The Urheka Project : Mimpi Dalam Mimpi

"All that we see, or seem, is but a dream within a dream." - Edgar Allan Poe, A Dream Within A Dream, 1846.

Thursday, May 13, 2010

Lelaki Tua Itu Menunggumu...

LELAKI TUA ITU MENUNGGUMU...

: kupu-kupu kecil

Lelaki tua itu menatap jam dinding. Ia merasa waktu berjalan begitu lambat. Sangat lambat. Sudah dua minggu ia berbaring rawat inap di rumah sakit. Keluarga dan tamu datang silih berganti. Tetapi ia menunggu seseorang yang belum pernah dilihatnya. Seseorang yang dikenalnya hanya lewat internet. Ia hanya bisa berharap.

(Kau sedang berada di gym. Loncat kesana kemari. Jumpalitan. Menendang. Dan memukul perkusi. Kau sedang berlatih capoeira. Pernahkah kau mendengarkan Al Di Meola Project membawakan nomor instrumentalianya, Capoeira?)

Lelaki itu mengirim pesan singkat, dengan sedikit menggoda. “Kapan neeh u bezoek gue?”

Ia hanya bisa mengirimkan pesan saja. Tidak lebih, tidak kurang. Dan setelah itu menunggu balasan. Jawabanmu datang. Ia tersenyum membacanya. Tetapi ia menunggu sosokmu, kupu-kupu kecil yang disayanginya.

(Kau sedang berjalan menyusuri kaki lima yang berdebu. Memotret sudut-sudut kota tua. Memotret seribu wajah yang kau temui di jalanan.)

Lelaki itu hanya bisa diam. Ia sudah tidak bisa berbicara lagi. Selang-selang menempel di tubuh dan tangannya. Pandangannya semakin kabur. Pendengaranya tidak berfungsi lagi. Nafasnya timbul tenggelam. Ia masih menunggu seseorang yang belum pernah ditemuinya. Menunggumu.

(Kau berada di sebuah gedung pameran yang ramai. Menerima tamu-tamu yang mengunjungi stan tempatmu bekerja.)

Di daerah perbatasan terakhir, ketika hanya ada sepi dan sunyi yang tertinggal, setiap orang ingin melihat orang yang disayanginya. Dirindukannya. Dicintainya. Mungkin untuk yang terakhir kali. Atau mungkin juga untuk yang pertama kali.

Ia ingin kau datang. Sekedar menyapanya. Berbisik di telinganya. Menyentuh kulit wajahnya. Merasakan kau menggenggam tangannya.


Jakarta, 12 – 14 Mei 2010

Urip Herdiman K.

Labels:

Tuesday, May 11, 2010

Tai Chi (III) : Percakapan dengan Yin Yang

TAI CHI (III) :
PERCAKAPAN DENGAN YIN YANG


Aku menatap diagram Tai Chi di depanku.
Dan memikirkan bagaimana cara memahaminya,
ketika tiba-tiba ia berbicara padaku.

“Akulah Yin, si hitam dengan titik putih sebagai mata di kepalaku,”
kata Yin memperkenalkan diri.

“Dan akulah Yang, si putih dengan titik hitam sebagai mata di kepalaku,”
kata Yang memperkenalkan diri juga.

“Kalian bisa bicara?”
kataku bertanya setengah tak percaya.

“Ya!” kata Yin dan Yang bersama-sama.
“Kau ingin tahu lebih jauh tentang kami?”

“Ceritakanlah tentang diri kalian.
Aku akan mendengarkan.”

“Di alam semesta, aku adalah malam, rembulan, gelap,
bawah, dingin, air, barat dan utara,”
tutur Yin.

“Sementara aku adalah siang, matahari, terang,
atas, panas, api, timur dan selatan,”
sahut Yang.

“Di tubuh manusia, aku adalah perempuan, dada-perut,
tubuh bagian bawah, fisik, permukaan tubuh bagian dalam, cairan yang keruh”
ujar Yin.

“Sedangkan aku adalah lelaki, punggung-bokong,
tubuh bagian atas, psikis, permukaan tubuh bagian luar, cairan yang jernih,”
balas Yang.

“Sebagai organ, aku adalah cang, yaitu organ-organ padat,
seperti hati, jantung (dan selaput jantung), limpa, paru-paru dan ginjal,”
tambah Yin.

“Dan aku adalah fu, yaitu organ-organ berongga,
seperti kandung empedu, usus kecil (dan tiga pemanas), lambung, usus besar
dan kandung kemih,”
imbuh Yang.

“Jika tubuh manusia sakit, maka aku adalah kronis, tenang, lama,
dingin, lembab dan regresif,” lanjut Yin.

“Ya, jika sakit, lihatlah aku sebagai akut, gelisah, baru,
panas, kering dan progresif,” lanjut Yang.

“Untuk menegakkan diagnosa, lihatlah aku, Yin,
pada dalam, dingin dan lemah,”
jelas Yin.

“Maka aku, Yang,
ada pada luar, panas dan kuat,”
terang Yang.

“Rupanya kalian hadir dari tataran makrokosmos hingga mikrokosmos.
Dari jagad besar hingga jagad cilik.”

“Betul. Lihatlah kami sebagai suatu diagram yang utuh
dan berputar ke arah kanan, bukan ke arah kiri.
Banyak yang terbalik melihat kami.
Kami dinamis, saling tarik-menarik, saling melengkapi,
saling mendasari untuk mencapai keseimbangan.
Tidak ada yang murni, dan tidak ada yang mutlak,”
kata Yin dan Yang bersama-sama.
“Kami ada di alam semesta ini hingga di dalam tubuh manusia seperti kau.”

“Apakah ada terjemahan yang pas untuk nama kalian, Yin dan Yang?
Bagaimana dengan pasif dan aktif?
Atau negatif dan positif?”

“Tidak ada terjemahan yang sepadan untuk kami dalam bahasa apapun.
Pergunakan saja Yin dan Yang seperti aslinya,”
jawab Yin dan Yang bersamaan.

“Oke, Yin dan Yang.”

“Ya, dan kau bisa membaca kami sebagai sebuah frase,
di dalam Yin ada Yang, di dalam Yang ada Yin.”

Jakarta, 23 – 26 Februari 2009

Urip Herdiman K.

Labels:

Wednesday, May 05, 2010

Cahaya Seperti Apa yang Kau Pikirkan?

CAHAYA SEPERTI APA YANG KAU PIKIRKAN?

: Yana Daloe


1/
“Cahaya!”
jawabmu singkat.

“Cahaya?
Cahaya seperti apa?”
pikirku menduga-duga sendiri.

2/
Aku menatap lilin yang menyala, dan bertanya,
”Apakah cahaya seperti ini yang kau pikirkan?”

Aku menatap mentari pagi, dan bertanya,
“Apakah cahaya seperti ini yang kau pikirkan?”

Aku menatap lampu-lampu jalanan kota,
dan bertanya,
“Apakah cahaya seperti ini yang kau pikirkan?”

3/
Aku pun membawa cahaya ke dalam pikiranku,
ke dalam tidurku,
ke dalam mimpi-mimpiku.

Berlayar menuju bintang-bintang.

4/
Dan terbangun di daerah perbatasan
ketika menemui situasi-situasi batas :
nasib
perjuangan
penderitaan
kesalahan
dan kematian yang final.

“Ada apa di seberang perbatasan sana?
Kegelapan total ataukah dunia penuh cahaya?”
kataku bertanya,
seperti juga banyak orang lain bertanya-tanya.

5/
Dari tanah kembali ke tanah.
Tubuh kita adalah rumah bagi jiwa yang mengembara.
Tubuh yang akan kembali ke bumi,
sementara jiwa melanjutkan perjalanannya.

6/
Dari cahaya kembali ke cahaya.
Kita selalu rindu
darimana kita datang
dan kemana kita akan pulang.

7/
“Akulah Cahaya Ilahi.
Aku selalu ada di dalam dirimu!”

8/
Sekali lagi, aku menatap lilin yang menyala,
dan bertanya,
“Cahaya seperti apa yang kau pikirkan?”


Jakarta, 3 – 5 Mei 2010

Urip Herdiman K.

Labels: