The Urheka Project : Mimpi Dalam Mimpi

"All that we see, or seem, is but a dream within a dream." - Edgar Allan Poe, A Dream Within A Dream, 1846.

Sunday, August 31, 2008

Kaya dan Bangsawan

KAYA DAN BANGSAWAN

Xuetang dilahirkan di dalam suatu keluarga yang kaya dan bangsawan, tapi ia tidak memiliki kebiasaan hidup boros. Ia membuat dirinya wajar dan sederhana, ia bebas dan tidak mempedulikan benda materi.

Suatu kali seseorang menghadiahkan Xuetang dengan sebuah cermin, tetapi Xuetang membuangnya, dengan berkata,”Jeram di lembah cukup jernih untuk memantulkan selembar rambut atau seutas janggut sekali pun – untuk apa aku menyimpan cermin ini?”

Biografi ***

Catatan :

Dipetik dari Dua Angin, Seni Kepemimpinan Zen, Jilid 2, halaman 69. Terjemahan Inggris oleh Thomas Clearly. Terjemahan Indonesia oleh Swarnasanti. Bandung, Yayasan Penerbit Karaniya, 1996.

Labels:

Friday, August 29, 2008

Workshop Meditasi Kesehatan Bali Usada

Workshop Meditasi Kesehatan Bali Usada

Merta Ada, Sehat dan Bahagia dengan Pikiran Harmonis

Kehidupan modern yang sibuk sering memicu stress. Akibatnya kita menjadi rentan terhadap berbagai penyakit.

Merta Ada adalah seorang ahli meditasi kesehatan yang dianugerahi “People of the Year for Bali” tahun 2003 oleh Bali Post untuk kontribusinya kepada sesama. Melalui meditasi Bali Usada, Merta Ada telah membantu banyak orang untuk menyembuhkan diri mereka sendiri. Ia mengajarkan bagaimana harmonisasi pikiran dapat membawa ketenangan jiwa dan menyembuhkan berbagai penyakit yang ada dalam tubuh kita.

Menurut Merta Ada, pikiran buruk bisa menimbulkan penyakit jasmani dan menimbulkan trauma. Sementara pikiran yang harmonis adalah pikiran yang berkualitas, yang ketika muncul selalu lembut, penuh cinta kasih, tenang, seimbang, sadar dan bijaksana. Pikiran harmonis ini akan memberikan energi baik pada tubuh yang mendorong penyembuhan terjadi dan tubuh pun terasa lebih kuat dan sehat.

Dalam meditasinya, Merta Ada akan mendorong kita bagaimana mengharmoniskan pikiran dan memaksimalkannya untuk hidup yang lebih sehat dan bahagia dari dalam diri kita sendiri.

Ikuti 4 Jam Workshop Meditasi Kesehatan Bali Usada bersama Bapak Merta Ada
Sabtu, 18 Oktober 2008 pukul 08.30 – 13.00 WIB
The Occasion, Dharmawangsa Square, Jakarta Selatan

Tiket :
• Early bird Rp 450.000,00 (pembelian s/d 18 September 2008)
• Normal Rp 500.000,00 (pembelian setelah 18 September 2008)
• Transfer ke BCA 040.149966.0 a/n Merta Ada
• Fax bukti pembayaran ke nomor 021 – 8517326 dengan mencantumkan nama Anda

Anda akan mendapatkan:
• Pengetahunan tentang tubuh dan pikiran
• Teori harmonisasi pikiran dan bagaimana melatihnya lebih kuat
• Praktek langsung sehingga Anda dapat melakukan meditasi sendiri di rumah
• CD latihan harmonisasi pikiran dan bagaimana membuat tubuh lebih sehat
• Manual teknik meditasi Bali Usada
• Coffee break & lunch

Informasi lebih lanjut hubungi:
• Bali Usada, TB Gramedia Matraman Lantai 1, Jl. Matraman Raya No. 46 – 50, Jakarta Timur.

Contact person:
• Nia 0838 – 8122955
• Asmat 021 – 8517326

Harmonisasikan pikiran Anda dan temukan kebahagiaan sejati. Hidup adalah sebuah pilihan. Jika rutinitas kerja dan problema hidup membuat Anda stress, apakah Anda akan terus menjalaninya atau mencoba untuk berdamai dengannya?

Labels:

Thursday, August 28, 2008

The Lady In Red









The Lady In Red
(Chris de Burgh)


I’ve never seen you looking so lovely as you did tonight
I’ve never seen you shine so bright
I’ve never seen so many men ask you if you wanted to dance
They’re looking for a little romance given half a chance
And I have never seen that dress you’re wearing
Or the highlights in your hair that catch your eyes
I have been blind

The lady in red is dancing with me, cheek to cheek
There’s nobody here, it’s just you and me
It’s where I want to be
But I hardly know the beauty by my side
I’ll never forget the way you look tonight

I’ve never seen you looking so gorgeous as you did tonight
I’ve never seen you shine so bright, you were amazing
I’ve never seen so many people want to be there by your side
And when you turned to me and smiled, it took my breath away
And I have never had such a feeling
Such a feeling of complete and utter love, as I do tonight

The lady in red is dancing with me, cheek to cheek
There’s nobody here, it’s just you and me
It’s where I want to be
But I hardly know this beauty by my side
I’ll never forget the way you look tonight
I never will forget the way you look tonight
The lady in red, the lady in red
The lady in red, my lady in red

Catatan :
Album : Into The Light, 1986

Labels:

Sarapan di Stasiun Kereta Depok

SARAPAN DI STASIUN KERETA

Ini tentang acara sarapan di stasiun kereta, apakah Stadela (Stasiun Depok Lama) ataupun Stasiun Depok Baru (Stadebar).

Dahulu saya agak enggan untuk makan di stasiun kereta api. Pertama-tama, warung-warung itu kecil dan sempit, sehingga kadang-kadang saya harus melihat tempat cucian piringnya. Hah…!

