The Urheka Project : Mimpi Dalam Mimpi

"All that we see, or seem, is but a dream within a dream." - Edgar Allan Poe, A Dream Within A Dream, 1846.

Wednesday, July 29, 2009

Cermin Sang Nyonya, 2 (Revisi) : Dari Shadow Dancing Hingga Epitaph

CERMIN SANG NYONYA, 2 (Revisi):
Dari Shadow Dancing Hingga Epitaph


1/

Sebenarnya ia sudah bosan melihat album-album fotonya. Namun apa daya, jika sedang kosong dan tidak ada yang bisa dikerjakan lagi, maka ia pun menoleh kepada album-album fotonya.

2/

Tentu ia senang melihat foto dirinya, apalagi ketika masih remaja. Cantik, kenes, dan seksi. Siapa cowok yang tidak suka meliriknya? Hampir semua cowok di sekolahnya, pasti pernah meliriknya. Tetapi tidak semua cowok dilihatnya kecuali yang datang naik Mercy atau Volvo. Tak apa disebut piala bergilir, yang penting hati senang.

Dan ia akan selalu mengingat dengan cowok mana ia pergi ke langit ketujuh pada malam perpisahan SMA dulu. Dulu yang jauh sekali. Malam yang penuh gairah, malam yang tak akan dilupakan.

3/

Ia akan tersenyum sendiri melihat album foto berikutnya, album masa kuliah. Ia adalah ratu di kampusnya. Tetapi akhirnya lelaki yang menggiringnya ke pelaminan adalah bandot tua teman bapaknya, yang menghadiahi rumah mewah, lengkap dengan semua isinya, termasuk mobil dan rekening di bank.


Ia masih bisa tersenyum walau pernikahannya kandas. Hidup jalan terus. Malam-malamnya tidak pernah sepi, habis di lantai dansa hingga pagi.

Do it light, taking me through the night
Shadow dancing, baby you do it right
Give me more, drag me across the floor
Shadow dancing, all this and nothing more
…”*

4/


Dan setelah itu, tiga kali pernikahan dilalui, seperti pelesiran saja. Empat kali pernikahan, menghasilkan empat anak. “Lalu buat apa orang menikah ya, kalau akhirnya seringkali harus kandas?” pikirnya geli.

5/

Ia selalu melihat foto-fotonya itu di kala senggangnya kini. Apalagi yang harus diurus sekarang di usia yang tidak muda lagi menjelang senja? Anak-anak sudah besar, semua punya rumah sendiri. Cucu-cucu ada yang rajin datang, tetapi ada juga yang tak pernah dilihatnya. “Tidak masalah, emang gue pikirin!”

Arisan? Ia sudah bosan ikut arisan. Ada sebelas arisan yang ia ikuti. Dari arisan uang jutaan perak sampai arisan brondong muda pernah ia jelajahi.

Kegiatan sosial? Ah, itu sih kecil. Sederet jabatan ketua, sekretaris dan bendahara di berbagai yayasan pernah ia pegang. Nombok sudah biasa, yang penting namanya dikenal luas. “Apa iya kalau aku mati nanti masuk surga?”

6/

Kini ia ikut latihan meditasi dan rajin datang ke pengajian. Tetapi sesekali ia juga datang ke kebaktian minggu pagi. Ia pindah agama karena suami keduanya, tetapi ia tidak bisa melupakan Tuhan yang Disalibkan yang ada di gereja tua dekat rumahnya dahulu, ketika ia masih kanak-kanak.

7/

Apalagi ya? Ah, ini dia. “Apakah aku yang dahulu dengan aku yang sekarang masih orang yang sama?” katanya setengah bertanya.

Ia bertanya di atas ranjangnya yang sepi, sambil mendengarkan sebuah lagu dari zaman psychedelic yang sudah membatu.

Confusion will be my epitaph
As I crawl a cracked and broken path
If we make it we can all sit back and laugh
But I fear tomorrow I’ll be crying
Yes I fear tomorrow I’ll be crying
…”

Jakarta, 28 – 30 Juli 2009

Urip Herdiman K.

