CINTA PLATONIS DAN SOULMATE,
DONGENG PENGANTAR TIDUR 1/
“As far as my eyes can see
There are shadows approaching me…”
2/
Kubaca suratmu tentang cinta yang filosofis, tetapi kau tidak memberi petunjuk apapun. Tiba-tiba menjelang tengah malam, aku teringat sebuah kisah yang pernah kubaca. Sebentar ya, aku carikan dulu bukunya. Mungkin aku perlu mendongeng untukmu sebelum tidur, sebelum Natal.
(((Teng…!)))
Ah, kudengar bunyi lonceng dari kejauhan. Tepat tengah malam. Lonceng selalu dibunyikan setiap jarum jam menunjukkan angka dua belas, tiga dan enam pagi, siang dan malam, katamu suatu waktu.
3/
Alkisah zaman dahulu kala di negara bagian Wyoming, Amerika, demikian J. Maya Pilkington menceritakan dalam bukunya, terdapat segerombolan koboi liar yang bergerak melawan hukum, pimpinan Butch Cassidy. Butch mempunyai seorang teman dekat, bernama Henry Longabough yang dikenal juga sebagai Sundance Kid.
Melalui perjalanan panjang dan petualangan bersama, mereka menjadi dekat, sangat dekat. Mereka selalu setia satu sama lain, apa pun yang mereka lakukan dan ke mana pun mereka pergi. Tanpa pernah terkatakan atau terucap, telah tumbuh cinta di antara keduanya. Mereka saling mengerti dan memahami.
Hingga pada tahun 1902, mereka bersama-sama melarikan diri ke Amerika Selatan dan meninggal bersama setelah ditembak tentara Bolivia.
“Dorr!”
Ah, kau tahu sendiri kan, bagaimana cerita-cerita koboi. Sekali ini jagoan kita harus tersungkur, tidak melenggang di atas kudanya menuju garis batas cakrawala.
4/
Maya Pilkington menyebut cinta di antara Butch dan Henry sebagai cinta platonis. Platonis diambil dari nama Plato (427 – 347 SM), salah satu nenek moyang para filsuf, yang hidup di zaman Yunani Kuno jauh sebelum kelahiran Kristus. Jika kau membayangkan wajahnya botak dan memelihara jenggot panjang, kau tidak salah. Kira-kira seperti itulah para filsuf zaman baheula. Mirip dengan gambar minuman anggur kolesom cap Orang Tua. Maaf, ini bukan iklan lho… Hahaha…
Ada baiknya aku menceritakan sedikit tentang Kakek Plato ini. Menurut Kakek, jiwa manusia hidup di dunia idea-idea, atau semacam surga, yang jauh dari dunia fana ini. Entah karena peristiwa apa, jiwa manusia ini jatuh dari dunia idea-idea ke dalam dunia ini dan bersemayam di tubuh manusia yang menurutnya, adalah penjara.
Hemm…penjara yang mendarahdaging…
Kaitannya dengan cinta, aku singkat saja karena kepalaku juga pening membaca bukunya Romo Mudji Sutrisno dan Budi Hardiman ini, mungkin cinta adalah wilayah idea-idea, yang lebih tinggi dari tubuh, sementara hasrat seksual adalah wilayah tubuh, yang lebih rendah dari idea-idea.
5/
Okelah, kita kembali saja ke buku Maya Pilkington. Dikatakan bahwa cinta platonis mengandung unsur filosofi atau teori, bahwa dua orang dapat menjalin cinta yang sangat murni dan dalam tanpa melibatkan unsur fisik sama sekali. Maksudnya mungkin adalah tidak ada sentuhan fisik dan hasrat seksual. Ehem…maaf, aku perlu minum dulu.
Cinta platonis ini bisa terjadi jika dua orang bersahabat dalam jangka waktu yang panjang selama bertahun-tahun dan akhirnya saling mencintai, saling merindukan, saling membutuhkan walau tidak terkatakan atau terucapkan. Tanpa seks, mungkin hanya sekadar tatapan mata dan sentuhan halus.
Aku ingat beberapa film yang pernah kutonton. Hmm, kini aku mengerti, mungkin itu yang disebut cinta platonis. Percakapan tanpa kata. Hanya tatapan mata dan gerak tubuh yang berbicara.
Cinta platonis ini seringkali terjadi di antara para sahabat, teman kerja, kakak, adik dan saudara. Dan kelihatannya Tante Maya (aih…mudah-mudahan cantik ya orangnya…) tidak menyebutkan perbedaan kelamin dan usia. Artinya, sesama pria atau sesama wanita, tua atau muda, bisa saja terjadi cinta platonis.
Apakah cinta platonis hanya di antara manusia saja? Ah, rupanya tidak. Cinta platonis bisa juga terjadi dalam hubungan kita dengan sesuatu tempat yang amat kita sukai. Atau dengan sesuatu hobi atau kesenangan, dan tentu saja dengan hewan peliharaan . Yang penting, ada yang mencintai dan ada yang dicintai.
Aku jadi teringat dengan mendiang ayahku, yang di saat-saat sakit hingga akhir hayatnya, masih mengurus koleksi perangkonya.
Jadi jika seseorang mengatakan kau seorang platonis, tidak apa. Jangan gusar ataupun marah. Karena sebenarnya, hampir semua orang pada waktu tertentu dan situasi tertentu, adalah seorang platonis. Kau, aku dan mereka. Kita semua adalah platonis.
6/
“…And someday in the mist of time
When they asked me if I knew you
I’d smile and say you were a friend of mine
And the sadness would be lifted from my eyes
Oh when I’m old and wise…”
7/
Aha…tiba-tiba di kepalaku terlintas sebuah pertanyaan, apakah ada persamaan antara platonis dengan soulmate. Pernah kuceritakan padamu tentang soulmate. Aku tidak percaya bahwa soulmate atau jodoh harus selalu menjadi pasangan suami-istri atau suami-istri adalah pasangan yang berjodoh. Tidak.
Soulmate bisa saja dengan orang tua, saudara, sahabat, teman, dimana kita merasakan saling cocok satu sama lain. Soulmate ada karena perjalanan jiwa yang mengembara dari satu kelahiran ke kelahiran berikutnya dalam suatu lingkaran tanpa akhir. Jiwa-jiwa tersebut sudah saling mengenal satu sama lain, dalam kehidupan-kehidupan sebelum sekarang, berjanji untuk bertemu kembali dan selalu saling mencari dalam kehidupan berikutnya. Soulmate tidak mengenal akte pernikahan, karena akte itu hanya untuk tubuh fisik kita. Akte itu bisa dirobek-robek dan dibuang ke keranjang sampah.
Mungkin, suatu waktu, jika kau mau, aku perlu menulis untukmu tentang pernikahan jiwa ini ya…
8/
Kurasa ada titik temu antara platonis dengan soulmate yang aku maksudkan ini, karena keduanya tidak menempatkan seks sebagai hal yang utama. Bedanya, platonis selain dengan manusia, bisa dengan tempat, hobi dan hewan peliharaan, sementara soulmate hanya dengan orang-orang saja.
9/
(((Teng…!)))
Ah, sudah pagi rupanya. Kulihat matamu terpejam. Aku bisa melihatmu dari sini, sekalipun aku tidak tahu dimana rumahmu. I can see your house from here, kata Camel.
Maaf, kau minta puisi, tetapi aku malah mendongeng, dongeng yang panjang. Selamat pagi, selamat tidur. Merry Christmas!
10/
“…And someday in the mist of time
When they ask you if you knew me
Remember that you were a friend of mine
As the final curtain fall before my eyes
Oh when I’m old and wise
As far as my eyes can see”
Jakarta, 6 – 10 Desember 2007
Urip Herdiman K.
Catatan :
1. J. Maya Pilkington & Diagram Group, Misteri Arah Hidup Anda. Jakarta, Penerbit Arcan, 1994.
2. FX Mudji Sutrisno & F. Budi Hardiman, Para Filsuf Penentu Gerak Zaman. Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1992.
Petikan lirik dari lagu Old nd Wise, milik The Alan Parsons Project, dalam album Eye in The Sky, 1982.
Labels: Puisi