Saya makan lambat, mungkin mengunyah hampir 32 kali sesuai Hadis Rasul. Jadi saya selalu makan di rumah, roti atau mie, setelah itu berangkat. Atau kalau tidak, saya makan setelah tiba di kantor. Namun kebiasaan itu sekarang berubah, setelah saya penasaran setiap kali melihat makanan yang ada di warung-warung di stasiun kereta. Menggiurkan dan mengundang selera.

Setiap pagi, begitu tiba di Stadela atau Stadebar, setelah membeli tiket KRL Depok Ekspres, saya ke warung makanan langganan saya. Biasanya selalu ada nasi uduk yang dibungkus daun pisang, lontong, ketupat bungkus, gorengan, lopis, ketan beras putih atau hitam, gemblong, kikil, enzovoort, enzovoort plus sambal dua macam. Di warung lain, ada menu yang berbeda. Tidak jauh dari situ, ada pedagang ketupat sayur Padang. Kadang saya juga makan bubur ayam, sebagai selingan.

Di warung langganan saya, yang saya suka adalah nasi uduk daun pisang atau lontong. Sesekali lopis. Bisa juga ketan. Yang penting, harga murah dan nendang banget. Jedig!

Di warung- warung sebelah, juga begitu. Tetapi setiap warung biasanya punya unggulan yang berbeda. Langganan saya, unggulannya adalah nasi uduk daun pisang itu, sementara yang lain nasi uduk saja, tanpa dibungkus daun pisang.

Nikmatnya sarapan di stasiun membuat saya ketagihan, jadi saya tak perlu makan dari rumah. Dan saya pun belajar untuk makan cepat. Cepat selesainya hap…hap…hap…cepat pula datangnya kereta tut…tut…tut… Oh, bunyinya tidak begitu lagi, karena ini listrik. Suaranya lebih halus.

Sambil makan, saya suka melihat kanan kiri. Pedagang yang masih pakai daster tidur, ibu -ibu yang cari makanan untuk keluarga di rumah, orang-orang yang hilir mudik membawa makanan yang akan dititipi di warung-warung. Dan bonusnya, tentu saja para penumpang kereta yang cari sarapan dan minum kopi atau teh. Di sini kadang-kadang muncul perempuan cantik, wangi, dengan tubuh yang masih segar dan rambut yang basah. Aaah… Kira-kira, dia habis ngapain ya sebelum berangkat? Mungkin mendapat serangan fajar dari suaminya.

Enaknya yang lain adalah obrolan ngalor-ngidul yang aneh-aneh. Soal anak-anak sekolah, soal rumah tangga, suami yang tidak pulang-pulang, hutang piutang, perselingkuhan, perceraian dan berbagai macam cerita kehidupan.

Minggu depan sudah masuk bulan Ramadhan. Jadi selama satu bulan mungkin saya harus libur dulu tidak cari sarapan di stasiun. Terpaksa sarapan di rumah tanpa pemandangan yang cantik-cantik. *** (7 Juli – 28 Agustus 2008, Urip Herdiman K.)

Labels:

Sunday, August 24, 2008

Bagaimana Menulis Puisi China

BAGAIMANA MENULIS PUISI CHINA

Seorang penulis puisi berkebangsaan Jepang ditanyai cara mengarang sebuah puisi China.

“Puisi China biasanya terdiri atas empat baris,” jelasnya. “Baris pertama mengandung fase awal; baris kedua, kelanjutan dari fase tersebut; baris ketiga beralih dari topik semula dan memulai topik yang baru; dan baris yang keempat menggabungkan ketiga baris sebelumnya. Sebuah lagu popular Jepang berbunyi sebagai berikut :

Dua orang anak perempuan dari seorang pedagang kain sutera tinggal di Kyoto.
Yang tertua berusia dua puluh tahun, yang muda, delapan belas.
Seorang serdadu bisa membunuh dengan pedangnya,
Tetapi gadis-gadis itu membunuh orang-orang dengan matanya.
“ ***

Catatan :
Dipetik dari Daging Zen, Tulang Zen : Bunga Rampai Karya Tulis Zen dan Pra-Zen, Jilid 1, nomor 88. Dikumpulkan oleh Paul Reps. Diterjemahkan oleh Bhadravajra Heng Tuan. Yayasan Penerbit Karaniya, Bandung, Oktober 1996.

Labels:

Thursday, August 21, 2008

Picture Perfect Morning

PICTURE PERFECT MORNING
(Edie Brickell)









I haven’t learned to say goodbye
Hello itself is had enough
It kills to let a good thing die
And I don’t want to see it go bad
Picture perfect morning
Just before the dawn
And city lights are dying
Sing in the cathedral
Face in the stained glass is crying
I won’t let myself look at you
And see you like I really do
It’ s hard to believe that you’re really here
So I just pretend that you’re not there
Picture perfect morning
Just before the dawn
And city light are dying
Sing in the cathedral
Face in the stained glass is crying
And when my plane flew through the rain
It shook the wings and people screamed
But I was no sure that I’d see you again
I was not afraid of anything

Catatan :









Album : Picture Perfect Morning, 1994
Vocal : Edie Brickell
Acoustic guitar : Edie Brickell, Paul Simon
Bass : Bakithi Kunalo
Drums : Shawn Pelton
Synth : Dr. John
Accordion : Steve Riley
Percussion : Skip La Plant

Labels:

Wednesday, August 20, 2008

Membaca Pendulum

MEMBACA PENDULUM

Dengan pendulum
menjelajah ke daerah-daerah perbatasan yang terjauh
melepas tanya mencari jawab
melampaui batas cakrawala pikiran
mengintip rahasia Ilahi

Di antara positif dan negatif
‘yes’ or ‘no’
selalu masih ada kata ‘maybe’

Tetapi jangan pernah mencoba menguak takdir
Jangan!

Berputarlah, dan
akan kau temukan apa yang kau cari

Sawangan, 13 September 1999 – 29 Desember 2007

Urip Herdiman K.

Labels:

Monday, August 18, 2008

Ceramah Dowsing dengan Pendulum

Ceramah Dowsing dengan Pendulum

Panitia Mebula - Meditasi Bali Usada mengundang anda untuk hadir pada acara meditasi bulanan yang diselenggarakan pada:

Hari/ tanggal : Sabtu, 23 Agustus 2008
Waktu : 09.30 - 12.00 WIB
Tempat : Puri Matari I, lt. 5, HR Rasuna Said
Kav H1-2, Jakarta

Acara
09.30-10.00 : Registrasi & Ramah Tamah
10.00-10.45 : Pembukaan & Meditasi bersama
10.45-11.45 : Ceramah 'Dowsing dengan Pendulum'
oleh Urip Herdiman Kambali
11.45-12.00 : Rangkuman, Pengumuman dan Doa Penutup



Info & registrasi:
Bali Usada Jakarta: 021 71 007 355/ 0816 141 6505/ 0218517326/ 0218517327

email: usadajkt@baliusada. com


Semoga Semua Hidup Berbahagia

Labels:

Thursday, August 14, 2008

Dowsing dengan Pendulum (Bagian Terakhir)

DOWSING DENGAN PENDULUM
(Bagian Terakhir)


Oleh :

Urip Herdiman K.*



Petikan untuk Direnungkan

• The answer is in the question, and learning to dowse is learning to ask the right questions. (T. Edward Ross and Richard D. Wright, The Divining Mind)
• Limitations? The limitations are only those imposed by the mind of the dowser. If you believe it can be done, it can be done. (Oscar T. Branson. Dowsing Devices)
• Is the pendulum always right? No, of course not. There is probably nothing or no one who is always right. (Dr. Tag Powell and Dr. Judith Powell. Taming The Wild Pendulum)

Organisasi dan Sumber Lebih Lanjut
• The British Society of Dowsers, http://www.britishdowsers.org
• The American Society of Dowsers, http://www.dowsers.org
• Pendulums, http://www.pendulums.com

Penutup

Masih banyak lagi yang bisa ditulis tentang pendulum. Tetapi itu membutuhkan banyak riset, bacaan dan pengalaman yang tidak sedikit dan panjang, selain waktu. Yang jelas dan sudah pasti, sekali kita menjadi dowser atau radiesthet, kita sebaiknya dan seharusnya belajar terus tanpa kenal kata berhenti. Tidak ada istilah terlalu muda atau terlalu tua untuk belajar dowsing. Setumpuk teori tidak ada artinya kalau kita tidak mempraktekkannya.

Oscar T. Branson, penulis Dowsing Devices, menyatakan cukup mengetahui bagaimana cara kerjanya alat-alat dowsing dan Anda sudah bisa segera berlatih dan berpraktek. Setiap dowser akan selalu mengembangkan gaya dan metode kerjanya sendiri-sendiri. Termasuk perlengkapannya. Ada yang mempergunakan antena radio, ballpoint atau pensil, dan bahkan tangan serta tubuh mereka sendiri.

Intinya selama kita bisa merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban ya atau tidak (yes or no question), kita bisa mempergunakan alat apa saja yang Anda pilih dan sukai.

Jika ada sesuatu bidang yang ingin kita masuki, untuk menerapkan atau mengaplikasikan pendulum, cobalah. Kita boleh langsung mencobanya tanpa riset terlebih dahulu. Atau juga boleh mencari tahu lebih dahulu bidang itu dengan bacaan-bacaan kepustakaan. Selama kita bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti tersebut di atas, atau membutuhkan jawaban kualitatif dan kuantitatif, mengapa tidak? Trial and error, tes, percobaan, pengujian, pengalaman dan diskusi dengan sesama peminat dowsing akan membuka jalan untuk maju.

Selamat belajar!

Sawangan, 27 Juli 1999 – Jakarta, 15 Agustus 2008


* Urip Herdiman K. seorang peminat dowsing, mempelajari dowsing sejak tahun 1997. HP : 0815 – 9042515. Alamat email : uripherdimankambali@gmail.com Alamat blog : http://theurhekaproject.blogspot.com

Catatan :
Ditulis ulang - dengan perbaikan - untuk presentasi dalam acara Meditasi Bulanan (Mebula) Perkumpulan Meditasi Bali Usada Jakarta, Sabtu, 23 Agustus 2008 di Puri Matari I, Rasuna Said.

Labels:

Wednesday, August 13, 2008

Dowsing dengan Pendulum (Bagian Ketiga)

DOWSING DENGAN PENDULUM
(Bagian Ketiga)


Oleh :

Urip Herdiman K.*

Prasyarat untuk Pembacaan Pendulum

Penulis punya pengalaman bahwa semakin sering membawa pendulum kemana pun pergi, itu semakin baik. Sebab karakter diri kita dan karakter pendulum itu akan semakin erat dan menyatu. Selain tentu saja, kita bisa berlatih dan atau melakukan pembacaan pendulum setiap saat, kapan saja dan dimana saja, untuk segala hal yang menarik perhatian kita .

Tempatkanlah pendulum dalam satu kantong kecil, mungkin bekas kantong cincin, atau kantong kulit, untuk menyimpannya. Dan tempatkan di saku baju. Jangan diletakkan di dompet yang ditaruh di pantat. Penulis punya feeling tampaknya kurang bagus jika pendulum ditempatkan di pantat. Anda pasti bisa memaklumi sendiri.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah sebaiknya kita melatih kelenturan tangan atau lengan yang dominan, yang dipergunakan untuk menggantung pendulum jika sedang melakukan pembacaan pendulum. Otot-otot lengan yang terlatih, sangat membantu kita untuk relaks. Karena dalam bermain pendulum, kita perlu relaks, obyektif dan berpikiran jernih. Terutama jika kita melakukan pembacaan pendulum utnuk diri kita sendiri. Disini kadang kala unsur subyektifnya ikut masuk, sehingga kita tidak mendapatkan jawaban yang benar dan obyektif; yang kita dapatkan hanyalah jawaban yang kita inginkan dan subyektif. Kita perlu hati-hati dan banyak berlatih untuk mencapai kondisi ini. Janganlah cepat putus asa dan bosan. Mungkin sekali-sekali kita boleh saja istirahat berlatih dalam satu dua hari. Atau kita cari variasi lain untuk berlatih. Belilah buku-buku tentang dowsing/ pendulum dan kita akan menemukan teknik-teknik baru.

Selain itu, kebiasaan-kebiasaan seperti merokok, banyak minum kopi, begadang yang sifatnya negatif, sangat tidak menunjang kemampuan kita, karena membuat aura kita menjadi lemah. Jika aura lemah, maka itu pertanda kondisi fisik dan psikis kita sedang tidak baik. Kita tidak bisa melakukan pembacaan pendulum dengan baik.

Untuk mengetahui apakah aura kita sedang baik atau normal, kita tinggal meletakkan pendulum di atas telapak tangan sendiri. Maka pendulum akan mengukur aura diri kita. Perhatikanlah radius gerakan pendulum, intensitasnya, kecepatannya dan bentuknya. Untuk itu kita harus belajar bagaimana menafsirkannya. Sekalipun membutuhkan waktu cukup lama.

Gerakan pendulum, sesuai pengalaman penulis, adalah lemah, sedang dan kuat. Lemah berarti boleh sedikit dipercaya walau ada keraguan. Sedang berarti cukup dapat dipercaya. Dan kuat, dapat dipercaya tanpa ada keraguan.

Kita akan belajar menghadapinya perlahan-lahan dan bagaimana kita bersikap serta mempercayainya. Tentu saja kita boleh mengembangkan penafsiran sendiri.

Jika anda menekuni dowsing, termasuk pendulum, alat itu hanyalah memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Anda harus mengembangkan kemampuan dalam menafsirkan jawaban-jawaban pendulum Anda. Ross dan Wright menulis, ”...the answer is in the question, and learning to dowse is learning to ask the right questions.”

Cara Kerja Pendulum

Sekali kita menjadi dowser, bermain pendulum di muka orang lain, kita harus siap dengan pertanyaan: Apa yang membuatnya bekerja? Bagaimana cara kerjanya? Apakah Anda sendiri yang menggerakkan pendulum itua? Apakah ada jin-nya? Apakah memakai bacaan-bacaan tertentu?

Tidak pernah ada jawaban yang pasti dan memuaskan setiap orang. Itulah yang dikatakan oleh Ross dan Wright. Memang betul. Adalah tidak mudah untuk meyakinkan setiap orang bahwa pendulum bekerja berdasarkan prinsip-prinsip bioelektrik tubuh kita sendiri. Dan untuk itu, dibawah ini penulis mengetengahkan pendapat Ted Andrews yang memberikan penjelasan cukup masuk akal dan ilmiah.

Ted Andrews dalam bukunya ”Melihat dan Membaca Aura”, menulis bahwa pendulum (dan alat-alat dowsing lainnya) merupakan alat untuk berkomunikasi dengan alam tak sadar diri kita sendiri. Alam tak sadar menyadari segala interaksi dengan energi dari luar, tanpa mempedulikan betapa halusnya energi itu. Melalui alat-alat dowsing, kita membuka daya persepsi yang lebih hebat. Alat-alat dowsing merupakan jembatan antara sistem syaraf (dan alam tak sadar yang bekerja melaluinya) dengan medan energi yang berinteraksi dengan diri kita.

Khusus pendulum, Andrews menjelaskan, bahwa pendulum berinteraksi dengan medan energi tertentu, karena pendulum bekerja berdasarkan prinsip-prinsip bioelektrik.

Pikiran tak sadar (atau memori) berkomunikasi dengan diri kita melalui sistem syaraf. Alam tak sadar menyadari semua interaksi energi dalam medan diri kita sendiri, bahkan interaksi-interaksi di luar kelima indera jasmani kita. Interaksi-interaksi itu diasimilasikan dan kemudian dapat diakses dan dimunculkan ke alam sadar melalui meditasi, hipnotis, telepati, teknik-teknik lainnya, termasuk dowsing beserta alat-alatnya.

Sistem syaraf tubuh masih merupakan misteri besar, tetapi kita memang mengetahui bahwa sistem tersebut merupakan sistem komunikasi yang dinamis, halus, dan peka. Sistem itu berkomunikasi dengan pikiran tak sadar dan penginderaan batin yang lebih tinggi. Pendulum (dan alat-alat dowsing lainnya) memperkeras isyarat dari sistem syaraf menuju ke otot tak sadar untuk menciptakan tanggapan yang dapat dirasakan, dapat dikenali.

Alam tak sadar diduga mengendalikan 90% fungsi tubuh dan otak kita. Alam tak sadar juga merupakan sumber bentuk persepsi dan intuisi kita yang lebih tinggi, misalnya bentuk-bentuk yang tidak melewati kelima indera yang biasa, seperti ingatan, kreativitas dan pemikiran abstrak.

Sistem syaraf mengirimkan sinyal listrik dan impuls, yang menyebabkan pendulum bergerak, ayunan pendulum merupakan tanggapan ideomotor. Gerakan itu disebabkan oleh gerakan otot tak sadar yang dirangsang oleh alam tak sadar melalui sistem syaraf simpatik tubuh. Pesan halus yang diterima melalui aura tersimpan dalam sistem syaraf tersebut. Dengan perantaraan teknik alat-alat dowsing, pesan tersebut, dalam bentuk getaran listrik, dilepaskan, sambil merangsang tanggapan otot tak syang secara sadar dapat kita lihat melalui gerakan alat-alat dowsing, termasuk pendulum, yang menyusul. Pendulum dan alat-alat dowsing lainnya, adalah jembatan antara pikiran tak sadar dengan pikiran sadar.

Demikian penjelasan dari Ted Andrews yang penulis kutip, dari beberapa pendapat yang penulis temukan.

Dengan bahasa lain, pendulum dan alat dowsing, merupakan sarana kita untuk berkomunikasi dengan pikiran tak sadar kita, dimana pikiran tak sadar mengirimkan jawaban dalam bentuk getaran listrik tubuh, dan pendulum mengeraskan sinyal-sinyal itu dalam bentuk gerakan-gerakannya. Dan tugas kitalah menafsirkan gerakan itu sesuai program atau kode yang sudah kita buat. *** (Bersambung)

Labels:

Dua Naskah Proklamasi Kemerdekaan

DUA NASKAH PROKLAMASI KEMERDEKAAN 17 AGUSTUS 1945

Versi I : Teks Proklamasi yang klad








“Proklamasi

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.

Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l. diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, 17-8-‘05
Wakil2 bangsa Indonesia”


Versi II : Teks Proklamasi yang Otentik








“PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia.

Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05.
Atas nama bangsa Indonesia.

Soekarno/Hatta.”


Catatan :

Perumusan Naskah Proklamasi ini berlangsung di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda di Nassau Boulevard (Belanda) atau Meidji Dori (Jepang), sekarang Jalan Imam Bonjol 1, Jakarta, pada malam tanggal 16 Agustus 1945 hingga dinihari 17 Agustus 1945. Tempat itu sekarang adalah Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Maeda adalah Kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut Jepang (Kaigun). Jakarta saat itu dikuasai oleh Angkatan Darat Jepang (Rikugun), yang berkuasa di Sumatera dan Jawa. Wilayah Indonesia lainnya dikuasai Kaigun.

Versi I ini dirumuskan oleh Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo, dengan disaksikan oleh Sukarni, B.M. Diah dan Sudiro (Mbah), serta beberapa orang Jepang. Teks ditulis tangan oleh Soekarno.

Versi II ini kemudian diketik oleh Sajuti Melik,atas permintaan Soekarno. Ketika mengetik naskah ini, Sajuti Melik melakukan beberapa perubahan. Kata-kata ‘tempoh‘ diganti dengan ‘tempo’; kalimat ‘Wakil-wakil bangsa Indonesia’ diganti dengan ‘Atas nama bangsa Indonesia’; juga cara menuliskan tanggal dirubah menjadi ‘Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05’.

Naskah ketikan Sajuti Melik inilah yang kemudian dibacakan oleh Soekarno pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 pagi di rumahnya, Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.

Hatta sebenarnya sempat menawarkan pada semua yang hadir di rumah Maeda untuk menandatangani Naskah Proklamasi, namun ditolak para pemuda yang hadir dengan alsan tertentu. Sukarni lalu menengahi dengan menyatakan cukup Soekarno dan Hatta saja yang menandatangani atas nama bangsa Indonesia.

Pemilihan tempat untuk membacakan Naskah Proklamasi juga unik. Sukarni mengusulkan Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta), sekarang Lapangan Monas. Namun ditolak Soekarno dengan alasan harus minta izin dulu pada penguasa Jepang. Soekarno lalu mengusulkan rumahnya di Pegangsaan Timur No. 56 yang punya halaman luas di depannya.

Pada saat pembacaan, Soekarno -yang sedang demam karena malaria - tampil ke muka, mendekati mikrofon satu-satunya dan membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan. Dilanjutkan dengan pengerekan bendera Merah Putih – jahitan Ibu Fatmawati - yang dilakukan oleh Cudanco Latief Hendraningrat dengan diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dinyanyikan oleh para hadirin.


Peristiwa pembacaan Naskah Proklamasi ini berhasil diabadikan oleh wartawan foto dari IPPHOS (Indonesian Press Photo Service).

Riwayat dua teks proklamasi ini cukup unik dan berliku. Teks tulisan tangan Soekarno dibuang ke tempat sampah, dan diambil oleh BM Diah yang kemudian menyimpannya. Sementara teks hasil ketikan Sajuti Melik, yang kemudian dibacakan Soekarno, lebih misterius lagi. Menurut Majalah Tempo Edisi Kemerdekaan 63 Tahun Indonesia, naskah itu sempat diberikan Soekarno pada Tan Malaka bersama dengan Testamen Politik.

Rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 kemudian diratakan dengan tanah tahun 1960-an, atas usulan PKI untuk menghapuskan peran Hatta dalam Proklamasi. Di atas bekas rumah itu, lalu dibangun Gedung Pola yang sekarang kita kenal. *** (12 – 13 Agustus 2008, UHK, dari berbagai sumber dan ingatan)

Labels:

Tuesday, August 12, 2008

Merah dan Putih










MERAH DAN PUTIH

merah dari ibu, putih dari bapak
berkibar di tiang bendera

Jakarta, 6 Agustus 2008

Urip Herdiman K.

Labels:

Monday, August 11, 2008

Dowsing dengan Pendulum (Bagian Kedua)

DOWSING DENGAN PENDULUM
(Bagian Kedua)


Oleh :

Urip Herdiman K.*


Lebih Jauh Tentang Pendulum

Pendulum adalah sesuatu benda yang digantungkan pada rantai (atau tali atau benang) dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Pendulum hanya bisa menjawab pertanyaan yang jawabannya adalah ‘ya’ atau ‘tidak’ (yes or no question). Dia tidak bisa memberikan jawaban dengan penjelasan yang panjang lebar.

Kita bisa membeli pendulum di toko-toko buku dari harga yang murah sampai yang mahal, kalau ada. Karena tidak semuanya menjual. Jika pun ada pastilah impor. Dan itu artinya mahal sekali. Tetapi Anda tidak perlu cemas. Sebab pendulum yang terbaik, seperti yang diyakini para praktisi dowsing, ternyata adalah pendulum yang kita buat sendiri.

Untuk membuat pendulum mudah sekali. Kita hanya perlu paling sedikit dua komponen, dan paling banyak tiga komponen. Yang pertama, adalah benda yang akan digantung sebaai pendulum. Benda itu bisa berupa kancing, cincin (termasuk cincin kawin), kunci bekas, manik-manik, anting, gantungan kunci, salib, kristal bekas peluru, dan lain-lain, termasuk juga peniti dan teh celup. Ted Andrews menyebutkan yang terbaik adalah yang berbentuk bulat, silinder (bekas peluru), belahan bola, atau bentuk seperti air mata (biasanya kristal). Dan yang pasti, sebaiknya simetris.

Benda atau obyek itu bisa terbuat dari kayu, logam, kristal, bekas peluru, plastik dan sebagainya. Tetapi satu hal yang pasti, semuanya harus simetris. Benda itu haruslah cukup berat untuk digantung, tetapi sekaligus juga cukup ringan. Kita akan menemukannya di rumah kita sendiri atau di kios-kios asesori anak muda yang banyak ditemukan. Kita bisa merasakan benda tersebut dengan menimangnya.

Komponen kedua adalah alat untuk menggantungnya, seperti rantai, benang atau tali (seperti tali pancing). Soal panjang pendeknya ini tidak ada ukuran yang pasti, tetapi dari pengalaman penulis, ini akan berkaitan dengan panjang pendeknya lengan kanan kita (atau lengan kiri jika Anda kidal), dimana pendulum itu digantungkan. Penulis sendiri biasanya memotong rantai cukup kl. 20 Cm. Tetapi soal ini terserah kita masing-masing.

Itu dua komponen yang pertama. Jika menggunakan tali atau benang, kita bisa mengikatnya langsung pada obyek yang digantung tersebut. Tetapi jika menggunakan rantai, maka kita perlu tambahan ring, yang menghubungkan obyek dengan rantai. Bahkan beberapa praktisi juga menempatkan ring di ujung lain dari rantai sebagai pegangan biar mantap. Ring ini dengan mudah bisa kita dapatkan pada gantungan kunci yang umumnya selalu ada rantai pendeknya. Tentu kitta juga perlu obeng dan tang untuk sedikit membuka dan kemudian menutup ring itu.

Membuat Program untuk Pendulum


Nah, jika kita sudah membuat pendulum, kita perlu belajar mempergunakannya. Sehingga kita tahu apa arti gerakan pendulum tersebut. Jika pendulum itu digantungkan di atas telapak tangan, di atas lutut, di atas foto atau tanda tangan, bisa saja ia bergerak sendiri. Tetapi apa maknanya jika kita tidak tahu? Untuk itu kita perlu membuat programnya.

Seperti sudah disebutkan di atas, pendulum hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya ‘ya’ atau ‘tidak’. Ada dua pilihan untuk program pendulum ini. Untuk jawaban ‘ya’ (yes atau positif) biasanya dipergunakan gerakan melingkar searah jarum jam (clockwise), maka untuk jawaban ‘tidak’ (no atau negatif) adalah melingkar berlawanan arah jarum jam (anti-clockwise).
Atau pilihan yang kedua. Untuk ‘ya’ mempergunakan gerakan maju-mundur (to-and-fro), sementara untuk jawaban ‘tidak’ menggunakan gerakan mengayun dari kiri-ke-kanan (side to side).

Jika kita memilih gerakan melingkar, baik ke kanan maupun ke kiri, pergunakanlah kode itu seterusnya. Tetapi jika kita memilih gerakan mengayun, baik kiri-kanan mupun maju-mundur, pertahanakan juga selanjutnya.

Usahakan untuk berlatih sesering mungkin, setiap hari, sekalipun hanya sekitar 10 sampai 15 menit.

Penulis mempergunakan gerakan melingkar ke kanan untuk positif, dan melingkar ke kiri untuk negatif. Tetapi ternyata dalam perjalan penulis selama belajar dan memakai pendulum, penulis menemukan ada gerakan-gerakan untuk untuk jawaban-jawaban ‘mungkin’ (maybe) dan ‘tidak tahu’ atau belum waktunya untuk diketahui’. Untuk itu, penulis menggunakan gerakan mengayun kiri-kanan (side to side) untuk jawaban ‘mungkin’ dan maju-mundur (to and fro) untuk jawaban ‘tidak tahu’. Penulis menafsirkan jawaban ‘tidak tahu’ ini sebagai jawaban Tuhan bahwa kita tidak boleh tahu atau belum waktunya untuk mengetahui.
Semuanya ini akan berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing praktisi. Karena teknik dasarnya memang sama, tetapi pada saatnya, seorang praktisi pendulum (pendulist) akan mengembangkan gaya dan kemampuannya sendiri.

Kode gerakan yang kita buat ini sebaiknya dipertahankan terus dan jangan diubah-ubah, karena biasanya seorang praktisi dowsing/pendulum (bisa disebut dowser atau pendulist) juga akan berkembang menjadi seorang kolektor pendulum Umumnya, setiap melihat sesuatu benda kecil yang bisa digantung, ada kemungkinan ingin menjadikannya sebagai pendulum. Ini yang penulis alami dan dibenarkan oleh praktisi lainnya. Bayangkan kalau kita membuat kode gerakan yang berbeda untuk setiap pendulum yang kita miliki. Maka kita sendiri yang akan pusing menafsirkannya.

Berlatihlah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kita sudah mengetahui jawabannya, sehingga kita tahu apakah jawabannya benar atau salah. Misalnya : Apakah Presiden Indonesia saat ini Soeharto? Apakah ibukota Indonesia adalah Jakarta? Apakah Jogjakarta pernah menjadi ibukota Republik Indonesia? Apakah hari ini hari Senin? Apakah hari ini tanggal 16 Agusutus? Apakah Perang Dunia III sudah terjadi? Dan seterusnya.

Itu adalah pertanyaan-peertanyaan yang sifatnya kualitatif atau pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’. Namun pendulum juga bisa menjawab pertanyaan yang sifatnya kuantitatif dengan bantuan sebuah gelas, atau kacamata, atau ballpoint, atau sisi perkusi telapak tangan. Tempatkan pendulum dekat dengan bibir gelas tersebut, atau ditengah-tengah bibir gelas. Tanyakanlah misalnya: Berapa jumlah pemain dalam satu tim sepakbola? Berapa 5 dikurangi 2? Berapa lebar aura diri saya sendiri? Berapa jumlah provinsi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia? Jumlah ketukan pada bibir gelas, itulah jawabannya.

Jika kita pergi ke suatu tempat dan kehilangan arah, kita bisa menggunakan pendulum sebagai petunjuk arah. Maka pendulum akan menunjuk (pointing) arah yang ditanyakan. Misalnya di hotel dan ingin shalat, sementara tidak ada petunjuk arah kiblat, tanyakanlah: Tunjukkan kemana arah kiblat. Jika kita kehilangan orientasi tempat, tanyakanlah: Tunjukkan arah utara yang sebenarnya. Atau tidak punya arloji, tanyakanlah: Jam berapa sekarang?. Lihat, ke arah mana gerakan pendulum itu menunjuk.

Semua itu memang baru pertanyaan-pertanyaan dasar. Kita perlu sebanyak mungkin melatih pertanyaan-pertanyaan ini, walau kadang membosankan dan konyol. Tetapi ini diperlukan untuk menumbuhkan keyakinan pada diri kita bahwa pendulum kita memang berguna dan handal, sehingga dapat dipercaya.

Pada saat kita melakukan pembacaan pendulum, jangan lupa supaya badan tegak, tetapi relaks. Satu tangan memegang pendulum dan tangan lainnya terbuka menghadap ke atas. Jangan lupa, jangan pernah menyilangkan kaki.

Jika kita sudah mahir, mungkin hal-hal ini tidaklah masalah. *** (Bersambung)

Labels:

Sunday, August 10, 2008

Dowsing dengan Pendulum (Bagian Pertama)

Pengantar dari Penulis :
Sabtu, 23 Agustus 2008 yad, penulis akan berbicara tentang dunia dowsing dan pendulum dalam acara Meditasi Bulanan Bali Usada Jakarta. Berikut adalah risalah yang penulis susun untuk acara tersebut, dan akan diposting dalam beberapa bagian. Selamat membaca. *** (UHK)

DOWSING DENGAN PENDULUM
(Bagian Pertama)


Oleh :

Urip Herdiman K.*


Pendahuluan

Apakah Anda pernah membaca komik Tintin karya Herge (nama aslinya George Remi, Belgia) yang terkenal itu? Anda tentu masih ingat dengan Professor Cuthbert Calculus dalam episode Tujuh Bola Ajaib yang selalu membawa dan memainkan pendulum. Atau Anda pernah melihat seorang penyembuh (healer) dengan pendulumnya? Atau mungkin seorang pesulap (ada yang menyebutnya dirinya mentalist ataupun illusionist) memainkan pendulum?

Pendulum di tangan mereka menjadi alat psikis/cenayang (psychic tool) yang banyak manfaatnya dalam profesi mereka. Fungsi utamanya adalah sebagai pengumpul informasi dan menguji benar atau tidaknya sebuah informasi.

Tetapi apa dan bagaimana sebenarnya cara kerja pendulum itu?

Nah, risalah singkat ini ingin mencoba memberi penjelasan tentang dowsing, serta apa dan bagaimana pendulum itu bekerja, dan tidak ingin berpanjang lebar tentang sejarah atau asal-usul seni kuno ini.

Dowsing dan Pendulum

Pendulum, hanyalah salah satu alat saja dari kegiatan yang disebut dowsing. Dowsing berasal dari kata kerja to dowse, yang merupakan hasil turunan dari kata dalam bahasa Jerman kuno deutzen; berarti to locate atau to find. Jadi, artinya mencari atau menemukan. Istilah ini dipergunakan di Amerika dan Inggris. Sementara istilah lain yang juga banyak dipakai adalah radiesthesia, yang populer di Perancis. Dan harus diakui bahwa dowsing atau radiesthesia memiliki keterkaitan sejarah yang erat dengan gereja Katolik, bahkan hingga saat ini. Namun disini kita tidak akan membicarakan hal itu, karena di Barat (Eropa dan Amerika) dowsing kini telah menjadi aktivitas yang umum, tidak lagi terkait pada satu agama apapun.

Perlu diketahui kegiatan dowsing identik selalu dengan aktivitas mencari atau menemukan sumber mata air, sungai bawah tanah, saluran air buatan seperti pipa-pipa bawah tanah, yang kemudian juga berkembang untuk menemukan bahan-bahan tambang dan mineral lainnya. Kini aktivitas dowsing tidak lagi semata-mata hanya untuk menemukan atau mencari air dan mineral saja, tetapi juga sangat luas, bahkan memasuki bidang-bidang ilmiah.

Umumnya memang terdapat tiga alat dowsing yang dikenal, yaitu Y-Rod (tongkat berbentuk Y, bisa dari potongan dahan atau sekarang plastik buatan pabrik); L-Rod (tongkat berbentuk L, bisa dari kawat gantungan baju yang dipotong berbentuk huruf L); dan pendulum. Di lapangan, dalam pencarian sumber mata air, memang lebih banyak dipergunakan Y-Rod atau L-Rod, sementara pendulum tidak banyak dipergunakan karena faktor angin.

Kegiatan dowsing memang identik dengan pencarian sumber air, sementara alat yang paling mudah dikenali sebagai alat dowsing atau alat untuk mencari air adalah Y-Rod atau tongkat Y. Tetapi alat dowsing yang memiliki aplikasi paling luas karena bisa diterapkan pada hampir semua bidang, diluar pencarian air dan bahan-bahan mineral, adalah pendulum. Oleh karenanya pendulum juga selalu salah dimengerti orang, sehingga pendulum banyak diselimuti kabut misteri.

Inilah kelebihan dari pendulum yang tidak dimiliki Y-Rod maupun L-Rod. Sebab pendulum mempunyai kegunaan dan dapat diaplikasikan dalam bidang-bidang yang lebih luas, bahkan hampir tanpa batas, bukan sekedar untuk menemukan sumber mata air saja. Pendulum bisa dipergunakan mendeteksi kesehatan seseorang, mencari orang atau benda yang hilang (dengan bantuan peta), meramalkan percintaan dan perjodohan, ramalan-ramalan politik, alat bantu hipnotis dan telepati, pencaharian peninggalan-peninggalan kuno/arkeologis, mencari bom dan ranjau di medan perang, mengukur kadar alcohol dalam minuman anggur, dan lain-lain. Juga bisa untuk menunjukan waktu dan arah mata angin. Selain itu, tentu saja membawa pendulum sangat mudah dan tidak membutuhkan tempat yang besar atau luas, cukup diletakkan dalam kantong beludru, tempat kacamata atau bahkan saku baju anda.

Tidaklah heran jika T. Edward Ross dan Richard D. Wright, keduanya pendiri The American Society of Dowser, menyebutkan bahwa pendulum adalah alat dowsing yang paling serbaguna, tetapi juga paling banyak disalahmengerti dibandingkan alat-alat dowsing lainnya. Dengan kata lain, pendulum banyak diselubungi hal-hal yang sifatnya mistis. *** (Bersambung)

Labels:

Seinci Waktu, Sekaki Permata

SEINCI WAKTU, SEKAKI PERMATA

Seorang saudagar bertanya kepada Takuan, seorang guru Zen, untuk meminta saran darinya tentang bagaimana ia harus menghabiskan waktu. Ia merasa sepanjang hari ia hanya menunggui ruang kantornya dan duduk kaku untuk menerima penghormatan dari orang lain.

Takuan menuliskan delapan huruf China dan memberikannya kepada orang itu:

Tidak dua kali hari ini
Seinci waktu, sekaki permata
Hari ini tidak akan kembali lagi
Setiap menit adalah sebutir permata yang tidak ternilai harganya
***

Catatan :
Dipetik dari Daging Zen, Tulang Zen : Bunga Rampai Karya Tulis Zen dan Pra-Zen, Jilid 1. Dikumpulkan oleh Paul Reps. Diterjemahkan oleh Bhadravajra Heng Tuan. Yayasan Penerbit Karaniya, Bandung, Oktober 1996.

Labels:

Thursday, August 07, 2008

Dust in The Wind

DUST IN THE WIND
(Kansas)











I close my eyes only for a moment
And the moment’s gone
All my dreams pass before my eyes a curiosity
Dust in the wind, all they are is dust in the wind

Same old song, just a drop of water
In an endless sea all we do
Crumbles to the ground though we refuse to see
Dust in the wind, all we are is dust in the wind

Don’t hang on,
Nothing losts forever but the earth and sky
It slips away
And all your money won’t another minute buy
Dust in the wind, all we are is dust in the wind
Dust in the wind, everything is dust the wind…

Catatan :
Kansas, group musik rock Amerika tahun 1970-an.

Labels:

Wednesday, August 06, 2008

Revolusi Memakan Anak Sendiri

REVOLUSI MEMAKAN ANAK SENDIRI

I.






Lalu kemerdekaan pun diproklamirkan
dan kemelut yang menggeliat
menjadikan nama-nama sebagai pahlawan,
melahirkan juga pengkhianat dalam perjuangan

Di antara kata-kata dan ujung senapan
jurang lebar menganga
menelan segala kecewa,
menguburkan segala harapan

Revolusi meninggalkan jejak
Revolusi membuat luka
Revolusi menyimpan dendam

Dan kemerdekaan kita adalah harga sebuah perjuangan untuk Ibu Pertiwi

II.
Ketika kesadaran akhirnya tersentak
semuanya telah terlambat,
tumbal revolusi meneteskan darah
Dan revolusi belum selesai, kata Soekarno
menjadi berkeping-keping








Ketika revolusi meledak dalam revolusi
pahlawan-pahlawan berguguran
Kapal pun berganti nahkoda
menyisakan Lubang Buaya dalam kenangan
membawa serta curiga berkepanjangan

III.
Akhirnya, ketika tanggalan meluncur jatuh
dalam ruang dan waktu
revolusi menjadi letih
sementara pejuang-pejuang kebebasan telah pulang,
kembali ke rumah

Kita merangkak,
kita berangkat
menjadi tua

Jatirawamangun, Agustus 1985

Urip Herdiman K.

Catatan :
Pernah diterbitkan dalam majalah Historia,
terbitan Studi Klub Sejarah (SKS) FS – UI, Nomor 02/I, November 1985,
dengan judul “Puisi-puisi Revolusi”.

Labels:

Sunday, August 03, 2008

Secangkir Teh

SECANGKIR TEH


Nan-in, seorang guru Jepang selama masa Meiji (1868 – 1912), menerima seorang dosen universitas yang mencari tahu tentang Zen.

Nan-in menghidangkan the. Ia menuangkan teh itu ke dalam cangkir tamunya hingga penuh, dan masih terus saja menuang.

Dosen tersebut memandang tumpahan teh hingga akhirnya ia tidak bisa bertahan untuk berdiam diri. “Sudah penuh. Tidak muat lagi!”

“Sama seperti cangkir ini,” Nan-in mengatakan,”Anda penuh dengan gagasan dan spekulasi diri Anda sendiri. Bagaimana saya bisa menunjukkan kepada Anda Zen, jika Anda tidak mengosongkannya terlebih dahulu?”


Catatan :
Dipetik dari Daging Zen, Tulang Zen : Bunga Rampai Karya Tulis Zen dan Pra-Zen, Jilid 1. Dikumpulkan oleh Paul Reps. Diterjemahkan oleh Bhadravajra Heng Tuan. Yayasan Penerbit Karaniya, Bandung, Oktober 1996.

Labels: