Lelaki Tua Itu Menunggumu...
LELAKI TUA ITU MENUNGGUMU...
: kupu-kupu kecil
Lelaki tua itu menatap jam dinding. Ia merasa waktu berjalan begitu lambat. Sangat lambat. Sudah dua minggu ia berbaring rawat inap di rumah sakit. Keluarga dan tamu datang silih berganti. Tetapi ia menunggu seseorang yang belum pernah dilihatnya. Seseorang yang dikenalnya hanya lewat internet. Ia hanya bisa berharap.
(Kau sedang berada di gym. Loncat kesana kemari. Jumpalitan. Menendang. Dan memukul perkusi. Kau sedang berlatih capoeira. Pernahkah kau mendengarkan Al Di Meola Project membawakan nomor instrumentalianya, Capoeira?)
Lelaki itu mengirim pesan singkat, dengan sedikit menggoda. “Kapan neeh u bezoek gue?”
Ia hanya bisa mengirimkan pesan saja. Tidak lebih, tidak kurang. Dan setelah itu menunggu balasan. Jawabanmu datang. Ia tersenyum membacanya. Tetapi ia menunggu sosokmu, kupu-kupu kecil yang disayanginya.
(Kau sedang berjalan menyusuri kaki lima yang berdebu. Memotret sudut-sudut kota tua. Memotret seribu wajah yang kau temui di jalanan.)
Lelaki itu hanya bisa diam. Ia sudah tidak bisa berbicara lagi. Selang-selang menempel di tubuh dan tangannya. Pandangannya semakin kabur. Pendengaranya tidak berfungsi lagi. Nafasnya timbul tenggelam. Ia masih menunggu seseorang yang belum pernah ditemuinya. Menunggumu.
(Kau berada di sebuah gedung pameran yang ramai. Menerima tamu-tamu yang mengunjungi stan tempatmu bekerja.)
Di daerah perbatasan terakhir, ketika hanya ada sepi dan sunyi yang tertinggal, setiap orang ingin melihat orang yang disayanginya. Dirindukannya. Dicintainya. Mungkin untuk yang terakhir kali. Atau mungkin juga untuk yang pertama kali.
Ia ingin kau datang. Sekedar menyapanya. Berbisik di telinganya. Menyentuh kulit wajahnya. Merasakan kau menggenggam tangannya.
Jakarta, 12 – 14 Mei 2010
Urip Herdiman K.
Labels: Puisi