The Urheka Project : Mimpi Dalam Mimpi

"All that we see, or seem, is but a dream within a dream." - Edgar Allan Poe, A Dream Within A Dream, 1846.

Tuesday, August 29, 2006

Salya Yang Bermuka Dua

SALYA YANG BERMUKA DUA

1/
ketika perang semakin dekat
ada yang mendekat ke Pandawa
ada yang merapat ke Kurawa
tetapi ada pula yang melayang-layang
diantara dua kubu

2/
Salya memimpin pasukannya untuk menemui Yudhistira

Di tengah jalan menuju negeri Wirata,
ia dijamu seseorang
dengan makanan, minuman dan hiburan
Dan ia terkejut ketika mengetahui Duryudana, menantunya
yang telah menjamunya
“Terima kasih atas jamuannya.
Apa yang bisa kulakukan untukmu?
kata Salya bertanya

“Berperanglah di pihakku!”
jawab Duryudana tandas

“Baiklah, aku setuju!”
jawab Salya pendek dengan muka masam

3/
Setelah itu, Salya menemui Yudhistira
untuk menyampaikan keputusannya
Tetapi Yudhistira tidak kurang akal
“Bolehkah aku minta sesuatu pada pamanda,walau ini terdengar kurang etis,”
pinta Yudhistira

“Katakanlah apapun permintaanmu,”
jawab Salya

“Aku yakin akan terjadi pertarungan hidup dan mati
antara Karna dan Arjuna.
Krishna akan menjadi sais kereta perang Arjuna.
Karna pasti akan meminta kusir kereta perang yang setara dengan Krishna.
Dan orang itu adalah pamanda.”

Yudhistira diam sejenak dan sedikit ragu

“Teruskan, anakku. Aku mendengarkanmu,”
ujar Salya

“Aku minta paman memberikan saran atau komentar
yang dapat melemahkan semangat juang Karna.
Atau lakukan sesuatu agar Karna tidak dapat melepaskan
anak-anak panah saktinya ke Arjuna!”
lanjut Yudhistira

“Baiklah, aku setuju!”
jawab Salya dengan tersenyum

Jakarta, 20 Desember 2005 - 6 Juli 2006
Urip Herdiman K.

Krishna Yang Licin

KRISHNA YANG LICIN

Saat Krishna terjaga dari tidurnya,
dilihatnya Arjuna duduk di kursi dekat arah kakinya
ia pun tersenyum dan menyapa
tetapi kemudian disadari masih ada yang lain
ditolehnya Duryudana yang duduk di kursi dekat arah kepala
ia pun tersenyum dan menyapa.
“Ada apakah kiranya kalian datang berdua kemari?”
tanya Krishna, inkarnasi kedelapan Batara Wishnu

“Sesuai aturan dan tradisi, yang datang lebih dahulu berhak untuk berbicara.
Aku datang lebih dahulu dibandingkan dia,”
kata Duryudana tanpa basa-basi.
“Jadi aku berhak bicara lebih dahulu.”

“Tentu. Tetapi aku tidak tahu siapa yang datang lebih dahulu diantara kalian.
Yang kulihat pertama kali adalah Arjuna, dan ia lebih muda darimu.
Ada aturan bahwa yang muda juga boleh berbicara lebih dahulu,”
jawab Krishna diplomatis.

Krishna mendengarkan permintaan kedua belah pihak yang meminta bantuannya
dalam perang yang akan datang. Dan ia tersenyum-senyum.
“Baiklah, karena kalian berdua masih saudaraku, aku akan membantu semuanya.
Kalian boleh pilih salah satu diantara dua ini.
Pertama, aku menawarkan bala tentaraku yang kuat, terlatih baik, dipersenjatai lengkap dan tidak terkalahkan, berkekuatan satu juta prajurit.
Atau yang kedua, memilihku pribadi sebagai penasihat dalam perang, namun aku tidak akan bertempur secara langsung.”

“Aku memilih balatentaramu, Krishna. Aku percaya kekuatan pasukanmu akan membantuku memenangkan perang ini,”
kata Duryudana, putra sulung Destarastra, menyerobot.

“Dan kau Arjuna?”

“Aku memilih kakanda Krishna untuk menjadi penasihatku dalam perang.
Aku percaya nasihat-nasihatmu akan lebih berguna bagi kami,”
sahut Arjuna, putra bungsu Pandu dari Kunti.

“Baiklah, semua sudah jelas bukan?”
tanya Krishna.

Setelah sedikit basa-basi, Duryudana pamit meninggalkan Krishna dan Arjuna.
Krishna menatap Arjuna dan bertanya,
“Kau memilihku sebagai penasihat perang. Apa rencanamu?”

“Kakanda Krishna, aku ingin kau menjadi kusir kereta perangku
dan selalu memberikan nasihat setiap saat.
Aku yakin aku pasti akan berhadapan satu lawan satu dengan Karna.”

“Baiklah, aku bersedia.”

Bedahan - Jakarta, 14 Juli 2006
Urip Herdiman K.

Friday, August 25, 2006

Psychobabble

PSYCHOBABBLE
Lead vocal - Elmer Gantry
Music and lyrics - Alan Parsons & Eric Woolfson
Tell you 'bout a dream that I have every night
Tell you 'bout a dream that I have every night
It ain't kodachrome and it isn't black and white
Take me for a fool if you feel that's right
Well I'm never on my own but there's nobody in sight
I don't know if I'm scared of the lightning
Trying to reach me
I can't turn to the left or the right
I'm too scared to run and I'm too weak to fight
But I don't care it's all psychobabble rap to me
Tell you 'bout a dream that I have every night
It's in dolby stereo but I never hear it right
Take me for a fool well that's alright
Well I see the way to go but there isn't any light
I don't know why I'm scared of the lightning
Trying to reach me
Help me to find what I don't wanna know
You're taking me there but I don't wanna go
I don't care it's all psychobabble rap to me
Psychobabble all psychobabble
Psychobabble all psychobabble
I don't care it's all psychobabble rap to me
You're readin' my mind you won't look in my eyes
You say I do things that I don't realise
But I don't care it's all psychobabble rap to me
Psychobabble all psychobabble
Psychobabble all psychobabble
You're lighting a scene that's faded to black
I threw it away cause I don't want it back
But I don't care it's all psychobabble rap

Thursday, August 24, 2006

Puisi Yang Jatuh Dari Kegelapan Langit Tengah Malam

PUISI YANG JATUH
DARI KEGELAPAN LANGIT TENGAH MALAM

bisakah kau melupakanku sejenak saja
karena aku sedang tapa dalam kata
sendiri dalam hening?
dan temukan aku dibalik mimpi dalam mimpi
yang berjalan menuju kabut waktu

Bedahan, 24 Agustus 2006
Urip Herdiman K.

Mantra Inseminasi Durwasa (Sajak-sajak Karna I)

MANTRA INSEMINASI DURWASA
(Sajak-sajak Karna I)

(I)
Seorang perempuan cantik, Tinuk namanya
berlatih semalam suntuk untuk pementasan tarinya
dan mengakhirinya dengan
melagukan sebuah mantra, “Ajityahredaya”
yang sebenarnya tak boleh diucapkan
pada saat matahari telah terbit.

Ia kelelahan sehingga tidur bablas
dengan lingerie yang tersingkap
memperlihatkan sepasang kakinya yang jenjang.

Dan ketika ia terbangun,
ia mendapatkan dirinya tiba-tiba hamil
padahal jangankan suami,
pacar pun ia belum punya.

Memang, dalam tidurnya
ia bermimpi bercumbu dengan Batara Surya,
dewa matahari yang tampan

(II)
Datanglah ia pada Durwasa, guru tarinya,
yang memberikan mantra tersebut,
senja itu,
dan mengutarakan problemnya.
“Saya hamil padahal saya tidak berhubungan seks.
Saya ingin melahirkan bayi ini,
tetapi saya ingin keperawanan saya tetap terjaga,
Apakah bisa, guru?”

“Tentu bisa!”
jawab sang guru tanpa berpikir panjang, sembari tersenyum.
“Datanglah pada Dokter Suryo,
ahli kandungan.
Dia bisa membantumu.”

“Dokter Suryo?”
tanyanya setengah tak percaya.
“Mengapa namanya mirip dengan Batara Surya?”

(III)
Sepertiga takut, sepertiga ragu
dan sepertiga tidak percaya
Tinuk datang pada Dokter Suryo,
malam itu juga.

Dilihatnya hiasan wayang kulit Batara Surya
pada dinding ruang prakteknya.

Tinggi, besar, gagah, tampan dan ramah.
Tinuk tertegun melihat dokter itu,
persis seperti wajah yang mencumbunya dalam mimpi.

“Ha-ha-ha.... Nduk, nduk.
Aku sudah tahu siapa kamu
sejak saat kamu belajar menari pada Durwasa, temanku.
Kaulah titisan Kuntitalibrata,
dan ia adalah penjelmaan Begawan Durwasa,
gurumu ribuan tahun yang lalu.”

“Dan dokter sendiri siapa?”
tanya Tinuk memberanikan diri.

“Aku adalah titisan Batara Surya!”
jawab Dokter Suryo.

“Kau rupanya telah iseng membaca mantra itu
sehingga aku terjerat ke arcapada ini.
Dan aku hanya bisa bebas dari kekuatan mantra itu
jika aku bercinta denganmu.”

(IV)

Tinuk tidak berkedip menatap sang dokter,
saat matanya beradu pandang
lalu ruangan itu dipenuhi cahaya kemilau
dunia seperti berputar
Dan ia menemukan dirinya sebagai Kunti muda
terbaring di kamarnya di istana kerajaan.

(V)

Ia menatap Batara Surya dalam pakaian kedewaannya yang berwarna keemasan
“Apakah kau akan meninggalkanku begitu saja?”
tanyanya cemas dengan mata yang basah.

“Tidak. Akan kubuat anak itu lahir melalui telingamu
untuk menjaga kau tetap perawan suci.
Namailah anakmu dengan Suryatmaja atau Suryaputra,
karena ia putraku, Batara Surya.
Dan berikanlah juga nama Karna,
yang berari telinga.”

Dengan kekuasaannya,
Batara Surya membidani kelahiran Karna melalui telinga Kunti saat itu juga.
Keluarlah seorang bayi dengan wajah yang bersinar terang
mengenakan baju zirah alami yang menempel pada kulit tubuhnya
sepasang anting pada kedua daun telinganya
dan lengkap dengan senjata perang seorang ksatria
“Ia akan memerlukan semua senjata ini setelah dewasa,”
kata Batara Surya lagi.
“Kelak, anakmu akan menjadi Adipati Karna,
Raja Muda Negeri Angga,
ksatria agung yang selalu memegang sumpah dan janjinya.”

Mereka saling bertatapan untuk sesaat
kemudian Batara Surya raib.


Sawangan, 18 Oktober 2005 - Jakarta, 12 Juli 2006
Urip Herdiman K.

Tuesday, August 22, 2006

Ketakutan Penyair

KETAKUTAN PENYAIR

: acep zamzam noor

apa yang ditakutkan seorang penyair?

seorang penyair, mungkin takut jika
tak ada mimpi yang datang
tak ada hujan yang turun
tak ada air yang mengalir
tak ada moment yang tertangkap
tak ada perang yang pecah
tak ada gempa yang mengguncang
tak ada tsunami yang menerjang
tak ada ilham yang muncul
tak ada matahari yang bersinar
tak ada senja yang indah
tak ada rembulan yang tersenyum
tak ada bunga yang mekar
tak ada hati yang terpanah
dan
tak ada cinta yang jatuh

penyair membutuhkan semuanya untuk dituliskan
kapan pun, setiap saat

Sawangan, 1 November 2005 - Jakarta, 9 Agustus 2006
Urip Herdiman K.

Aku Sudah Lupa Bagaimana Caranya Menyatakan Cinta

AKU SUDAH LUPA
BAGAIMANA CARANYA MENYATAKAN CINTA

karena aku sudah lupa bagaimana caranya menyatakan cinta
maka kukirimkan padamu
kata
mantra
syair
lirik
lagu
bunga
mimpi
awan
mendung
hujan
angin
badai
gempa
tsunami
banjir
air mata
debu
api
rindu

semoga aku bisa menjemputmu sebelum senja,
sebelum senja menjemput kita

Sawangan, 11 November 2005 - Jakarta, 10 Agustus 2005
Urip Herdiman K.

Waktu

WAKTU

jarum jam terus berlari
tanpa henti
menelanku, nanti

Sawangan, 24 September 2005
Urip Herdiman K.

Wednesday, August 16, 2006

Chiffer


CHIFFER

: karl jaspers

Kata-kata suci telah dituliskan
tanda-tanda rahasia telah diturunkan
Dan naskah harus dibaca
untuk ditafsirkan oleh setiap manusia

Transendensi ada,
dan sembunyi
maka manusia menjadi bebas
Lalu dimanakah batas-batas kebebasan?

Mungkin benar
bahwa kegagalan (selalu) mempertemukan
manusia dengan-Nya,
ketika semuanya kandas,
terdampar pada suatu pantai kegelapan
di suatu daerah perbatasan yang asing

Barangkali kita tidak pernah menangkap,
apa yang sebenarnya telah diberikan oleh-Nya
Atau memang kita tidak pernah cukup berterima kasih

Sawangan, 15 November 1991
Urip Herdiman K.


Catatan :
Karl Jaspers (Oldenburg, 23 Februari 1883 - Basel, 20 Februari 1969),
seorang filsuf eksistensi Jerman.

Poison Arrows

POISON ARROWS

: mike oldfield

Ketika detak jam terus melaju
dan
malam semakin kelam
dingin,
sunyi.....

Kala aku terkapar,
KAU
melepaskan anak-anak panah
meracuniku
dengan sayatan guitar dan dentuman bass
membunuhku di dalam tangga nada

Sawangan, 11 Januari 1992
Urip Herdiman K.

Catatan :
Interpretasi terhadap Poison Arrows, dari Mike Oldfield
dalam album Discovery and The Lake, 1984.
Mike Oldfield, musisi Inggris, kelahiran Reading, 15 Mei 1953.

Tuesday, August 15, 2006

Story From The Last Incarnation

STORY FROM THE LAST INCARNATION

: Jenny Utama

(I)
Kalianget, November 1999.
Hari terakhir meditasi tapabrata di lereng Gunung Merapi
Cuaca cerah,
setelah hujan terus-menerus yang menggigilkan
selama satu minggu

Satu per satu peserta meninggalkan Biara Ordo Hati Suci
Aku menatap Suster Melania
dan menghampirinya
Ia tersenyum ramah
“Apakah suster bisa membaca tanda-tanda pada tubuh?”
kataku bertanya

“Apa yang bisa saya bantu?”
jawabnya

“Apakah suster mengetahui arti toh ini?”
tanyaku sembari menunjukkan toh
di punggung telapak tangan kananku
Dipegangnya telapak tangan kananku
Ditempelkannyaibu jari kirinya diatas toh itu
Dan ia memejamkan mata untuk sesaat
“Tanda toh ini berasal dari kehidupan lalu anda yang terakhir.
Seseorang telah membunuh anda di suai muda.
Dan orang tua anda memberikan tanda ini, agar mudah baginya
untuk menemukan anda di kehidupan sekarang.”

Aku tersenyum mendengar penjelasannya,
menjawab teka-teki bertahun-tahun
Dan kutatap suster itu,
“Terima kasih suster atas keterangannya.”

(II)
Februari 2001
Aku mendadak sakit usus buntuk akut
dan harus segera diangkat hari itu juga

Beberapa hari kemudian,
teman-teman meditasiku datang menjenguk
Merta Ada, guruku, memeriksanya
“Ini berasal dari karma kehidupan yang lalu,”
kilahnya singkat

(III)
Tidak diragukan lagi
sejak saat itu
aku percaya penuh dengan adanya
reinkarnasi atau tumimbal lahir

Tetapi aku juga bertanya-tanya
Sudahkah aku bertemu dengan orang tuaku
dari kehidupan lalu yang terakhir?

Atau siapakah yang telah membunuhku di kehidupan lalu itu?

Mungkin ia ada di dekatku
di sekitar diriku

Seseorang yang telah (pernah) membunuhku!

Sawangan, Sabtu, 11 Maret 2006
Urip Herdiman K.

Monday, August 14, 2006

Butterfly

BUTTERFLY

Kata orang tua,
kupu-kupu pertanda akan ada tamu yang datang.
Entah benar entah tidak, siapa yang tahu.

Tetapi jika setiap hari, setiap sore,
selalu ada kupu-kupu yang masuk ke rumah,
tak pernah jelas apakah ia akan membawa tamu,
atau pesan, atau apa pun.
Karena tak pernah ada tamu yang datang.

Dan tak ada tamu yang datang (hanya) karena kupu-kupu.

Sawangan, 27 Agustus 2000

Urip Herdiman K.

Sunday, August 13, 2006

Merah Putih Hutang Luar Negeri

MERAH PUTIH HUTANG LUAR NEGERI

Agustus,
merah putih benderaku
berkibar di seluruh pelosok tanah air

merah putih pikiranku
merah putih jiwaku
merah putih hatiku

tetapi dengan hutang luar negeri ratusan milyar dollar
yang harus dibayar anak cucu kita
puluhan tahun ke depan,
masihkah negeri kita merdeka?

merah putih doaku
merah putih harapanku
merah putih air mataku

Stadela, 14 Agustus 2006
Urip Herdiman K.

Thursday, August 10, 2006

Puisi Yang Sangat Pendek Sekali, Dan Ada Di Dalam Hati

PUISI YANG SANGAT PENDEK SEKALI, DAN ADA DI DALAM HATI
A
Stadela, 19 Juli 2006
Urip Herdiman K.

Hanya Pikiran Dari Tanah Suci Sukhavati

HANYA PIKIRAN DARI TANAH SUCI SUKHAVATI

langit cerah berawan
burung-burung terbang
dan purnama di dalam air

aku berdiri di tepi sebuah danau
di Tanah Suci Sukhavati
yang memantulkan semua yang kupikirkan

saat ini, di sini
semua tergantung pada pikiran
hanya pikiran

semua ada dalam pikiran
apa pun yang kita pikirkan
itulah yang kita dapatkan

pucuk-pucuk pepohonan melambai
daun-daun berguguran
dan bayangan jatuh ke tanah

Sawangan, 14 April 2006 - 21 Mei 2006

Urip Herdiman K.

Catatan :
Diinspirasikan dari buku Simple Buddhism karya C. Alexander Simpkins
dan Annelen Simpkins.

Tuesday, August 08, 2006

Matahari Kembar?

MATAHARI KEMBAR?

matahari adalah suatu bintang yang bersinar terang dikelilingi planet-planet dalam sistem tata surya kita
aku tidak tahu pasti apakah ada matahari kembar dalam suatu sistem tata surya
di alam semesta ini mungkin ada, mungkin tidak
tetapi aku selalu ingat sebuah cerita komik tahun tujuhpuluhan
tentang matahari kembar yang menerangi sebuah planet
tak peduli dimana pun adanya

di sebuah negeri antah berantah, yang selalu diguncang gempa bumi, dimana mulut-mulutnya lebih banyak berbicara daripada hatinya, membuat banyak orang lupa
bahwa matahari selalu bersinar terang dalam warna kuning
- petantang-petenteng
karena ia suka pamer seperti Batara Surya,
dan tak ada matahari berwarna biru dimana pun juga, itu pasti

biru? ada apa dengan warna biru?

biru adalah warna langit yang cerah atau warna samudera yang selalu menerima
semua yang datang padanya, dan biru tidak suka pamer seperti kuning
biru adalah warna yang dingin

matahari kembar?
he-he-he... enggak lah, mungkin lebih cocok disebut dua kelinci yang imutimut

Sawangan, 1 Oktober 2005 - Jakarta, 9 Agustus 2006
Urip Herdiman K.

Belajar Memanah

BELAJAR MEMANAH

tidak puas dengan penampilan para muridnya
akhirnya Drona menunjuk sang murid kesayangan untuk tampil

ia menunjuk sebuah pohon besar
dan bertanya,
“Apa yang kau lihat di sana?”
“Sebuah pohon besar.”
“Apalagi?”
“Dahan-dahannya.”
“Apalagi?”
“Ranting-rantingnya.”
“Apalagi?”
“Seekor burung.”
“Apalagi?”
“Kepala burung.”
“Lepaskan panahmu!”

kecakapan Arjuna memanah sungguh tiada banding
ia berlatih tekun setiap hari dengan penuh konsentrasi
bertahun-tahun

sehingga ia bahkan sanggup memanah
sasaran yang tidak terlihat dengan mata telanjang
berulang kali
tanpa harus melepaskan satu batang anak panah

Arjuna senang memanah hati wanita

Stasiun Depok Lama, 29 November 2005
Urip Herdiman K.

Monday, August 07, 2006

Habis Gelap Terbitlah Tuduhan.....

HABIS GELAP TERBITLAH TUDUHAN.....

gelap adalah suatu keadaan dimana tidak ada cahaya jadi tidak selalu harus malam tetapi bisa juga siang hari gelap juga bisa diibaratkan bila kita masuk ke dalam hutan belantara yang tanahnya tidak pernah terkena sinar matahari dan kita lantas kehilangan arah mata angin sialnya jika yang kita masuki adalah rimba belantara kata-kata yang kita juga tidak menemukan petunjuk arah sebenarnya si penulis atau si penyair ini mau ngomong apa seeh... gelap memang pernah hadir dalam sejarah umat manusia khususnya di belahan sebelah barat ada suatu periode yang disebut dark ages atau abad kegelapan ketika langit selama berabad-abad tampak mendung karena kuasa para imam yang mengunci akal sehat dibalik terali-terali waktu sehingga membeku dan mengasingkan atau bahkan menghukum mati orang-orang yang berpikir merdeka orang-orang yang menentang mereka namun mencari gelap juga tidaklah harus jauh-jauh sekali karena sebenarnya gelap ada di dekat kita sendiri bahkan melekat di tubuh kita yaitu bagian-bagian tubuh yang tertutup dan tidak pernah disapa angin maupun sinar sehingga kita sendiri sering membayangkannya aku membayangkan milikmu engkau membayangkan milikku ia membayangkan milik mereka dan mereka membayangkan milik siapa saja seperti apa walau tidak bisa disebut jelas mungkin kita akan teringat pada tugu monas ataupun kubah gedung rakyat di senayan wow...!!! tetapi sssttttt... hati-hati lho jika berani berpikir demikian karena jangan-jangan nanti aku atau kau atau kita atau siapa saja bisa dikenai tuduhan...porno!

Sawangan, 19 Maret 2006 - Jakarta, 22 Maret 2006
Urip HerdimanK.

Telepon

TELEPON

di pintu malam,
kita bercakap-cakap pendek
lalu kau membacakan sebuah puisi sapardi
yang kau hafal di luar kepala

dan di akhir percakapan
kukatakan padamu,
“dengan menulis puisi,
aku menjadi tuan untuk diri sendiri.”


Stadela, 15 November 2005

Urip Herdiman K.

Sunday, August 06, 2006

Cinta

CINTA

nyala api
panas membara membakar jiwa

musim-musim
dalam kembara tak kenal lelah

dan hujan di ujung perjalanan

patung dalam diam
yang beku dan dingin

kata-kata berceceran
jendela retak

Dan kunyanyikan Old and Wise sepanjang sisa waktu

As far as my eyes can see
There are shadows approaching me...


Pasar Minggu, 14 Agustus 1988
Urip Herdiman K.


Catatan :
Old and Wise, lagu dari The Alan Parsons Project
dalam album Eye in The Sky, 1982.

Thursday, August 03, 2006

Karna Tanding (Sajak-sajak Karna XV)

KARNA TANDING
(Sajak-sajak Karna XV)

(I)
Dan akhirnya pertarungan yang tertunda itu pun
harus terjadi di padang Kurusetra
pertarungan yang sudah diramalkan jauh sebelumnya

Waktu seolah berhenti

Hening

Bau anyir darah mengambang terbawa angin
ke seluruh penjuru semesta alam
mayat-mayat bergelimpangan
dibawah kemilau cahaya mentari

Panas!

(II)
Adipati Karna, putra Kunti dari Batara Surya
menatap Arjuna
ingat janjinya pada sang ibu
“Setelah perang ini, putra ibu akan tetap lima.
Apakah aku yang gugur, atau Arjuna yang gugur.”

Arjuna, putra Kunti dari Batara Indra
playboy Pandawa kesayangan dewata
menatap Karna
ingat wejangan dari Krishna,
“Aku adalah kematian, aku adalah kehancuran.
Orang-orang yang berdiri di depanmu itu sudah dibinasakan
melalui karma mereka sendiri,
kau hanya akan menjadi alat kehancuran mereka.”

(III)
“Arjuna, jangan lari. Akulah lawanmu yang setimpal,”
tantang Karna.
“Aku selalu menantikan duel kita hari ini.”

“Karna, aku tak pernah lari,”
jawab Arjuna meyakinkan.
“Aku akan membunuhmu karena kau selalu membela Kurawa!”

“Aku selalu memegang sumpah dan janjiku pada Prabu Duryudana,
walau aku tahu siapa mereka.
Tetapi aku juga maju berperang untuk
memulihkan kehormatan dan harga diriku
yang telah kau hina pada pertemuan pertama kita,”
jawabnya lantang

“Tetapi kemenanganku telah diramalkan dewata,”
tutur Arjuna jumawa

“Aku tak peduli dengan suratan dewata,
walaupun itu tidak adil!”
tegasnya.

Hening

Dan ketegangan semakin mencekam
semua yang ada di sana menahan nafas

(IV)
Dua kereta kuda itu pun berderak cepat
menghela dua ksatria yang membawa nama-nama besar
berputar-putar mencari kesempatan
saling mendekat
sementara panah-panah sakti bercahaya
melesat menuju sasaran

Sebatang anak panah sakti Karna dilepaskan ke arah Arjuna
tetapi meleset
Panah itu berubah menjadi Ardawalika, si ular berbisa
dan kembali pada Karna
“Panahkan aku sekali lagi pada Arjuna.
Kau tidak akan meleset!”
kata Ardawalika

“Karna tidak pernah melepaskan anak panah
yang sama untuk dua kali,
walaupun itu bisa membunuh seratus Arjuna.
Pergilah kau!”
jawab Karna membuang kesempatan langka

Panah Ular itu melejit menyerang Arjuna
tetapi kurang cukup cepat
karena seharusnya dilepaskan dari busur

Arjuna pun dapat membunuhnya

(V)
Batara Kala, sang penguasa waktu,
tiba-tiba muncul tanpa dilihat
berbisik halus pada Karna,
“Roda keretamu amblas!”

Prabu Salya menolak permintaan menantunya,
“Kau yang harus mengangkat roda itu, bukan aku!”

Sehingga Karna harus turun sendiri dari kereta perangnya
mencoba mengangkat roda yang amblas

Berhasil
ia pun naik kembali ke atas keretanya
mengambil busur dan anak panahnya
melepaskan panah tersebut ke arah Arjuna

Salya melihat itu dan menghentakkan keretanya
sesuatu yang tidak disadari Karna
dan panah meleset mengenai mahkota Arjuna

Karna pun mencoba mengingat mantra brahmastra
dari Parasurama
tetapi ia tak dapat mengingatnya

Roda kereta kembali amblas
Sekali lagi, Salya tidak mau mengangkat roda
Karna pun turun mengangkat roda kereta itu
tetapi dilihatnya Arjuna menyiapkan anak panah saktinya
“Tunggu, jangan kau lakukan itu jika kau seorang ksatria!”

“Jangan bicara tentang kehormatan ksatria disini,”
kata Krishna berteriak keras pada Karna

“Panah dia, Arjuna.
Sekarang kesempatanmu membunuh dia!”
kata Krishna dingin mendesak Arjuna.

Arjuna tertegun melihat kejadian janggal
yang berulang itu
hatinya ragu
“Aku...aku tidak sanggup...”
kata Arjuna terbata-bata

Sembari mencoba mengingat mantra brahmastra
Karna berhasil mengangkat roda keretanya
instingnya mengatakan ada bahaya mengancam
secara refleks ia meraih busur dan memasang panah Wijayadanu
ia mengangkat wajahnya

Arjuna melihat semua kejadian itu
dan telah siap melepaskan anak panahnya

“Lepaskan panahmu, Arjuna,”
teriak Krishna menggelegar.
“Ini kesempatanmu terakhir! Panah dia, panah dia!”

Karna menatap mata Arjuna
sekali lagi, ia mencoba mengingat mantra brahmastra
dan siap melepaskan anak panah
tetapi peluh keringat menutupi pandangannya
sesaat ia mengerjapkan mata
kemudian yang dilihatnya adalah Pasopati,
anak panah sakti milik Arjuna
datang lebih cepat
dan menembus batang lehernya

“Crash!!!”

Darah segar menyembur
sementara kepala Karna jatuh menggelinding ke tanah
secercah sinar melayang tinggi
masuk ke dalam lingkaran matahari

(VI)
Dan tiba-tiba langit berubah seketika
menjadi gelap gulita
awan hitam bergulung-gulung
suara guruh memenuhi angkasa
halilintar menyambar-nyambar membelah langit
Hujan!

Pada saat yang sama
jauh dari medan perang yang berdarah-darah
di Istana Hastinapura
Dristarastra jatuh dari kursinya
dan Kunti sesak nafas
merasakan nyeri yang luar biasa pada lehernya

(VII)
Ketika hujan berhenti
tubuh ksatria itu masih berdiri tegak
meregang busur
siap melepaskan anak panahnya

Kepalanya jatuh di tanah
wajahnya tersenyum dan bersinar-sinar
seperti bunga teratai berdaun seribu
yang sedang mekar

(VIII)
Arjuna menghampiri tubuh Karna
“Benar-benar ksatria sejati!”
desis Arjuna

Arjuna memberikan hormatnya untuk Karna


Depok, 18 Oktober 2005 - Jakarta, 4 Agustus 2006
Urip Herdiman K.

Wednesday, August 02, 2006

Labirin Waktu

LABIRIN WAKTU

“Bang!”

aku mendengar suara langkah jarum jam dan kemudian bertanya mengapa ia harus berjalan ke kanan karena aku yakin berputar ke kanan atau ke kiri tentulah beda dan masing-masing punya arti jadi aku juga berpikir lagi mengapa jarum jam tidak berputar ke kiri mungkin itu juga merupakan simbol kanan adalah masa depan keluar dan ke bawah sementara kiri adalah masa silam kedalam dan ke atas tetapi bukankah kita juga harus punya pilihan tidak harus selalu ke kanan tetapi boleh ke kiri walau bukan berarti harus lebih banyak kenangan daripada mimpi dan harapan karena tokh ternyata memang ada orang-orang yang hidup dengan mimpi-mimpinya ataupun dengan apa saja yang telah pernah dilakukannya lalu ketika suara detak jarum jam itu masih lekat di telingaku baik yang kanan maupun yang kiri tiba-tiba kulihat dentuman besar yang mengawali dan mengakhiri semesta dalam mimpiku

“Bang!”

Sawangan, 28 Februari - Jakarta, 17 Maret 2006
Urip Herdiman K.

The Great Gig in The Sky

THE GREAT GIG IN THE SKY

: clare torry

bertahun-tahun sudah
aku selalu
mendengarkan lengkinganmu

(hingga menjadi satu mimpi dalam mimpi)

dan kini aku yakin, itu
adalah lenguhan orgasme alam semesta
yang mengoyak keheningan malam

mengantarkan klimaks
persetubuhan langit dan bumi

Sawangan, Selasa, 18 Oktober 2005
Urip Herdiman K.

Catatan:
The Great Gig in The Sky, nomor instrumentalia dalam album Pink Floyd,
The Dark Side of The Moon, 1973.

Negeri Malam

NEGERI MALAM

seseorang meneleponku larut malam
dan bertanya,
“dimanakah letak pagi?”

“pagi terletak di sebelah timur, saat matahari terbit.”
jawabku

“dimanakah letak siang?”

“siang terletak di atas kepala kita,
saat bayangan jatuh tepat dibawah kaki.”

“dimanakah letak senja?”

“senja terletak di sebelah barat, saat matahari turun.”

“dan dimanakah letak malam?”

“malam adalah negeri gelap
yang ditinggal pergi sang mentari
waktu untuk bercinta, waktu untuk bermimpi
saat untuk berdoa, saat untuk bermeditasi
malam terletak di dalam pikiran kita.”

dan aku mendengar ia tersenyum dari seberang sana,
“selamat malam!”

Sawangan, Jumat, 24 Februari 2006
Urip Herdiman K.

Sedia Payung Sebelum Hujan

SEDIA PAYUNG SEBELUM HUJAN

ini adalah pepatah yang kusukai, sebab aku suka membawa payung, terutama payung tongkat berwarna hitam dengan pegangan putih, seperti john steed, jagoan inggris dalam film seri zaman batu, the avenger.

payung adalah senjata sakti , yang lebih sakti dari senjata chakra milik krishna, saat menghalangi sinar matahari agar arjuna dapat menemukan jayadrata. payung melindungiku dari terik matahari yang menyengat dan hujan yang mengguyur, selain alat untuk membeladiri. lebih dari itu, payung pun dapat dipergunakan untuk menggaet hati wanita. karena dengan payung, kadang-kadang aku masuk ke alam gaib, bertemu bidadari-bidadari kahyangan nan cantik.

suatu hari di musim hujan tahun 1987, hujan turun terus-menerus tanpa lelah. di koridor sastra rawamangun, aku membuka payung hitamku saat kulihat...lenggang-melenggok ayunan langkah kakinya...auw...auw siapa dia...bunyi lirik sebuah lagu yang jadul banget. dia si gadis dengan ekor tikus yang menjuntai itu berdiri di tangga, menanti hujan yang tiada henti.

dengan sedikit basa-basi, aku pun berkesempatan memayunginya dari koridor ke halte di luar kampus. kami saling melirik satu sama lain, saling tersenyum dan saling mendengarkan deburan ombak yang menampar-nampar jantung. sehingga aku dan dia tidak melihat polisi yang sedang tidur melintang di tengah jalan, tertutup genangan air.

Sawangan, 13 Desember 2005 - Jakarta, 14 Juli 2006
Urip Herdiman K.