

YOGA, AGAMA DAN PEWARISAN BUDAYA

Koran Opmet hari ini (Selasa, 24 November 2008) memuat berita unik yang kecil di halaman dalam tentang fatwa dari Majelis Fatwa Nasional Malaysia yang melarang warga Islam untuk berlatih yoga, karena latihan yoga ditengarai membawa muatan ajaran Hindu yang dapat merusak keimanan seorang muslim. Praktek yang disebutkan antara lain nyanyian ritual.

Kejadian ini bukan yang pertama di Malaysia. Beberapa bulan yang lalu, seorang menteri di Malaysia juga melarang umat Kristiani untuk menggunakan kata ‘Allah’ untuk sebutan Tuhan. Mereka hanya boleh memakai kata ‘God’ untuk menyebut Tuhan mereka.

Bicara agama memang susah, apalagi kalau kita bicara dengan sentimen-sentimen yang emosional. Sehingga yang muncul adalah keputusan-keputusan yang didasarkan emosi saja, dan tidak rasional.

Tidak bisa dipungkiri, yoga dalam sejarahnya memang terkait erat dengan agama Hindu dan budaya India. Tetapi zaman berubah, yoga tetap bertahan, melalui perjalanan menembus kabut waktu. Salah satu kemampuannya bertahan adalah karena yoga tidak mempersyaratkan seorang praktisinya untuk menjadi Hindu. Anda bisa tetap seorang muslim atau kristen, atau protestan, atau komunis sekalipun, namun berlatih yoga. Apalagi ketika yoga dibawa keluar dari India menuju barat yang rasional. Di barat, yoga (yang populer adalah hatha yoga) dikembangkan sebagai latihan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran praktisinya. Latihan-latihan ini meliputi olah tubuh, olah nafas, olah pikir dan olah jiwa.

Hal ini agak mirip dengan Falun Gong yang dilarang di China pada dekade 1990-an, dan sampai sekarang larangan ini masih berlaku. Tak diragukan lagi bahwa latihan-latihan qigong/chikung (the art of breathing) adalah bagus untuk kesehatan dan kebugaran para praktisinya. Di China, budaya latihan fisik sudah ada sejak ribuan tahun sebelum Masehi. Namun di mata Pemerintah China, bukan manfaatnya yang dilihat, tetapi jumlahnya yang ditakuti, yaitu kalau jumlah peserta latihan falun gong meningkat terus, maka dia akan melebihi jumlah anggota Partai Komunis China. Jadilah keputusan yang tidak rasional itu dikeluarkan. Melarang Falun Gong!

Bicara agama memang susah, apalagi kalau agama-agama langit yang sangat menuntut ketaatan dan kepatuhan pada ajarannya tanpa boeh mengkritik ataupun melakukan kajian kritis. Yang ada hanyalah agama yang dogmatis, menuntut kesetiaan buta dari penganutnya.

Saya percaya bahwa apapun agama kita, baik karena kelahiran maupun karena pilihan sadar kita, Tuhan kita, atau Sang Pencipta Alam Semesta, tetaplah satu. Saya berpikir dengan sederhana saja, tidak perlu melihat ayat-ayat suci. Apakah kita Muslim, Kristen, Protestan, Buddhis atau Hindu, kita mempunyai organ tubuh yang sama. Bernafas dari dua lubang hidung, melihat melalui dua mata, mendengar melalui dua telinga, dan seterusnya, terrmasuk beranak pinak dengan alat-alat kelamin yang sama. Maksudnya, kalau Tuhan kita berbeda, seharusnya organ-organ tubuh kita berbeda juga, kecuali diantara para Tuhan itu ada standarisasi.

Kita mungkin sering melihat film-film tentang Shaolin Kungfu. Dalam salah satu film yang sempat saya lihat, ada seorang guru yang menyatakan bahwa ilmu Shaloin Kungfu tetap harus dipertahankan, tidak masalah apakah penerusnya buddhis atau bukan. Artinya, Shaolin Kungfu adalah cabang budaya yang sangat terbuka untuk siapa saja yang berminat, tanpa melihat suku atau suku bangsa, agama, ras, dan kepercayaannya.

Begitu pula dengan yoga dan latihan-latihan olah tubuh-olah pikir dan olah jiwa lainnya. Mereka akan bertahan dan selalu ada, tanpa harus terikat dengan ikatan-ikatan yang primordial dan sektarian. Larangan seperti yang dikeluarkan Majelis Fatwa Nasional Malaysia boleh ada, tetapi tidak akan mematikan yoga, termasuk di Malaysia sekalipun. Karena akan selalu ada orang yang memerlukan dan mencari latihan-latihan tersebut. Dan pada gilirannya, orang-orang itu yang telah mendapatkan manfaat dari latihan-latihan itu, akan menghidupinya, dan meneruskannya kepada generasi berikut. *** (UHK, 24 November 2008)

Labels:

Thursday, November 20, 2008

Pertahanan Indonesia Tanpa Daya Pertahanan

PERTAHANAN INDONESIA TANPA DAYA PERTAHANAN

Hari ini, Kamis, 20 November 2008, Koran Opmet (sorry, tolonga bacanya dibalik) memuat dua berita yang menarik saya. Pertama, berita di halaman dalam yang cukup besar tentang bajak laut Somalia yang merajalela dan membuat negara-negara Teluk Arab kewalahan, termasuk kapal-kapal US Navy, NATO dan jug a India yang bertugas di kawasan itu pusing tujuh keliling.

Saya membaca berita ini sebagai berikut: Sehebat-hebatnya teknologi maju atau teknologi tinggi dalam bidang pertahanan, ternyata masih bisa ditembus dengan cara-cara yang tradisional dan agak kuno. Kapal-kapal US Navy tentu diperlengkapi dengan teknologi radar yang canggih, informasi dari satelit, dan pesawat-pesawat atau heli pemburu yang tak ada tandingnya. Tetapi di hadapan bajak-bajak laut Somalia, itu bisa dipatahkan, entah bagaimana caranya. Yang jelas, mereka punya otak untuk mengakali kecanggihan teknologi perang Amerika.

Yang kedua, berita kecil saja. Wakil Presiden MJK menyatakana bahwa pertahanan masih tetap merupakan perhatian Pemerintah, walaupun anggaran pertahanan kita minim. Hal itu dikemukakan saat ia membuka pameran Indodefense di Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma, kemarin, Rabu..

Saya membaca berita ini sebagai berikut: Harap sabar, Pemerintah masih tetap memberikan perhatian pada sektor pertahanan, tetapi juga harap maklum, Pemerntah tidak bisa berbuat banyak untuk meningkatkan kekuatan pertahanan Indonesia karena anggaran yang minim.

Gabungan kedua berita tersebut bisa dibaca begini: Walaupun pertahanan kita lemah dan keropos, tetapi sebenarnya kalau kita mau memutar otak, kekuarangan anggaran bisa diatasi. Kira-kira begitulah.

Sepuluh tahun reformasi Indonesia,sejak 1998, reformasi sektor pertahanan dan keamanan hanya berkutat di sekitar pemisahan TNI dan Polri, peran sosial politik tentara dan polisi, serta upaya penghapusan bisnis militer. Tidak lebih jauh dari itu. Padahal ada hal yang tidak kalah penting dari itu, yaitu bagaimana membangun kekuatan postur pertahanan Indonesia yang ideal, yang sesuai dengan kondisi geografis Indonesia.

Makmur Keliat dalam artikelnya menyambut ulang tahun TNI di harian Sampok (sekali lagi, bacanya dibalik ya…hehehe…), kalau tidak salah tanggal 6 Oktober 2008, menulis bahwa pertahanan Indonesia adalah pertahanan tanpa daya pertahanan, menjadikan Indonesia sebagai anomaly di Asia Tenggara. Ketika negara-negara kawasannya terus memperkuat diri, Indonesia justru terus melemah.

Angkatan perang yang kecil, dengan persenjataan yang sudah tua dan ketinggalan zaman, serta tidak sesuai dengan kondisi geografis Indonesia yang adalah negara kepulauan.

Ketika Soeharto berkuasa, Soeharto mengembangkan politik luar negeri bertetangga baik, dengan salah satunya menggurangi kemampuan tempur ABRI, dan hanya membangun TNI-AD saja sebagai kekuatan inti. Sementara TNI-AU dan TNI-AL diabaikan.

Namun setelah Soeharto jatuh, ternyata Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri dan SBY tidak juga punya gagasan cemerlang bagaimana seharusnya membangun postur ideal pertahanaan Indonesia dan mensiasati minimnya anggaran militer yang bisa disediakan. Pemerintah tahu dan sadar hal ini, tetapi tidak bisa berbuat banyak.

Kita tentu tahu bagaimana perang terselubung antara Indonesia dan Australia di Timor Timur menjelang penentuan jajak pendapat 1999. Kita juga ingat bagaimana pasukan TNI di Aceh kehabisan nafas ketika harus mengejar GAM. Di kawasan timur Indonesia, bukan rahasia lagi, begitu mudah ditembus oleh pesawat-pesawat asing tidak dikenal yang datang dari selatan. Dan terakhir, kita juga bisa melihat bagaimana kapal-kapal TNI-AL yang sudah tua harus berhadapan dengan kapal-kapal Malaysia yang lebih maju teknologi di perairan Ambalat, Kalimantan.

Saya percaya, bahwa salah satu kesalahan ini diawali dari doktrin pertahanan Indonesia yang berorientasi pada daratan.” Silakan lawan atau musuh datang ke Indonesia, dan akan kita gempur di darat. “ Doktrin ini jelas sudah tidak tepat, karena membiarkan lawan masuk dan menggempurnya kemudian.

Padahal dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan, seharusnya Indonesia mengembangkan kekuatan udara (air power) sebagai payung pertahanan, dan kekuatan angkatan laut agar musuh tidak sempat mencapai daratan Indonesia. Doktrin pertahanan modern adalah kita seharusnya bertempur di luar wilayah kita.

Ah, untunglah sekarang ada calon presiden yang berpikir dan berbicara perlunya Indonesia membangun kekuatan pertahanan yang bertumpu pada angkatan laut, yaitu Sri Sultan Hamengku Buwono X, sementara yang lain hanya bicara soal petani dan nelayan, mengurangi kemiskinan, membuka lapangan kerja. Atau bahkan tidak bicara apa-apa.

Tetapi apakah saya akan memilih dia sebagai presiden tahun depan? Ah, siapa yang tahu. Di dalam bilik pemungutan suara, cuma saya dan Tuhan yang tahu. Wakakakaka… *** (UHK, 20 – 21 November 2008)

Labels:

Wednesday, November 19, 2008

Journey To The Centre of The Earth









JOURNEY TO THE CENTRE OF THE EARTH
Part IV : The Forest
(Rick Wakeman with The London Symphony Orchestra
and The English Chamber Choir)



Journey on through ages gone, to the centre of the earth
Past rocks of quartz and granite, which gave mother nature birth

Burial ground of ancient man, his life no more is seen
A journey through his time unknown, I wonder where he’s been

Wonder where he’s been, wonder where he’s been, wonder where he’s been

The shore no gone behind the hills, a forest in our sight
Rocks and distance mountains, bathed in waves of blinding light


Forest from a far gone time, no living man has seen
A private prehistoric world, for your and I a dream

Brownish hue dictates my eye, no colour hides their fear
Flowers faded dull and cold, now bleached by atmosphere

Creatures twisting under trees, huge monsters soaked with rage
Hidden deep below our earth, a frightening, by gone age

Their shepherd came, now long extinct, a huge primeval man
The three man filled with disbelief , just turned as one and ran

Catatan :










Album : Journey To The Centre of The Earth, 1974
Gary Picford Hopkings : vocals
Ashley Holt : vocals
Rick Wakeman : keyboards
Mike Egan : guitars
Roger Newell : bass
Barney James : drums and percussion

Labels:

Manajer Sepakbola, Siapa Mau?

MANAJER SEPAKBOLA, SIAPA MAU?

Suka sepakbola adalah hal yang biasa bagi kebanyakan orang (maksudnya pria dan wanita penggila bola). Ketika bicara sepakbola, orang mungkin akan bicara tentang bintang pujaannya atau pemain favoritnya. Saya pun semula demikian, sampai suatu waktu saya sadar bahwa ada yang lebih berperan dibandingkan pemain-pemain itu, namun jarang dilihat media. Ya, orang yang berdiri di tepi lapangan dan berteriak-teriak memberi instruksi kepada pemainnya.

Di Inggris, sebutannya manager – coach. Di Italia, sebutannya allenatore atau pelatih, dan Spanyol, kalau tidak salah ya…entrenador. Dan di Indonesia, ya pelatih itu. Tepatnya pelatih kepala. Sebutan yang berbeda-beda itu menunjukkan tradisi klub dan sepakbola setiap negara.

Manager-coach, atau disebut singkat manager, di klub-klub Inggris punya otoritas yang luas. Bukan sekadar melatih para pemainnya, seperti tugas coach, tetapi juga mengelola tim dalam arti yang seluasnya. Manajer klub mencari dan mengejar pemain-pemain buruannya untuk membentuk tim yang diinginkan, dan membelinya. Suatu waktu dia juga bisa memutuskan untuk menjualnya. Itulah yang dilakukan Sir Alex Ferguson (MU), Arsene Wenger (Arsenal), Rafael Benitez (Liverpool), David Moyes (Everton), Martin O’Neill (Aston Villa) dan rekan-rekan sejawatnya di Inggris. Transfer ada di tangan mereka.

Di Eropa kontinental, terutama di Italia dan Spanyol, disebut pelatih karena dia hanya mengelola timnya dan melatihnya saja. Mereka jarang terlibat dalam pencarian dan perburuan pemain-pemain yang dibutuhkan klub. Mereka menyerahkan hal itu kepada Direktur Sepakbola (Director of Football) atau Direktur Olahraga (Sporting Director) setiap klub, suatu jabatan yang tidak dikenal dalam klub-klub Inggris. Tottenham Hotspur dan Newcastle United pernah memakai sistem ini, namun gagal. Akibatnya Kevin Keegan mundur dari Newcastle, sementara Juande Ramos dipecat Tottenham.

Balik ke Eropa, pelatih-pelatih tidak terlibat dalam proses jual beli pemain yang dibutuhkan dan yang tidak dibutuhkan. Mereka hanya mengusulkan pada direktur, dan direktur yang menangai transfer pemain masuk dan keluar.

Memang tidak ada jaminan sistem mana yang sukses dan mana yang gagal. Karena tokh ternyata kedua sistem itu bisa berjalan. Soal sukses? Ah, sukses kan soal giliran. Beberapa tahun terakhir ini klub-klub Inggris sedang berjaya di Eropa, tetapi pernah juga klub Italia, Spanyol atau Jerman yang berjaya. Tahun depan, siapa yang tahu.

Bagaimana di Indonesia? Di Indonesia, manajer dan pelatih adalah dua jabatan yang berbeda. Pelatih bertanggung jawab pada tim dari sisi teknis, sementara manajer dalam urusan manajemen. Tetapi di sebagian klub, manajer seringkali juga seperti investor. Orang yang membawa uang (investor) dan menjadi pengelola. Anehnya lagi, manajer itu bisa dipecat pada akhir musim, jika gagal. Memang kacau. Maklumlah, PSSI tidak pernah mau belajar yang benar sehingga tidak pernah maju.

Manajer dan pelatih datang dan pergi, tetapi tidak pernah kekurangan orang yang berminat. Ini bukan soal tua dan muda, namun hasrat, gairah dan kemampuan bertahan di posisi itu. Kita lihat di Inggris Paul Ince menangani Blackburn Rovers dan Tony Adams naik pangkat di Portsmouth. Sementara di Italia, Roberto Mancini digusur Jose Mourinho. Di Spanyol, Frank Rijkaard ditendang, untuk digantikan Josep Guardiola. Sementara Unai Emery duduk di takhta kursi panas Valencia.

Manajer atau pelatih sepakbola, adalah jabatan dengan tingkat stress yang tinggi, yang harus memperlihatkan hasil positif setiap minggu. Toleransi di Inggris masih lebih baik dibandingkan Spanyol atau Italia. Kalah beruntun adalah biasa. Tetapi untuk klub seperti Real Madrid atau Barcelona, atau Juventus, bisa membuat kursi pelatihnya digoyang terus.

Tetapi seperti saya tulis di bagian awal, selalu ada yang mau menduduki kursi-kursi manajer atau pelatih itu, termasuk klub-klub besar seperti El Barca, El Real, Bayern Muenchen ataupun Inter Milan. Mungkin taruhannya tidak seberapa dibandingkan prestise dan reputasi yang didapat.

Nah, kita perlu menunggu sampai akhir musim, siapa lagi manajer atau pelatih yang dipecat dan kemudian diangkat. Mungkin tidak perlu terlalu lama, pasti akan ada yang jatuh. Itulah sepakbola masa kini, ketika uang dan hanya uang berbicara. *** (UHK, 19 November 2008)

Labels:

Tuesday, November 18, 2008

Meditasi Tutup Tahun 2008

MEDITASI TUTUP TAHUN 2008
‘Berubah Untuk Berbuah’


Sahabat Meditasi,

Kami mengundang Anda untuk hadir di acara Meditasi Tutup Tahun (METUTA) 2008 yang diselenggarakan pada:

Waktu : Minggu, 30 November 2008 Pukul 09.00 –15.00 WIB

Tempat: Auditorium Lantai 8, Gedung M, Kampus I, Universitas Tarumanagara, Jl. S. Parman no. 1, Jakarta Barat

Pembicara Tamu : Dr. Monty P. Satiadarma, MS/AT, MCP/MFCC

Susunan Acara:

09.00 – 10.00 : Registrasi dan menikmati teh beras merah
10.00 – 11.00 : Meditasi pembuka dipimpin oleh Bapak Merta Ada
11.00 – 12.00 : Ceramah oleh pembicara tamu Dr. Monty P. Satiadarma, MS/AT, MCP/MFCC
12.00 – 13.30 : Makan siang
13.30 – 14.00 : Persembahan seni
14.00 – 14.45 : Ceramah oleh Bapak Merta Ada
14.45 – 15.00 : Meditasi penutup dipimpin oleh Bapak Merta Ada

Konfirmasi kehadiran paling lambat 24 November 2008 melalui Bali Usada, 021-8517326, 08161416505
Harap membawa bantalan meditasi
Pakaian: baju putih
Sumbangan biaya penyelenggaraan acara Rp 150.000,- dapat ditransfer via rekening BCA 0401499660 a/n Merta Ada atau bayar di tempat

Semoga Semua Hidup Berbahagia

Panitia Mebula 2008
Meditasi Bali Usada
Gedung Gramedia Lantai 2
Jl. Matraman Raya No. 46-50
Jakarta Timur 13150

Labels:

Monday, November 17, 2008

Mengintip Rindu

MENGINTIP RINDU

Kau datang bersama rintik hujan yang datang dinihari, memandikan dedaunan di halaman, menjadi embun yang membasahi jendela kamarku.
Dan kau menguap bersama sinar mentari sebelum sempat kusapa.

(Apakah kau sempat mengintipku?)

Sawangan, 12 – 29 Juli 2008

Urip Herdiman K.

Labels:

Thursday, November 13, 2008

Rainbow Eyes









RAINBOW EYES
(Ritchie Blackmore)


She’s been gone since yesterday
Oh, I didn’t care
Never cared for yesterday
Fancies in the air

Ref.:
No sighs or mysteries
She lay golden in the sun
No broken harmonies
But I’ve lost my way
She had rainbow eyes
Rainbow eyes
Rainbow eyes


Love should be a simple blend
A whispering on the shore
No clever words you can’t defend
They lead to never more

Back ro ref.

Summer nights are colder now
They’ve takes down the air
All the lights have died some-how
Or where they ever there

Ref.:
…….
Rainbow eyes
Rainbow eyes
Rainbow eyes…

Catatan :
Dikenal sebagai lagunya Ritchie Blackmore, atau mungkin mengira Blackmore yang menyanyikan lagu ini. Mungkin ini lagunya Balckmore bersama grupnya Rainbow, setelah keluar dari Deep Purple.

Labels:

Wednesday, November 12, 2008

Saya Mencalonkan Diri Menjadi Presiden RI

SAYA MENCALONKAN DIRI MENJADI PRESIDEN RI

Hingar bingar pemilihan Presiden AS dan pemilu untuk legislative (Senat dan House of Representative) telah selesai. Kita pun sama-sama tahu, Barack Hussein Obama Jr., si anak Menteng, memenangi kursi Presiden AS ke-44 melalui kemenangan telak yang sangat bersejarah atas John McCain.

Apa sih pelajaran yang bisa dipetik dari moment empat tahunan tersebut untuk negara ini?

Saya pikir, yang pertama harus disebut, setiap orang yang ingin menjadi presiden harus secara jelas dan eksplisit menyatakan dirinya bahwa ia mencalonkan diri untuk menjadi presiden (running for elections). Jadi kita harus melihat dan mendengar bahwa ia mengatakan,”Saya….. dengan ini mencalonkan diri untuk pemilihan presiden yang akan datang.” Nah, tinggal sebutkan saja namanya siapa dan untuk tahun berapa.

Yang kedua, ia harus mencari partai yang siap mengusungnya. Kalau di AS, jelas ia harus masuk partai dan mengikuti konvensi pendahuluan untuk mencari calon presiden sebuah partai. Jadi satu partai hanya boleh mencalonkan satu calon saja. Yang tidak mau tunduk, silakan keluar dan menjadi calon independen yang dimungkinkan undang-undang di sana.

Ketiga, membentuk tim kampanye yang solid untuk menjual dirinya dan program apa yang ditawarkan. Tim ini mendandani penampilan si calon, mulai dari cara bicara dan bersikap, hingga tampilan busananya. Tetapi yang penting, si calon memang harus bicara untuk menjual dirinya sendiri, jangan semata-mata tergantung pada anggota tim kampanye.

Dan yang ketiga, harus siap untuk menang maupun kalah. Ini harus dan mutlak, tidak bisa ditawar-tawar. Lihat saja McCain. Begitu diumumkan Obama memenangi pemilihan, McCain langsung memberikan pidato pengakuan kalahnya hanya berjarak setengah jam dari saat pengumuman tersebut. Tidak perlu berdalih macam-macam.

Nah, sekarang kita lihat bagaimana di negeri kita ini.

Soal pencalonan, kita baru maju setengah. Ada yang sudah tegas menyatakan pencalonannya seperti M. Fadjroel Rachman, Sutiyoso, Sultan Hamengku Buwono X dan juga Slamet Soebijanto (mantan KSAL). Tetapi ada yang masih kasak-kusuk mencari partai atau timbang sana timbang sini. Dan ada juga yang merasa tidak perlu mengumumkan pencalonannya, tokh, sudah banyak pihak yang menyebut namanya. Itu sudah cukup, pikir orang jenis ini. Artinya, mulutnya tidak mau kotor kalau nanti kalah.

Soal partai, di Indonesia ini, partai bisa dilihat sebagai kendaraan politik yang bisa disewa kapan saja oleh si calon . Yang penting punya uang banyak untuk menyumpal mulut dan perut pengurus-pengurus partai yang umumnya tidak punya duit. Jadi kita tahu, disini uang banyak berbicara, dan tidak cukup dengan gagasan ideal saja. Jelas, money politics, kan? Akibatnya, muncul istilah anak kandung dan anak kost. Anak kandung miskin, anak kost pasti kaya. Hehehe…

Ketiga, tim kampanye harus solid dan oke. Ada banyak ahli yang harus dihimpun di sini, dari yang benar-benar ahli sampai yang kadang-kadang ternyata petualang dan penipu saja. Yang terjadi, si anggota tim kampanye sudah ngomong macam-macam, eh, si calon tidak tahu apa-apa. Nah, lho…jeblok tuh si calon.

Dan yang keempat, harus siap untuk menang atau kalah. Dari ratusan pilkada yang sudah diselenggarakan, ternyata lebih banyak yang sebenarnya siap menang, tetapi tidak siap kalah. Hasilnya kita lihat, banyak protes setiap kali usai pilkada. Dan anehnya, tidak pernah ada calon yang mengaku kalah dan memberikan selamat pada lawan politiknya. Oh, ada, Adang Daradjatun ketika kalah merebut posisi Jakarta-1. Nah, dia ini ksatria.

Dengan pelajaran terkini yang kita lihat dari liputan media cetak dan elektronik terhadap pemilihan Presiden AS, kita bisa tahu sampai dimana kedewasaan kita dalam berpolitik. Nah, karena saya sudah dewasa dalam politik, jangan kaget, kalau besok saya mencalonkan diri menjadi Presiden RI. Anda terkejut? Jangan dulu, saya baru akan maju tahun 2014 atau 2019 yang akan datang kok. Sekarang cari duit dulu donk yang banyak. *** (UHK, 13 November 2008)

Labels:

Tuesday, November 11, 2008

Telepon Tengah Malam

TELEPON TENGAH MALAM

Suatu malam,
ketika hujan baru saja usai
dan dingin menyapa tubuhku
kita berbicara dan tertawa bersama
di ujung telepon

Kau bercerita seperti bendungan yang jebol
mengalirkan kata-kata sampai jauh,
melewati tengah malam

“Nasib buruk masih setia padaku,”
katamu lirih.
“Dan tidak ada mimpi-mimpiku yang terwujud”

Lalu ketika kau bertanya mengapa,
aku menawarkan kacamata baru untuk melihat persoalannya
dari sudut karma dan reinkarnasi

Kau terdiam, aku pun tidak mendesak
“Oke, ini hanya satu alternatif saja dalam melihat persoalan.
Kapan-kapan akan kutelepon lagi,”
kilahku sembari menatap jam meja yang terlelap

“Terima kasih ya... Bulan depan pulsa telepon kamu meledak lho…”
balasmu

Kita pun tertawa bersama

Tetapi sungguh,
aku tidak tahu kenapa dan untuk apa
tertawa di malam selarut itu

Kurasa mendung masih menggayut di matamu yang pias itu

Bedahan, 31 Agustus 2008 – Jakarta, 12 November 2008


Urip Herdiman K.

Labels:

Thursday, November 06, 2008

Just The Two of Us

JUST THE TWO OF US
(Bill Withers and Grover Washington Jr.)


I see the crystal raindrops fall
And the beauty of it all
Is when the sun comes shining through
To make those rainbows in my mind
When I think of you sometime
And I want to spend some time with you

Chorus :
Just the two of us
We can make it if we try
Just the two of us
Just the two of us
Building castles in sky
Just the two of us
You and I

We look for love no time for tears
Wasted water’s all that is
And it don’t make no flowers grow

Good things might come to those who wait
Not for those who wait too late
We gotta go for all we know

Repeat Chorus

I hear the crystal raindrops fall
On the window down the hall
And it becomes the morning dew

And darling when the morning comes
And I see the morning sun
I want to be the one with you

Catatan :-

Labels: