Stasiun Terakhir
STASIUN TERAKHIR
Pensiun adalah stasiun terakhir di daerah perbatasan. Duduk santai di bibir senja. Minum teh tawar tanpa gula karena kau harus hati-hati dengan diabetes yang mengintai. Menjaga makan dengan mengurangi garam. Pokoknya, diet ketat menjaga kesehatan dan berat badan yang seimbang. Membaca koran bolak-balik hingga huruf-hurufnya rontok karena bosan melihatmu.
“Jij tahu, kan, gue dulu pernah ditugasi ke Jepang mengurus kapal-kapal patroli kepolisian. Gue juga pernah ke Vietnam sebagai pengamat internasional. Setiap hari yang gue lihat cuma hujan peluru,” kata kakak sepupuku, pensiunan kolonel polisi, suatu malam, di acara melayat pamanku yang pamitan pulang.
Aku mendengarkan cerita petualangannya di era 1960 hingga 1970-an. Maklum, umurnya sudah lebih banyak.
“Tahu gak, sekarang apa yang gue kerjakan? Bangun tidur, sembahyang, jalan-jalan, sarapan pagi, baca koran dan ngemong cucu. Siang sedikit, gue ngurusin ikan-ikan gue,” lanjutnya tersengal-sengal. “Siang tidur, sore baca koran lagi, malam nonton teve.”
Ia terdiam sejenak.
“Kalau ada acara mendadak seperti ini, wah, ritme hidup gue langsung berantakan nih. Bisa dua atau tiga hari kacaunya, baru setelah itu normal, ” tuturnya lagi.
Semua tahu masa pensiun akan tiba, diundang atau tidak, siap atau tidak, punya duit atau tidak. Masa yang ditunggu dengan harap-harap cemas. Mereka mempersiapkan diri untuk menyambut masa istirahat ini. Olahraga jalan kaki, senam jantung sehat atau senam lansia, belajar beternak, kursus melukis, bisnis ikan, membaca buku, nonton teve, mendengarkan lagu-lagu oldies zaman kuda gigit besi, reuni sana reuni sini, datang ke acara pernikahan atau datang melayat.
Tetapi kadang terjadi juga apa yang tidak diharapkan. Mereka malah terkaget-kaget menemukan sepi yang menggigit mengepung diri mereka. Tidak ada lagi yang menelepon. Tidak ada yang setor muka. Tidak ada yang membuatkan kopi atau teh pagi hari. Tidak ada sekretaris cantik yang bisa dipandang-pandang betisnya. Yang ada hanyalah istri yang gemuk dan cerewet. Dan anak yang minta duit terus untuk biaya kuliah dan dugemnya.
Seminggu kemudian, mereka ini, mungkin akan menutup usianya dan segera berangkat menyeberangi perbatasan terakhir.
Sawangan, 23 – 26 September 2007
Urip Herdiman K.