Catatan :

* Shadow Dancing, lagu dari The Bee Gees.
** Epitaph, lagu dari King Crimson

Labels:

Tuesday, July 28, 2009

Cermin Sang Nyonya, 2 : Dari Shadow Dancing hingga Epitaph

CERMIN SANG NYONYA, 2 :
Dari Shadow Dancing Hingga Epitaph


1/

Sebenarnya ia sudah bosan melihat album-album fotonya. Namun apa daya, jika sedang kosong dan tidak ada yang bisa dikerjakan lagi, maka ia pun menoleh kepada album-album fotonya.

2/

Tentu ia senang melihat foto dirinya, apalagi ketika masih remaja. Cantik, kenes, dan seksi. Siapa cowok yang tidak suka meliriknya? Hampir semua cowok di sekolahnya, pasti pernah meliriknya. Tetapi tidak semua cowok dilihatnya kecuali yang datang naik Mercy atau Volvo. Tak apa disebut piala bergilir, yang penting hati senang.

Dan ia akan selalu mengingat dengan cowok mana ia pergi ke langit ketujuh pada malam perpisahan SMA dulu. Dulu yang jauh sekali. Malam yang penuh gairah, malam yang tak akan dilupakan.

3/

Ia akan tersenyum sendiri melihat album foto berikutnya, album masa kuliah. Ia adalah ratu di kampusnya. Malam-malamnya tidak pernah sepi, habis di lantai dansa hingga pagi.

Do it light, taking me through the night
Shadow dancing, baby you do it right
Give me more, drag me across the floor
Shadow dancing, all this and nothing more…
”*

4/

Tetapi akhirnya lelaki yang menggiringnya ke pelaminan adalah bandot tua teman bapaknya, yang menghadiahi rumah mewah, lengkap dengan semua isinya, termasuk mobil dan rekening di bank.

Ia masih bisa tersenyum walau pernikahannya kandas. Dan setelah itu, tiga kali pernikahan dilalui, seperti pelesiran saja. Empat kali pernikahan, menghasilkan empat anak. “Lalu buat apa orang menikah ya, kalau akhirnya seringkali harus kandas?” pikirnya geli.

5/

Ia selalu melihat foto-fotonya itu di kala senggangnya kini. Apalagi yang harus diurus sekarang di usia yang senja? Anak-anak sudah besar, semua punya rumah sendiri. Cucu-cucu ada yang rajin datang, tetapi ada juga yang tak pernah dilihatnya. “Tidak masalah, emang gue pikirin!”

Arisan? Ia sudah bosan ikut arisan. Ada sebelas arisan yang ia ikuti. Dari arisan uang jutaan perak sampai arisan brondong muda pernah ia jelajahi.

Kegiatan sosial? Ah, itu sih kecil. Sederet jabatan ketua, sekretaris dan bendahara di berbagai yayasan pernah ia pegang. Nombok sudah biasa, yang penting namanya dikenal luas. “Apa iya kalau aku mati nanti masuk surga?”

6/

Kini ia rajin datang ke pengajian, dan ikut latihan meditasi. Tetapi sesekali ia juga datang ke kebaktian minggu pagi. Ia pindah agama karena suami keduanya, tetapi ia tidak bisa melupakan Tuhan yang ada di gereja tua dekat rumahnya dahulu, ketika ia masih kanak-kanak.

7/

Apalagi ya? Ah, ini dia. “Apakah aku yang dahulu dengan aku yang sekarang masih orang yang sama?” katanya setengah bertanya.

Ia bertanya di atas ranjangnya yang sepi, sambil mendengarkan sebuah lagu dari zaman psychedelic yang sudah membatu.

Confusion will be my epitaph
As I crawl a cracked and broken path
If we make it we can all sit back and laugh
But I fear tomorrow I’ll be crying
Yes I fear tomorrow I’ll be crying
…”

Jakarta, 28 – 29 Juli 2009

Urip Herdiman K.

Catatan :

* Shadow Dancing, lagu dari The Bee Gees.
** Epitaph, lagu dari King Crimson

Labels:

Tuesday, July 14, 2009

Kutemukan Leaving On A Jet Plane Di Stasiun Depok Baru

KUTEMUKAN LEAVING ON A JET PLANE
DI STASIUN DEPOK BARU


Kereta ekspres berhenti di jalur tengah. Pintu terbuka, penumpang berhamburan. Orang-orang berjalan tergesa. Tak ada waktu untuk menoleh kiri kanan.

Aku menuruni tangga menuju lorong bawah tanah. Lamat-lamat kudengar lagu itu. Dinyanyikan orkestra para pengamen. Beberapa anak menari di sekitarnya. Memaksaku berhenti sejenak.

So kiss me and smile for me,
Tell me that you wait for me
…”

Tiba-tiba kuteringat pada suatu senja, beberapa tahun yang lewat. Di depan lift kantornya, ia berkata,”Dua ratus lima puluh hari kerja, separuh lebih adalah trip.”

Ia terbang dari satu titik ke titik lain di atas peta. Tidur di atas awan. Mengirimkan berita dari kota-kota yang membeku di dalam postcard.

Cause I’m leaving on a jet plane,
Don’t know when I’ll be back again
…”

Denpasar. Bangkok. Amsterdam. Moscow. Stockholm…

“Now the time has come to leave you
One more time, let me kiss you…”

Jakarta, 15 Juli 2009

Urip Herdiman K.

Labels:

Leaving On A Jet Plane

Leaving On A Jet Plane
(John Denver)


All my bags are packed,
I'm ready to go,
I'm standing here,
Outside your door,
I hate to wake you up to say Good Bye.
But the dawn is breakin', It's early morn`,
The taxi's waiting, blowin' his horn.
Already I'm so lonesome I could die.

So kiss me and smile for me,
Tell me that you wait for me,
Hold me, like you never let me go.
Cause I'm leaving on a jet plane,
Don't know when I'll be back again,
Oh Babe I hate to go.

So many times, I let you down,
So many times, I played around,
but I tell you now, they don't mean a thing.
Every place I go, I'll think of you,
Every song I sing, I sing for you.
When I come back, I'll bring your wedding ring.

Refrain

Now the time has come to leave you,
One more time, let me kiss you,
Close your eyes and I'll be on my way.
Think about the days to come,
When I won't have you leave alone,
About the day, when I won't have to say,

Refrain

Catatan :
Selasa sore, 14 Juli 2009, kereta Depok Ekspres berhenti di jalur tengah Stasiun Depok Baru. Sekelompok pengamen menyanyikan lagu ini. Keren banget.

Labels:

Sunday, July 12, 2009

Gandhari

GANDHARI

Ketika kekecewaan melandanya
semula ia hanya menutup matanya
tanpa disadari
bahwa telinga dan hatinya ikut tertutup

Tak ada celah untuk sinar mentari,
tak ada tempat untuk nyala sebuah lilin kecil

Ketika kemarahan membakarnya
ia melepaskan kutukan penuh amarah

Kau biarkan perang ini terjadi,
sehingga seratus anak kandungku mati.
Tiga puluh enam tahun sejak hari ini,
bangsamu akan musnah dari muka bumi!



Dalam kegelapan
ia hanya mendengarkan perasaannya sendiri

Jakarta, 25 Juni – 13 Juli 2009

Urip Herdiman K.

Labels:

Thursday, July 09, 2009

Cinta Platonis dan Soulmate, Dongeng Pengantar Tidur

CINTA PLATONIS DAN SOULMATE,
DONGENG PENGANTAR TIDUR



1/
“As far as my eyes can see
There are shadows approaching me…”

2/
Kubaca suratmu tentang cinta yang filosofis, tetapi kau tidak memberi petunjuk apapun. Tiba-tiba menjelang tengah malam, aku teringat sebuah kisah yang pernah kubaca. Sebentar ya, aku carikan dulu bukunya. Mungkin aku perlu mendongeng untukmu sebelum tidur, sebelum Natal.

(((Teng…!)))

Ah, kudengar bunyi lonceng dari kejauhan. Tepat tengah malam. Lonceng selalu dibunyikan setiap jarum jam menunjukkan angka dua belas, tiga dan enam pagi, siang dan malam, katamu suatu waktu.

3/
Alkisah zaman dahulu kala di negara bagian Wyoming, Amerika, demikian J. Maya Pilkington menceritakan dalam bukunya, terdapat segerombolan koboi liar yang bergerak melawan hukum, pimpinan Butch Cassidy. Butch mempunyai seorang teman dekat, bernama Henry Longabough yang dikenal juga sebagai Sundance Kid.

Melalui perjalanan panjang dan petualangan bersama, mereka menjadi dekat, sangat dekat. Mereka selalu setia satu sama lain, apa pun yang mereka lakukan dan ke mana pun mereka pergi. Tanpa pernah terkatakan atau terucap, telah tumbuh cinta di antara keduanya. Mereka saling mengerti dan memahami.

Hingga pada tahun 1902, mereka bersama-sama melarikan diri ke Amerika Selatan dan meninggal bersama setelah ditembak tentara Bolivia.

“Dorr!”

Ah, kau tahu sendiri kan, bagaimana cerita-cerita koboi. Sekali ini jagoan kita harus tersungkur, tidak melenggang di atas kudanya menuju garis batas cakrawala.

4/
Maya Pilkington menyebut cinta di antara Butch dan Henry sebagai cinta platonis. Platonis diambil dari nama Plato (427 – 347 SM), salah satu nenek moyang para filsuf, yang hidup di zaman Yunani Kuno jauh sebelum kelahiran Kristus. Jika kau membayangkan wajahnya botak dan memelihara jenggot panjang, kau tidak salah. Kira-kira seperti itulah para filsuf zaman baheula. Mirip dengan gambar minuman anggur kolesom cap Orang Tua. Maaf, ini bukan iklan lho… Hahaha…

Ada baiknya aku menceritakan sedikit tentang Kakek Plato ini. Menurut Kakek, jiwa manusia hidup di dunia idea-idea, atau semacam surga, yang jauh dari dunia fana ini. Entah karena peristiwa apa, jiwa manusia ini jatuh dari dunia idea-idea ke dalam dunia ini dan bersemayam di tubuh manusia yang menurutnya, adalah penjara.

Hemm…penjara yang mendarahdaging…

Kaitannya dengan cinta, aku singkat saja karena kepalaku juga pening membaca bukunya Romo Mudji Sutrisno dan Budi Hardiman ini, mungkin cinta adalah wilayah idea-idea, yang lebih tinggi dari tubuh, sementara hasrat seksual adalah wilayah tubuh, yang lebih rendah dari idea-idea.

5/
Okelah, kita kembali saja ke buku Maya Pilkington. Dikatakan bahwa cinta platonis mengandung unsur filosofi atau teori, bahwa dua orang dapat menjalin cinta yang sangat murni dan dalam tanpa melibatkan unsur fisik sama sekali. Maksudnya mungkin adalah tidak ada sentuhan fisik dan hasrat seksual. Ehem…maaf, aku perlu minum dulu.

Cinta platonis ini bisa terjadi jika dua orang bersahabat dalam jangka waktu yang panjang selama bertahun-tahun dan akhirnya saling mencintai, saling merindukan, saling membutuhkan walau tidak terkatakan atau terucapkan. Tanpa seks, mungkin hanya sekadar tatapan mata dan sentuhan halus.

Aku ingat beberapa film yang pernah kutonton. Hmm, kini aku mengerti, mungkin itu yang disebut cinta platonis. Percakapan tanpa kata. Hanya tatapan mata dan gerak tubuh yang berbicara.

Cinta platonis ini seringkali terjadi di antara para sahabat, teman kerja, kakak, adik dan saudara. Dan kelihatannya Tante Maya (aih…mudah-mudahan cantik ya orangnya…) tidak menyebutkan perbedaan kelamin dan usia. Artinya, sesama pria atau sesama wanita, tua atau muda, bisa saja terjadi cinta platonis.

Apakah cinta platonis hanya di antara manusia saja? Ah, rupanya tidak. Cinta platonis bisa juga terjadi dalam hubungan kita dengan sesuatu tempat yang amat kita sukai. Atau dengan sesuatu hobi atau kesenangan, dan tentu saja dengan hewan peliharaan . Yang penting, ada yang mencintai dan ada yang dicintai.

Aku jadi teringat dengan mendiang ayahku, yang di saat-saat sakit hingga akhir hayatnya, masih mengurus koleksi perangkonya.

Jadi jika seseorang mengatakan kau seorang platonis, tidak apa. Jangan gusar ataupun marah. Karena sebenarnya, hampir semua orang pada waktu tertentu dan situasi tertentu, adalah seorang platonis. Kau, aku dan mereka. Kita semua adalah platonis.

6/
“…And someday in the mist of time
When they asked me if I knew you
I’d smile and say you were a friend of mine
And the sadness would be lifted from my eyes
Oh when I’m old and wise…”

7/
Aha…tiba-tiba di kepalaku terlintas sebuah pertanyaan, apakah ada persamaan antara platonis dengan soulmate. Pernah kuceritakan padamu tentang soulmate. Aku tidak percaya bahwa soulmate atau jodoh harus selalu menjadi pasangan suami-istri atau suami-istri adalah pasangan yang berjodoh. Tidak.

Soulmate bisa saja dengan orang tua, saudara, sahabat, teman, dimana kita merasakan saling cocok satu sama lain. Soulmate ada karena perjalanan jiwa yang mengembara dari satu kelahiran ke kelahiran berikutnya dalam suatu lingkaran tanpa akhir. Jiwa-jiwa tersebut sudah saling mengenal satu sama lain, dalam kehidupan-kehidupan sebelum sekarang, berjanji untuk bertemu kembali dan selalu saling mencari dalam kehidupan berikutnya. Soulmate tidak mengenal akte pernikahan, karena akte itu hanya untuk tubuh fisik kita. Akte itu bisa dirobek-robek dan dibuang ke keranjang sampah.

Mungkin, suatu waktu, jika kau mau, aku perlu menulis untukmu tentang pernikahan jiwa ini ya…

8/
Kurasa ada titik temu antara platonis dengan soulmate yang aku maksudkan ini, karena keduanya tidak menempatkan seks sebagai hal yang utama. Bedanya, platonis selain dengan manusia, bisa dengan tempat, hobi dan hewan peliharaan, sementara soulmate hanya dengan orang-orang saja.

9/
(((Teng…!)))

Ah, sudah pagi rupanya. Kulihat matamu terpejam. Aku bisa melihatmu dari sini, sekalipun aku tidak tahu dimana rumahmu. I can see your house from here, kata Camel.

Maaf, kau minta puisi, tetapi aku malah mendongeng, dongeng yang panjang. Selamat pagi, selamat tidur. Merry Christmas!

10/
“…And someday in the mist of time
When they ask you if you knew me
Remember that you were a friend of mine
As the final curtain fall before my eyes
Oh when I’m old and wise
As far as my eyes can see”


Jakarta, 6 – 10 Desember 2007

Urip Herdiman K.

Catatan :
1. J. Maya Pilkington & Diagram Group, Misteri Arah Hidup Anda. Jakarta, Penerbit Arcan, 1994.
2. FX Mudji Sutrisno & F. Budi Hardiman, Para Filsuf Penentu Gerak Zaman. Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1992.
Petikan lirik dari lagu Old nd Wise, milik The Alan Parsons Project, dalam album Eye in The Sky, 1982.

Labels:

Aih, Jodoh Tidak Sama Dengan Pernikahan Dan Suami Istri Tidak Selalu Jodoh

AIH, JODOH TIDAK SAMA DENGAN PERNIKAHAN
DAN SUAMI ISTRI TIDAK SELALU JODOH…!


1/
Tidak ada bisnis yang stabil kecuali bisnis pernikahan. Stabil dan tidak terkena resesi. Apakah ada hari atau malam tanpa pernikahan? Hohoho… Akan selalu ada. Lihat saja janur kuning di gedunggedung pertemuan umum atau di depan gang perkampungan.

Sebuah undangan pernikahan tergolek di atas mejaku. Hmm… Ah, gadis cantik tetangga gang sebelah. Kembang desa yang sedang mekar. Dipetik lelaki dari negeri antahberantah.

2/
Aku malas datang ke acara pernikahan. Pertanyaannya selalu sama.
“Kapan kamu akan menikah?”
“Lho, kok, datangnya sendiri?”
“Datang sama siapa?”
“Temannya mana?”

Huh…membuatku semakin malas datang ke acara pernikahan. Mungkin bukan cuma aku. Ternyata beberapa temanku yang jomblo, atau masih betah sendiri, demikian pula. Hehehe… Kami memang anggota Aliansi Jomblo & Jablai Indonesia.

Apakah dengan menikah berarti sudah bertemu dengan jodoh? Apakah suami istri selalu berjodoh? Bagaimana dengan orang yang menikah berkalikali? Apakah orang yang tidak menikah berarti tidak punya jodoh? Hohoho… Nanti dulu…aku tergelitik untuk bermainmain dengan kata, suatu labirin.

3/
Rasanya aku punya penjelasan sendiri untukmu, sayang. Jodoh selalu diartikan ‘teman jiwa’ atau ‘belahan jiwa’. Aku pikir dua frase ini punya arti yang tidak sama. Teman jiwa mungkin teman dalam pengembaraan ruang dan waktu,.melalui inkarnasi yang berulangkali. Saling mengenali, saling mencari, saling menanti, tanpa terkatakan. Seperti ada magnet yang saling tarikmenarik. Jodoh tidak mengenal status pernikahan, agama, ras, suku bangsa, warna kulit dan bahasa. Ia, teman jiwa, teruji melalui persahabatan yang panjang, tidak melulu sekadar seks. Aih… Aku mencarimu dari satu inkarnasi ke inkarnasi berikutnya, dan kau menantiku di suatu bintang.

Belahan jiwa? Entahlah, mungkin ini semacam anima dan animus dalam psikologi Jung. Di dalam diri setiap pria, selalu ada elemen feminin. Dan di dalam diri setiap wanita, selalu ada elemen maskulin. Hohoho… Sebagian orang mengatakannya ‘jiwa kembar’. Mungkin mendekati benar, walau kedua jiwa tetaplah individu yang unik dan berkembang sendirisendiri. Aah…kita sedang bermainmain dengan kata, suatu labirin.

4/
Pernikahan selalu membutuhkan pengakuan legal dari institusi agama maupun hukum. Jadi tidak masalah, selama mampu, menikahlah sebanyakbanyaknya. Satu kali, dua kali, tiga kali… Atau punya istri dua, tiga, empat…sembilan… Semua alasan atau dalih bisa dicaricari. Hoahoahoa…

Ada pepatah yang mengatakan mencari jodoh sama seperti mencari tulang rusuk yang hilang, sesuai mitos penciptaan wanita. Jika seorang pria punya istri empat, apakah ia kehilangan empat tulang rusuknya? Atau satu tulang rusuknya dibuat menjadi empat wanita? Hehehe… Jika seorang wanita menikah empat kali, apakah ia terbuat dari empat tulang rusuk pria yang berbeda? Hoahoahoa… Mungkin itu hanya metafora saja.

5/
Apakah pernikahan selalu dilandasi cinta? Kupikir tidak selalu. Mungkin kita sudah sering dengar orangorang yang menikah karena uang, jabatan, kedudukan, atau seks semata. Hemmm… Karenanya aku yakin, suami dan istri tidaklah selalu jodoh satu sama lain, walau mungkin saja mereka adalah jodoh. Haa…?

Aku pikir jodoh tidak membutuhkan sertifikat dari kantor urusan agama, gereja atau catatan sipil. Karena jiwa tidak dibatasi selembar kertas yang bisa disobeksobek. Pernikahanlah yang membutuhkannya, agar persetubuhan itu tidak disebut perzinahan.

Mungkin aku benar, mungkin juga aku salah. Tetapi beberapa teman yang kuceritakan cukup terkejut. Jadi, yang masih jomblo atau jablai, boleh tenang. Jangan khawatir. Kita semua tetap punya jodoh, walaupun mungkin jodoh kita sudah menikah dengan orang lain. Jodoh tidak harus terikat pada pernikahan. Bahasa gaulnya, cinta jalan terus sekalipun orang yang kita cintai sudah menikah. Hehehe…

Dan yang sudah punya suami atau istri, pandanglah pasangannya masingmasing. Apakah dia memang jodohmu? Hoahoahoa…

Kau percaya padaku? Jangan, jangan dulu… Ini, kan cuma permainan katakata saja, sebuah labirin.

“Kapan neeh menikahnya?”
seseorang bertanya padaku

“Emang gue pikirin!”

Jakarta, 30 Mei - 4 Juni 2007

Urip Herdiman K.

Labels:

Monday, July 06, 2009

Bibir Siapa?


BIBIR SIAPA?

1/

Sebuah paket pos sudah lelah menunggu di atas meja kerjaku. Tidak ada nama dan alamat si pengirim. “Dari siapa ya?” pikirku menebak-nebak.

Kubuka bungkusan itu yang ditutup dengan kertas kado motif bunga mawar warna pink. Kutemukan sebuah gelas cantik model lama dengan bekas bibir warna merah yang tertinggal di bibir gelasnya. Dan secarik kertas bertuliskan,”Apakah kau masih ingat denganku? Kita pernah minum bersama dari gelas ini.”

Ah, siapa orang yang mengirim paket gelas bibir ini?

2/

Aku makan berdua bersama dengannya, seseorang yang baru kukenal beberapa hari lalu. Bercakap-cakap panjang tentang sejarah Zen, Boddhidharma, meditasi, haiku, jalan pedang para samurai dan pengaruhnya dalam gaya hidup era post modern. Sampai akhirnya ia kehabisan minuman di dalam gelasnya yang kosong. “Mau tambah minumnya?” kataku menawarkan.

“Ah, tidak perlu. Tetapi boleh ‘kan aku minum sedikit dari gelasmu?” jawabnya sembari mengambil gelasku.

Tak ada alasan untuk menolaknya, karena tangannya lebih cepat dari pikiranku. “Silakan saja…” jawabku pendek.

Dan setelah itu aku menatap gelasku sendiri. Ada bekas bibir yang tertinggal di sana, warna merah.

Ah, apakah ia yang mengirim gelas itu padaku tempo hari?

Jakarta, 7 Juli 2009

Urip Herdiman K.

Labels:

Thursday, July 02, 2009

Year Of The Cat









YEAR OF THE CAT
Al Stewart


On a morning from a Bogart movie
In a country where they turn back time
You go strolling through the crowd like Peter Lorre
Contemplating a crime
She comes out of the sun in a silk dress running
Like a watercolour in the rain
Don't bother asking for explanations
She'll just tell you that she came
In the year of the cat.

She doesn't give you time for questions
As she locks up your arm in hers
And you follow 'till your sense of which direction
Completely disappears
By the blue tiled walls near the market stalls
There's a hidden door she leads you to
These days, she says, I feel my life
Just like a river running through
The year of the cat

She looks at you so cooly
And her eyes shine like the moon in the sea
She comes in incense and patchouli
So you take her, to find what's waiting inside
The year of the cat.

Well morning comes and you're still with her
And the bus and the tourists are gone
And you've thrown away the choice and lost your ticket
So you have to stay on
But the drum-beat strains of the night remain
In the rhythm of the new-born day
You know sometime you're bound to leave her
But for now you're going to stay
In the year of the cat

Labels: